Jakarta -
Kurun tahun 1135 sampai 1159 Prabu Jayabaya meramalkan; pada zaman
keemasan Nusantara akan kedatangan Ratu Adil alias Satrio Piningit.
Nubuat itu rupanya dikenang dan diyakini oleh sebagian masyarakat,
bahkan sampai zaman modern seperti saat ini.
Mendiang Bung
Karno pun pernah mengutip ramalan Jayabaya saat membacakan pledoi pada
persidangan di Landraad, Bandung, Jawa Barat, pada 1930.
“Tuan-tuan Hakim, apakah sebabnya rakyat senantiasa percaya dan menunggu-nunggu
datangnya “Ratu Adil”, apakah sebabnya sabda Prabu Jayabaya sampai hari
ini masih terus menyalakan harapan rakyat ? Tak lain ialah karena hati
rakyat yang menangis itu, tak habis-habisnya menunggu-nunggu, mengharap-harapkan datangnya pertolongan. Sebagaimana orang yang dalam kegelapan, tak berhenti-berhentinya menunggu-nunggu dan mengharap-harap “Kapan, kapankah Matahari terbit?” kata Sukarno dalam pledoi yang kemudian dikenal dengan Indonesia Menggugat itu.
Kemarin politisi senior Partai Golongan Karya Suhardiman tiba-tiba
menyebut ciri-ciri satrio piningit ada pada sosok calon presiden PDIP,
Joko Widodo (Jokowi). Politisi yang juga pendiri SOKSI ini yakin bahwa
Jokowi, adalah sosok pemimpin yang akan meneruskan estafet kepemimpinan
Indonesia.
"Yang pertama Satrio Kinunjoro, Satria yang keluar
masuk penjara itu Pak Karno (Soekarno). Kedua Satrio Muktiwibowo itu Pak
Harto (Soeharto), yang ketiga Satrio Piningit. Gambaran secara singkat
Satrio Piningit itu orang yang kesandung, itu berarti dari lapisan
bawah, bukan dari atas. Jikalau lihat sejarah, sementara yang kita
jumpai orang kesandung, itu adalah Jokowi," kata Suhardiman di
kediamannya di Cilandak, Jakarta Selatan, Senin (5/5/2014) kemarin.
Seperti apa persisnya ramalan Prabu Jayabaya yang pernah menjadi Raja
di Kerajaan Kediri itu? Sejumlah pustaka menyebut bahwa secara
berturut-turut Nusantara yang kini dikenal dengan Indonesia pada masa
keemasannya akan dipimpin oleh tujuh satria piningit.
Tujuh
satrio piningit itu adalah; Satria Kinunjara Murwo Kuncoro, Satria Mukti
Wibowo Kesandung Kesampar, Satrio Jinumput Sumela Atur, Satria Lelono
Tapa Ngrame, Satria Piningit Hamong Tuwuh, Satria Boyong Pambuka ning
Gapura dan terakhir adalah Satria Pinandhita Sinisihan Wahyu.
Setelah proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, masyarakat kemudian
mengaitkan ramalan tersebut dengan enam sosok presiden yang sudah
memerintah. Presiden Sukarno misalnya disebut sebagai satria kinunjara
murwo kuncoro, yang artinya sering keluar masuk penjara sebelum
berkuasa.
Presiden Soeharto diklaim sebagai satria mukti wibowo
kesandhung kesampar, maksudnya bergelimpang harta saat berkuasa,
berwibawa namun akhirnya terguling dan dihujat. Habibie disebut sebagai
satria jinumput sumelo atur, karena memimpin tanpa melalui proses
pemilihan, dan hanya untuk mengisi kekosongan.
Abdurrahman
Wahid disebut sebagai satria lelono tapa ngrame. Alasannya meski
memiliki kelemahan fisik, namun saat berkeliling negara tetangga dapat
meyakinkan dunia tentang keberadaan Indonesia.
Satria piningit
hamong tuwuh disematkan kepada Megawati. Dia dianggap sebagai seorang
ratu, putri Presiden Sukarno yang dipingit namun kemudian mendapatkan
legitimasi luas karena dari keturunannya.
Susilo Bambang
Yudhoyono disebut sebagai satria boyong pambukaning gapura. SBY dianggap
sebagai presiden yang akan menjembatani Indonesia menuju zaman
keemasan.
Sementara satria pinandhita sinisihan wahyu hingga
kini belum terlihat. Yang jelas makna dari satria ini adalah satria yang
berjiwa dan bersemangat religius kuat. Dua politisi yakni Prabowo
Subianto dan Joko Widodo akan bersaing dalam pemilihan presiden dan
wakil presiden pada 9 Juli mendatang.
Mungkinkah dua capres itu yang akan dipercaya sebagai satria pinandhita sinisihan wahyu?
Title : Siapa Satrio Piningit, Itu, Prabowo atau Jokowi?
Description : Jakarta - Kurun tahun 1135 sampai 1159 Prabu Jayabaya meramalkan; pada zaman keemasan Nusantara akan kedatangan Ratu Adil alias Satrio ...