Setahun menduduki
puncak popularitas, laju dukungan terhadap Joko Widodo sebagai calon
presiden masih deras mengalir. Kali ini, pesonanya tidak hanya menarik
kalangan yang belum memiliki sosok presiden pilihan. Ia juga berhasil
mengalihkan dukungan mereka yang sebelumnya sudah memiliki calon
presiden idaman.
Yang mencuri perhatian justru Wiranto. Perubahannya sangat
signifikan. Jika dua hasil survei sebelumnya masih menempatkan Wiranto
pada posisi bawah perolehan dukungan, kali ini dia melesat.
Kesimpulan ini diperoleh dari hasil perbandingan tiga survei opini publik
Kompas
yang dilakukan secara periodik (survei longitudinal) terhadap sekitar
1.400 responden calon pemilih Pemilu 2014, yang tersebar acak di 33
provinsi.
Ketiga hasil survei mengindikasikan sepanjang satu tahun terakhir,
perubahan peta dukungan pemilih kepada sosok yang diminati sebagai calon
presiden berlangsung sedemikian dinamis. Di satu sisi, hasil survei
menunjukkan semakin kecil proporsi pemilih yang belum memiliki
preferensi calon presiden. Dengan perkataan lain, mayoritas pemilih
sudah semakin jelas preferensinya terhadap sosok yang akan menjadi
presiden mendatang.
Survei pertama yang dilakukan pada Desember 2012 masih menunjukkan
sekitar 33 persen calon pemilih belum memiliki preferensi sosok
presiden. Saat ini, tinggal 11 persen pemilih yang belum menentukan
sosok pilihannya.
Pada sisi lain, terjadi pula perubahan yang amat dinamis di antara
kalangan yang sebelumnya sudah menyatakan punya sosok presiden pilihan.
Dalam hasil survei ini, terdapat sosok calon presiden yang setahun
terakhir konsisten mengalami surplus dukungan. Namun, ada juga sosok
yang dalam satu tahun terakhir ini cenderung statis. Terdapat pula
sebagian calon presiden idaman pemilih yang justru mengalami defisit
dukungan dari waktu ke waktu.
Jokowi unggul
Dinamika politik semacam itu menempatkan Jokowi sebagai sosok yang
paling diunggulkan sebagai presiden. Secara konsisten, ia paling banyak
meraih dukungan pemilih. Hasil survei terakhir (Desember 2013)
menunjukkan, 43,5 persen responden menyatakan memilih Jokowi sebagai
presiden jika pemilu dilakukan saat ini.
Dibandingkan dengan dua hasil survei sebelumnya, dukungan terhadap
sosok Jokowi melonjak pesat (Grafik). Jika sebelumnya, ia berhasil
melipatgandakan dukungan dari 17,7 persen menjadi 32,5 persen pemilih,
kali ini daya pikatnya terus bertambah hingga 11 persen dukungan pemilih
menjadi 43,5 persen.
Pada mulanya, lonjakan dukungan terbesar kepada Jokowi bersumber dari
para pemilih yang memang belum memiliki preferensi sosok presiden
idaman. Sesaat setelah kemunculan dan berkiprah sebagai Gubernur DKI
Jakarta, sebagian besar pemilih yang belum memiliki preferensi langsung
terpikat.
Dukungan pun meluas hingga dua kali lipat pada Juni
2013. Ketika calon presiden lain masih berkutat pada karakter pendukung
yang bersifat eksklusif, dukungan terhadap Jokowi justru inklusif, telah
melampaui sekat-sekat demografi, sosial-ekonomi, ataupun latar belakang
politik pemilih.
Lonjakan peningkatan dukungan terhadap Jokowi kali ini tidak hanya
berasal dari basis dukungan sebelumnya, kalangan yang belum memiliki
sosok presiden idaman. Ia mulai menggoyahkan posisi politik calon
presiden lain. Mereka yang sebelumnya sudah menjatuhkan pilihan kepada
salah satu sosok, mulai terpengaruh. Lebih dari itu, semakin banyak yang
tidak loyal dan mengalihkan dukungan kepada Jokowi.
Menariknya, penurunan loyalitas pemilih terbesar justru terjadi pada
Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan, partai tempat Jokowi berpijak. Hasil survei ini menunjukkan,
hampir separuh responden yang sebelumnya mengaku memilih Megawati kini
mengalihkan dukungan kepada Jokowi. Kontan, dukungan kepada Megawati
merosot dari waktu ke waktu. Kini, tingkat keterpilihan Megawati tinggal
6,1 persen pemilih.
Sekalipun terus-menerus mengalami surplus dukungan, tidak berarti
keseluruhan pemilih Jokowi bertahan pada pilihan mereka. Membandingkan
dengan hasil survei sebelumnya, memang loyalitas pendukung Jokowi masih
tertinggi (67 persen). Namun, sepertiga pendukungnya pun kini mulai
beralih kepada sosok calon presiden lain, seperti Prabowo Subianto,
Aburizal Bakrie, dan Wiranto, atau bahkan terdapat sebagian yang justru
kini ragu untuk memilih sosok pengganti.
Prabowo-Aburizal ketat
Selain terhadap Jokowi, berbagai dinamika dukungan setahun terakhir
juga berlangsung pada sosok calon presiden lain. Persaingan paling
ketat, misalnya, kini berlangsung pada posisi kedua perolehan dukungan.
Total proporsi dukungan terhadap sosok Prabowo Subianto kini semakin
didekati Aburizal Bakrie.
Dari sisi loyalitas, para pendukung kedua sosok tersebut sebenarnya
relatif sama rentan. Dibandingkan dengan survei sebelumnya, sekitar
separuh bagian para pendukung kedua tokoh itu mengalihkan dukungan
kepada sosok idaman lain. Sementara separuh lainnya memilih bertahan.
Di sisi lain, mereka juga menerima limpahan dukungan pemilih baru
yang pada survei sebelumnya memilih sosok di luar mereka berdua.
Perbedaan di antara keduanya, dalam survei ini, tambahan dukungan
pemilih kepada Prabowo tidak sebesar dukungan yang hilang. Namun,
sebaliknya bagi Aburizal, kehilangan dukungan masih terbalas oleh
tambahan dukungan baru.
Wiranto melesat
Peningkatan signifikan justru terjadi pada Wiranto. Jika dua hasil
survei sebelumnya masih menempatkan Wiranto pada posisi bawah perolehan
dukungan, kali ini meningkat. Dengan keterpilihan mencapai 6,3 persen,
Wiranto bersaing dengan Megawati Soekarnoputri dan meninggalkan Jusuf
Kalla.
Namun, jika dilihat dari aspek loyalitas, basis dukungan Wiranto juga
tergolong rentan. Lebih dari separuh bagian pendukungnya semula
berganti dengan para pendukung baru. Positifnya, saat ini, tambahan
pendukung masih lebih besar dari dukungan yang hilang.
Bagi Jusuf Kalla, perubahan dukungan juga teralami. Pada ketiga hasil
survei penurunan terus berlangsung. Terakhir, tinggal 3,1 persen
pendukungnya. Di satu sisi, sebagian pendukungnya tersedot sosok Jokowi.
Begitu pun daya pikat Prabowo, Aburizal, dan Wiranto mampu pula
memengaruhi pendukung Jusuf Kalla untuk beralih pilihan. Sebaliknya,
tambahan dukungan diperoleh Jusuf Kalla dari para pemilih Aburizal
sekalipun dalam proporsi yang kalah besar ketimbang kehilangannya.
Berbagai perubahan dukungan yang terungkap dari survei ini hanya
berlangsung pada calon presiden yang sudah dikenal publik. Tepatnya,
perubahan lebih terfokus pada sosok-sosok yang sejauh ini memperoleh
proporsi dukungan signifikan. Sementara sosok calon presiden yang selama
ini meraih dukungan rendah relatif statis.
Sosok Mahfud MD, Hatta Rajasa, hingga Yusril Ihza Mahendra sejauh ini
belum menunjukkan geliat peningkatan atau penurunan dukungan. Begitu
pun Hidayat Nur Wahid masih tidak beranjak dari posisi perolehan survei
sebelumnya.
Sementara itu, kesebelas sosok calon presiden peserta Konvensi
Demokrat masih rendah tingkat keterpilihannya. Keterkenalan sosok di
mata pemilih masih menjadi kendala. Hanya Dahlan Iskan, Anies Baswedan,
dan Pramono Edhie yang cukup dikenal publik. Namun, tingkat
keterpilihannya belum menunjukkan peningkatan signifikan.
Namun, dinamika politik masih akan terjadi sesuai dengan perjalanan
waktu. Hasil pemilu legislatif akan sangat menentukan kontestasi pemilu
presiden.
Maka dari itu kami sebagai admin blog mas ajun dan juga masyarakat indonesia akan membuat sebuah polling di blog ini yaitu polling
siapa calon presiden indonesia paling layak, disini kami memberikan beberapa calon presiden yang menurut survey paling menonjol , pemilihan ini hanya sekedar representasi dari pembaca blog ini maupun penikmat dunia maya , bukan prediksi hasil pemilu presiden mendatang, so just enjoy
materi referensi: http://nasional.kompas.com/