|
Add wakil Presiden Boediono ( sumber:pelitaonline.com ) |
Dibalik Diamnya Boediono
Saya agak tergelitik ingin membuat tulisan ini setelah melihat sosok Pak Boed di acara Mata Najwa kemarin .
Di awal acara, Najwa pun seperti kesusahan meminta komentar panjang Pak Boed mengenai banyak hal, tetap bersahaja dan menjawab tanpa dihiasi kata kata provokatif untuk membela dirinya sendiri.
Ketika Najwa menunjukkan video yang menunjukkan betapa kalah populer nya beliau dengan Jokowi saat keduanya blusukan ke sebuah sekolah dengan ramai terdengar teriakan “Jokowi Jokowi Jokowi” dan Pak Boed hanya tersenyum saja sembari menyalami para guru ( dan para guru tersebut terlihat sekali terburu buru dan ingin bergeser untuk salaman dengan Jokowi ).
” Pak Jokowi tentu nya bukan lawan saya haha.., karena saya tidak pernah mengejar kepopuleran, saya tidak terganggu dengan hal tersebut”
” Jadi apa yang dikejar pak ?”
” apa yang ingin saya laksanakan dari hati saya, orang hidup itu hanya satu kali, jadi buat apa saya mengejar hal hal yang tidak saya inginkan. Saya tidak menginginkan hal itu ( kepopuleran ).”
Dikenal sebagai RI 2, dan sering tampil dalam panggung sebagai pengganti presiden. Pelit bicara, membuat media bosan dan melihatnya sebagai figur yang tak menghasilkan berita. Sikap sederhana beliau yang cenderung menutup diri dari media membuahkan caci maki dari banyak warganya yang menganggap nya tak pernah bekerja. Dengan persoalan negara yang luar biasa banyak, dan dengan sosok presiden sebagai pengambil kebijakan, Pak Boed tampil dalam sunyi membantu kebijakan tersebut, merintis negeri dalam diam, memberikan pengabdiannya tanpa ingin selalu diliput media.
Berbicara tentang Pak Boediono malam itu, Mata Najwa tampil dengan banyak teman dan rekan kerja pak Boed, termasuk menteri Marie Elka Pangestu dan Chatib Basri. Chatib Basri dikenal lebih dekat dengan beliau karena pernah bekerja dalam satu tim saat masih menjadi menteri keuangan bercerita tentang betapa tidak neko neko nya RI 2 yang satu ini.
” Pernah disuatu saat, ketika mau menghadiri sebuah acara, Pak Boed seperti biasa mengenakan kemeja lengan pendek nya, dan baru lah ketika sampai di hotel, diketahui kalau acara tersebut mengharuskan dress code batik. Pak Boed saat itu langsung masuk ke sebuah toko souvenir di dalam hotel itu, dan membeli sebuah baju batik yang langsung dikenakannya tanpa banyak protes. Baru setelah beberapa lama, saya baru menyadari bahwa baju batik itu adalah seragam pegawai hotel”
Meledak lah tawa di Mata Najwa malam itu, termasuk saya yang menonton dari layar televisi.
Alangkah kocak dan sederhana nya sosok Pak Boed yang selama ini tidak pernah tertarik ditangkap kamera media.
Kesederhaan, dan ketat menjaga mana yang menjadi hak nya atau bukan, Najwa mengatakan hal ini beberapa kali mengenai kesannya terhadap Pak Boediono. Kesibukan sering membatasi waktu yang ada untuk orang orang terdekat, dan Pak Boediono menganggap semua ini sebagai hutang yang harus ia lunaskan kepada keluarganya ketika ia tak menjabat lagi.
Sekarang Pak Boed, dengan masa jabatan yang kurang dari 6 bulan lagi, semakin gencar diserang oleh berbagai pihak mengenai kasus century. Budi Mulya sudah disidangkan, nama Boediono terucapkan sebanyak 65 kali oleh Jaksa Penuntut Umum KPK, publik pun kembali membelalakkan mata kepadanya dan seolah mendakwa nya sebagai tersangka.
Ia bukan politisi, bukan pula pengusaha. Kedua pihak yang selama ini terkenal memiliki kepentingan tersendiri dalam suatu ‘politik balas dendam’. Ia seorang teknokrat dan akademisi yang diajak masuk ke pemerintahan, yang membuatnya harus mengambil kebijakan kebijakan yang tidak populer, bahkan dibenci, termasuk kasus century. Kini kasus tersebut memasuki babak baru, semoga apapun dan siapapun aktor dibalik menggelembungnya dana talangan bail out tersebut bisa terungkap ke publik, dan saya yakin Pak Boed, diluar tersangkut atau tidak nya nanti, beliau akan menghadapi nya sesuai dengan hati nurani nya.
Kita nanti akan mengingatnya. Mungkin kita yang sekarang cenderung melupakannya bahkan mencaci nya. Bagaimanapun namanya telah tercatat dalam sejarah negeri ini. Mungkin tidak semua keputusan yang beliau ambil populer, dan kita selalu cenderung selalu melihat sisi jelek nya, dan seperti biasa baru akan melihat sisi baiknya bertahun mendatang. Banyak contoh yang bisa secara instan kita ingat, tanpa perlu bernostalgia.
Tapi yang pasti, Oktober nanti, Boediono akan kembali kepada keluarganya, menepi dari urusan birokrasi.
Dan mungkin saja akan bersiap dengan tangan tangan lain yang siap menjeratnya.
*****
Pak Boed lama bersama kekuasaan
Didalam makna lain telah memberipengabdian
Dia mungkin Contoh yang sempurna
Pejabat nonpolotik Yang relatif diterima sebagai wapres
Dia tahu diri, Berada digelanggang sebagai pengganti
Kini dia menjadi samsak amuk politik
Akibat bank gagal berdampak sistemik
Ada yang menudingnya miskin terobosan, hanya karena pak Boed Taat aturan
Dia bukan bintang Liputan media
Meski bukan berarti Sedikit bekerja
Berwibawa, Tanpa banyak kata
Berkuasa namun, Tetap hidup sederhana
Dia teknorat, Yang santun dalam batasan menyeimbangkan peran dan atasan
Bekerja dalam dingin, Rasionalitas angka, Paham distorsi, Pasar dan negara
Pak Boed terpuji karena laku sederhana, merintis jalan negeri sejahtera meski ia tak sepenuhnya berkuasa
Dalam kecamuk Belenggu para politisi
Boediono contoh pekerja
yang memilih sunyi
***
Source : Mata Najwa dan http://sosok.kompasiana.com/2014/03/20/boediono-yang-sendirian-640217.html