Sekilas
Tentang Dino Patti Djalal
Dino Patti
Djalal (lahir di Beograd, Yugoslavia, 10 September 1965; umur 48 tahun) adalah
Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat. Ia dilantik pada 10 Agustus 2010
oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Dino lahir
dari pasangan Hasyim Djalal (ayah) dan Jurni (ibu). Orang tuanya berasal dari
Ampek Angkek, Agam, Sumatera Barat. Ayahnya, Hasyim Djalal, juga merupakan
seorang diplomat Indonesia ternama.
Kariernya
dimulai tahun 1987 ketika masuk Departemen Luar Negeri. Berbagai penugasan
penting pernah diemban, antara lain sebagai Jubir Satgas P3TT (Pelaksana
Penentuan Pendapat di Timor Timur), Kepala Departemen Politik KBRI Washington
dan Direktur Amerika Utara dan Tengah Departemen Luar Negeri. Ia sempat menjabat
sebagai Direktur Urusan Amerika Utara dan Amerika Tengah di Departemen Luar
Negeri Republik Indonesia, sebelum akhirnya bersama Andi Mallarangeng kemudian
ditunjuk sebagai juru bicara Presiden ketika Susilo Bambang Yudhoyono menjadi
presiden Indonesia.
Pendidikan
Pendidikannya
bermula dari SD dan SMP Al Azhar, kemudian dia melanjutkan pendidikan ke McLean
High School, Amerika Serikat, kemudian pendidikan S-1 ke Universitas Carleton.
Gelar M.A. diraihnya dari Universitas Simon Frazer di Kanada hingga kemudian
meraih gelar doktor bidang hubungan internasional di London School of Economics
and Political Science.
Keluarga
Istrinya,
Rosa Raj Djalal, saat ini berprofesi sebagai dokter gigi. Dari hasil
pernikahannya dengan Rosa, Dino dikaruniai tiga orang anak dengan nama Alexa,
Keanu, dan Chloe.[4] Saudara laki-lakinya, Iwan Djalal, saat ini bekerja
sebagai eksekutif perusahaan swasta. Sedangkan saudara perempuannya, Dini
Djalal, bekerja sebagai wartawan di Amerika Serikat.
Gagasan Dino Patti Djalal
Dr Dino
Patti Djalal juga mengeluarkan gagasan mengenai pentingnya Nasionalisme Unggul
4521 yaitu suatu semangat perjuangan 45, etos hidup, karakter bangsa, serta
resep sukses yang dapat membuat bangsa Indonesia melesat menjadi raksasa Asia.
Begitu menginspirasi.Sosok
hebat yang membuat saya mencerna setiap kejadian dan kesemrawutan yang terjadi
akhir-akhir ini dengan pikiran lebih terbuka. Sosok pemimpin ideal dan
kehadirannya yang berpengaruh terhadap khalayak ramai terutama masyarakat
Indonesia.
Dino Patti
Djalal, gagasan kebangsaan dan gagasan revolusioner Islam
Dino Patti Djalal melihat bahwa masa
depan Islam di Indonesia memiliki potensi yang besar untuk menjadi kiblat
ekonomi dan politik dunia. Menurut Dino Patti Djalal, Indonesia sangat niscaya
untuk menjadi kiblat politik dan ekonomi yang bisa dianut oleh negara-negara
Islam lain.
Dino Patti Djalal mengatakan,
“Sejumlah 40 juta penduduk Indonesa sudah maju dalam hal kesadaran sejarah. Hal
ini berarti posisi Indonesia dalam Islam banyak bergeser dari segi gravitasi.”
“Gravitasi” yang dimaksud Dino Patti Djalal adalah pindahnya sentral politik
internasional bahwa dalam hal kiblat relijius, Mekah tetap menjadi kiblat yang
tak tergantikan, tetapi dalam hal lain seperti politik dan ekonomi, Arab Saudi
sebagai negara Islam sudah tak terlihat lagi.
“Kiblat religiusitas umat Muslim
memang ke Mekah, tetapi gravitasi politik dan ekonomi tidak lagi ke Arab. Kita
bangsa Indonesia sudah menjadi pusat ekonomi terbesar di ASEAN. Saat ini,
Indonesia menjadi kiblatnya,” begitu setidaknya papar Dino Patti Djalal. Gagasan
revolusioner Dino Patti Djalal inilah menurut saya menjadi momentum atau
“peluang emas” bagi Indonesia untuk membangkitkan kekuatan ekonomi dan politik
di kancah internasional dan kembali merajut Nusantara yang dulu pernah berjaya.
Gagasan kepemimpinan
Dino Patti Djalal
Dino Patti Djalal juga memberikan
semangat kepada peserta dialog publik untuk berani mengambil keputusan di saat
genting atau darurat. Menurut Dino Patti Djalal, keputusan dalam diplomasi
politik luar negeri harus didasari pertanggungjawaban penuh dengan rasa
nasionalisme yang tinggi.
“Keputusan luar negeri Indonesia
memiliki dampak langsung bagi nyawa dan hajat hidup banyak orang. Oleh karena
itu, harus ada tanggung jawab secara penuh. Jika tidak, habislah sudah negara
ini,” begitu ujar Dino Patti Djalal.
Dalam hal ini, saya menggarisbawahi
bahwa Dino Patti Djalal merupakan sosok pengambil keputusan (decision maker)
“ulung” sekaligus pengambil keputusan yang tidak serta merta melandaskan diri
pada kepentingan tertentu, tetapi keputusan yang berdasarkan tanggung jawab
bersama. Bagi saya, Indonesia butuh pemikiran dan tanggung jawab yang total
semacam ini.
Gagasan
“Nasionalisme Unggul”
“Di abad 21, merdeka saja tidak
cukup, berdaulat saja tidak cukup. Kita harus unggul, unggul di luar dan unggul
di dalam.” Demikian konsep “nasionalisme unggul” yang ditawarkan Dino Patti
Djalal untuk membangun Indonesia menjadi bangsa yang melesat menjadi “raksasa
Asia”.
Gagasan “nasionalisme unggul”
sebagaimana dijelaskan lebih lengkap dalam buku yang ditulis Dino Patti Djalal,
Nasionalisme Unggul: Bukan Hanya Slogan (2013), menyatakan nasionalisme
unggul menyadarkan kepada masyarakat bahwa dengan nasionalisme yang kuat,
Indonesia akan bisa mencapai puncak kejayaan sebagai raksasa Asia. Tentu,
nasionalisme yang kuat tersebut dibarengi dengan ideologi yang tidak semata
bertumpu pada pemahaman konsep persatuan-kesatuan, tetapi juga ideologi
unggulan.
Melalui konsep nasionalisme unggul,
manusia Indonesia diharapkan bisa menjaga semangat persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia sebagai bangsa yang utuh, sekaligus meningkatkan kualitas
manusia Indonesia sebagai manusia unggul di segala bidang. Penyatuan antara
semangat “nasionalisme” dan semangat “unggul” akan menciptakan karakter dan
kepribadian bangsa yang kuat, digdaya, dan unggul di segala hal. Apabila konsep
nasionalisme unggul ini bisa diimplementasikan, bukan mustahil Indonesia akan
kembali meraih puncak kejayaan sebagai bangsa Nusantara yang digdaya. Indonesia
digdaya!
Membumikan
nasionalisme unggul dan kembalinya macan Asia
Gagasan nasionalisme unggul
merupakan suatu semangat, etos hidup, karakter bangsa sekaligus resep sukses
agar bangsa Indonesia bisa melesat tinggi menjadi bangsa yang unggul dan bangsa
yang menjadi raksasa Asia. Bisa jadi, konsep “nasionalisme unggul” yang digagas
Dino Patti Djalal akan mengembalikan kejayaan Indonesia sebagai “macan Asia”.
Salah satu hal yang menjadi kunci
nasionalisme unggul adalah menyangkut konsep tentang “meritokrasi”. Meritokrasi
adalah sistem di mana setiap orang berhak dan berpeluang yang sama untuk
bersaing dan maju sesuai kemampuan, terlepas dari status kesukuan, agama, ras
dan gender, termasuk terlepas dari kelas ekonomi. Untuk menegakkan konsep
meritokrasi, bangsa Indonesia mutlak bermental “sportif” dan bersikap fair.
Satu-satunya cara untuk
mengembalikan reputasi Indonesia di mata dunia yang pernah dijuluki “macan
Asia” adalah dengan membumikan konsep nasionalisme unggul. Dengan gagasan
nasionalisme unggul, Indonesia bukan saja akan kembali tampil sebagai macan
Asia, tetapi juga menjadi raksasa Asia. Jika “Google Cendekia” menampilkan
slogan “Berdiri di Bahu Raksasa”, maka dengan gagasan nasionalisme unggul,
Indonesia akan dengan percaya diri tampil bukan saja “Berdiri di Bahu Raksasa”,
tetapi “Berdiri sebagai Raksasa”.
Melejitkan bangsa Indonesia sebagai
bangsa yang “Berdiri sebagai Raksasa” butuh sosok pejuang di dalamnya. Dan
sepertinya, sosok pejuang yang berada di garda paling depan untuk melejitkan
Indonesia sebagai “bangsa raksasa” adalah penggagas “nasionalisme unggul” yang
tak lain adalah Dino Patti Djalal. Sosok internasional yang membumi dengan
semangat nasionalisme keindonesiaan.
Referensi
:
wikpedia
http://elloveblue-star.blogspot.com