Sikap Megawati yang terus menunggu
waktu akan merugikan Joko Widodo. Perhitungan politik terkait dengan
Jokowi berkenaan dengan pencalonan Jokowi sebagai presiden RI.
Kelambanan dan kalkulasi politik PDIP selepas sang God Father Taufiq
Kiemas mangkat sungguh berbeda kondisinya sekarang. Ketika Taufiq
Kiemas masih ada, praktis PDIP berada dalam trek kekuatan penuh di mana
Sang God Father mampu mengendalikan dan memengaruhi partai. Bahkan
kekuatan Taufiq Kiemas dibuktikan dengan direbutnya posisi Ketua MPR
oleh PDIP yang jelas oposan pemerintahan SBY. Pencapaian ini tak lepas
dari pengaruhnya yang begitu kuat di luar PDIP sekalipun.
Kini
PDIP dihadapkan pada kepentingan internal para petualang politik yang
mencoba memengaruhi Megawati. Megawati yang kini dikelilingi oleh para
pentolan politikus yang kecerdasannya melebihi rata-rata ditunggu untuk
bersikap terkait dengan pencalonan presiden oleh PDIP. PDIP yang
identik dengan Megawati kini tentu tidak lagi sedemikian kuat setelah
Taufiq Kiemas hilang selamanya dari hadapan Megawati.
Sampai
saat ini PDIP tetap tak akan membuka wacana untuk mencalonkan Megawati
sendiri sampai usai pemilu legislatif. Sikap menunggu ini terkait
dengan ambisi Megawati yang tak bisa dibendung untuk maju lagi sebagai
calon presiden untuk ketiga kalinya. Apalagi SBY yang dianggap seteru
oleh Megawati kini tak bisa lagi maju. Dalam benak Megawati, ini
kesempatan terakhir baginya untuk sekali lagi mencoba menjadi presiden.
Ambisi pribadi ini sangat merugikan PDIP, namun buat Megawati tak
penting kepentingan apapun selain ambisi pribadi.
Megawati
juga mengkhinati Prabowo Subianto karena dalam perjanjian antara
Prabowo dan Megawati pada 2009, jika Mega menang dan menjadi presiden,
maka pada 2014 Prabowo yang akan dipromosikan maju sebagai calon
presiden. Kini, setelah kegagalan Megawati pada dua pertarungan
pemilihan presiden, apakah Megawati tetap akan maju? Jawabnya ya!
Perhitungan
politik paling kuat adalah Megawati akan menggandeng Jokowi sebagai
calon wakil presiden pada 2014. Namun jika Megawati terlalu lama
mengumumkan pencalonan dirinya dan Jokowi, maka hanya kekalahan saja
yang akan dipetik. Serangan dari luar partai terhadap Jokowi dari musuh
partai dan musuh Jokowi seperti PKS dan Partai Demokrat serta Golkar
akan sulit dielakkan. Kampanye hitam dari para tokoh besar nan hebat
seperti sang sensasional Oma Irama dan Farhat Abbas akan semakin sulit
dibendung jika Megawati dan Jokowi hanya memiliki waktu sekitar 5 bulan
sebelum Pilpres 2014 berlangsung.
Pengumuman
pencapresan Jokowi oleh Megawati baik sebagai capres maupun cawapres
mendampingi Megawati sekalipun yang lebih awal akan menguntungkan para
caleg PDIP di seluruh Indonesia. Para caleg PDIP akan mendapatkan
dukungan karena publik sadar bahwa calon yang akan diusung adalah
Jokowi - minimal ada unsur Jokowi-nya. Publik gampang terpikat seperti
kasus Partai Demokrat yang memenangi pemilu karena unsur SBY dulu yang
dianggap hebat namun nyatanya melempem. Kini harapan yang jauh berbeda
terpampang di depan mata.
PDIP
sebagai partai politik mendapatkan kader berkualitas. Saat ini hanya
Gerindra yang mampu menyaingi kepopuleran Jokowi dengan Prabowo sebagai
capres paling popular. Namun begitu Megawati mengumumkan pencapresan
Jokowi baik sebagai capres maupun cawapres, peta perpolitikan akan
cepat berubah. Saat ini taka da contender sekelas Jokowi. Mahfud MD
popular di kalangan elite Jakarta namun tak dikenal oleh rakyat di
pelosok daerah. Partai lainnya semuanya tak memiliki tokoh yang bisa
dipercaya oleh rakyat akibat sifat sombong mereka sebagai elite
penguasa.
Jadi, Megawati dan PDIP
harus secepatnya mencapreskan Jokowi dan menunggu waktu terlalu lama
akan merugikan Jokowi dan juga PDIP. Yakinlah, begitu pencapresan
Jokowi diumumkan gelombang euphoria dukungan akan sangat mengalir deras
bagi PDIP dan Jokowi. Namun demikian, pengamatan saya secara pribadi
melihat kini PDIP tengah mengalami kegalauan yang dahsyat sejak
meninggalnya the God Father Taufiq Kiemas. Disibnyalir orang bekas KNPI
tengah bermain dan membentuk faksi untuk persiapan menggusur Megawati
pada 2015.
Makanya,
hanya sekarang ini kesempatan bagi Megawati untuk tetap eksis dan
mencoba keberuntungan dengan menggandeng Jokowi atau dengan rela
membiarkan Jokowi menjadi Calon Presiden dengan Prabowo sebagai wakil
presiden.
Namun jika PDIP tak
mencalonkan, sudah dapat dipastikan Jokowi akan mendampingi Prabowo
sebagai calon wakil presiden. Itu harus Jokowi lakukan dalam bentuk
pengkhianatan terhadap PDIP. Kenapa? Indonesia saat ini membutuhkan
Jokowi sebagai pemimpin nasional. Skala DKI bagi seorang Jokowi terlali
kecil. Indonesia dan rakyat Indonesia memerlukan Jokowi, sekalipun
Jokowi harus mengkhianiti PDIP andai dengan culunnya PDIP tak
mencalonkan Jokowi.
Megawati tak
perlu mendengarkan internal partai yang mulai tidak loyal dengan
Megawati sepeninggal Taufiq Kiemas. Segera umumkan Jokowi sebagai
capres atau cawapres. Diam bukan emas zaman sekarang ini, Bu Mega!
Salam bahagia ala saya.
by: http://politik.kompasiana.com/2013/07/18/jokowi-antara-prabowo-dan-megawati-dalam-pilpres-2014-577826.html