Rakyat
Indonesia semakin sadar akan pentingnya industri pertahanan,
Pencaplokan wilayah yang dilakukan Malaysia yang didukung sekutunya
Inggris dan Australia semakin membuat murka rakyat indonesia.
Konflik kawasan yang ditandai masuknya Australia sebagai
anggota ASEAN semakin memperuncing masalah di Asean. Inipun belum
ditambah tidakan provokasi yang sering dilakukan Malaysia “ Boneka
Brittish” telah menyadarkan bangsa Indonesia tentang pentingnya arti sebuah kedaulatan dalam bingkai Negara kesatuan.
Persahabatan
Indonesia- Rusia yang telah terjalin lama kini mulai direcoki dengan
kematian 3 teknisi Sukhoi beberapa waktu lalu. Disejumlah forum bebas
mulai muncul kecurigaan terhadap agen CIA dibalik kematian ketiga
teknisi Sukhoi tersebut. Inipun belum ditambah ulah Australia yang
berencana mengugat institusi Polri terkait pelanggaran HAM terhadap
sejumlah Tapol RMS di Ambon beberapa waktu lalu.
Penulis sebagai warga indonesia yang baik, terkesan
alergi dengan ulah para pengamat yang mulai menunjukan diri sebagai
antek-antek amerika dan sekutunya. Namun setelah ketegangan RI-Malaysia
terkait penangkapan tiga petugas DKP kemarin, rakyat
Indonesia mulai tersentak, pengamat mulai kaget, bahwa industry
pertahanan yang berpijak kepada kemampuan sendiri menjadi sangatlah
penting.
Sehingga
di forum-forum online muncul kata “Malaysia kita Ganyang, Inggris kita
linggis Australia kita basmi”. Pentingnya modernisasi persenjataan
Indonesia kepada kemampuan sendiri terlihat ketika Departemen Pertahanan Republik Indonesia mulai melakukan riset dan merintis pengembangan tentang rudal.
Dengan demikian, Indonesia saat ini Indonesia telah memiliki rudal atau peluru kendali buatan dalam negeri.
Dengan diluncurkannya roket RX 420 oleh Lembaga Penerbangan dan
Antariksa (LAPAN), Kamis 2 Juli 2009, diharapkan dapat mendukung
mengembangkan pembuatan rudal dalam negeri.
Walaupun, roket RX-420 masih jadi pertimbangan Departemen Pertahanan,
apakah mampu menjadi salah satu senjata penangkal di darat yang dapat
diandalkan maka Indonesia memerlukan armada kapal atau senjata perang lainnya, selain faktor biaya yang dominan besar.
“Faktor biaya sangat menentukan, apakah pengembangan rudal berpangkal di
darat lebih murah dibanding dengan membeli alutsista seperti kapal atau
pesawat,” ujar Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono di Jakarta.
Berdasarkan Penelusuran di Departemen Pertahanan, ide produksi rudal
dalam negeri mulai tercetus tahun 2005. Dana sebesar Rp 2,5 miliar
digelontorkan untuk proyek pembuatan rudal pada tahun itu, dan ternyata
hasilnya terwujud Dephan menggandeng PT Pindad Indonesia, pabrik senjata
dalam negeri yang melakukan penelitian hulu ledak kaliber 122
milimeter.
Dengan biaya yang cukup, LAPAN dan Departemen Pertahanan akan terus
melakukan perbaikan dan evaluasi untuk mewujudkan rudal dengan kaliber
70 milimeter sebagai roket militer yang dilengkapi hulu ledak.
Bahkan saat ini, LAPAN telah berhasil meluncurkan roket dengan kekuatan
jarak tempuh 100 kilometer, dan memiliki kecepakatan luncur awal 4 kali
kecepatan suara.
Bagi
Indonesia Membuat BOM Nuklir Bukanlah hal yang sulit, Tinggal
Menggabungkan, antara BADAN TENAGA ATOM NASIONAL + PT.PINDAD = Pembuat
Bom + LAPAN= Pembuat Roket, JADILAH HULU LEDAK NUKLIR BUATAN INDONESIA
Program Nuklir Indonesia merupakan program
Indonesia untuk membangun reaktor nuklir, sehingga dapat memproduksi energi.
Kegiatan
pengembangan dan pengaplikasian teknologi nuklir di Indonesia diawali
dari pembentukan Panitia Negara untuk Penyelidikan Radioaktivitet tahun
1954. Panitia Negara tersebut mempunyai tugas melakukan penyelidikan
terhadap kemungkinan adanya jatuhan radioaktif dari uji coba senjata
nuklir di lautan Pasifik.
Dengan
memperhatikan perkembangan pendayagunaan dan pemanfaatan tenaga atom
bagi kesejahteraan masyarakat, maka melalui Peraturan Pemerintah No. 65
tahun 1958, pada tanggal 5 Desember 1958 dibentuklah Dewan Tenaga Atom
dan Lembaga Tenaga Atom (LTA), yang kemudian disempurnakan menjadi Badan
Tenaga Atom Nasional (BATAN) berdasarkan UU No. 31 tahun 1964 tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok Tenaga Atom. Selanjutnya setiap tanggal 5
Desember yang merupakan tanggal bersejarah bagi perkembangan teknologi
nuklir di Indonesia dan ditetapkan sebagai hari jadi BATAN.
Pada
perkembangan berikutnya, untuk lebih meningkatkan penguasaan di bidang
iptek nuklir, pada tahun 1965 diresmikan pengoperasian reaktor atom
pertama (Triga Mark II) di Bandung. Kemudian berturut-turut, dibangun
pula beberapa fasilitas litbangyasa yang tersebar di berbagai pusat
penelitian, antara lain Pusat Penelitian Tenaga Atom Pasar Jumat,
Jakarta (1966), Pusat Penelitian Tenaga Atom GAMA, Yogyakarta (1967),
dan Reaktor Serba Guna 30 MW (1987) disertai fasilitas penunjangnya,
seperti: fabrikasi dan penelitian bahan bakar, uji keselamatan reaktor,
pengelolaan limbah radioaktifdanfasilitas nuklir lainnya.
Sementara
itu dengan perubahan paradigma pada tahun 1997 ditetapkan UU No. 10
tentang ketenaganukliran yang diantaranya mengatur pemisahan unsur
pelaksana kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir(BATAN)dengan unsur pengawas
tenaga nuklir (BAPETEN).
Badan Pengawas Tenaga Nuklir
(BAPETEN) didirikan tahun 1998. Penelitian energi atom dimulai di
Indonesia. Selain untuk memproduksi listrik, teknologi nuklir juga
digunakan untuk kegunaan medis, manipulasi genetika dan agrikultur.
Rencana untuk program atom dihentikan tahun 1997 karena penemuan gas alam
Natuna, tetapi program ini kembali dijalankan sejak tahun 2005.
Protes terhadap rencana ini muncul pada Juni 2007 didekat Jawa Tengah dan juga lonjakan pada pertengahan 2007.
Pada
maret 2008 , melalui menteri Riset dan Teknologi, Indonesia memaparkan
rencananya untuk membangun 4 buah PLTN berkekuatan 4800 MWe (4 x 1200
MWe).
Lokasi reaktor nuklir
Untuk penelitian, reaktor percobaan telah dibuat di Indonesia:
Bandung, Jawa Barat. Pusat Penelitian Tenaga Nuklir (PPTN) Bandung. (reaktor Triga Mark II - berkapasitas 250 kW diresmikan 1965 , kemudian ditingkatkan kapasitasnya menjadi 2 MW pada tahun 2000 ).[3]
Yogyakarta, Jawa Tengah (Reaktor penelitian nuklir Kartini - kapasitas 250 kW operasi sejak 1979).
Serpong (Banten). (reaktor penelitian nuklir MPR RSG-GA Siwabessy - kapasitas 30 MW diresmikan tahun 1987).
Berbagai lokasi digunakan untuk membangun reaktor untuk memproduksi listrik: Muria, Jawa Tengah.
Sumber daya alam
Indonesia memiliki tiga
tambang uranium, yaitu tambang Remaja-Hitam dan tambang
Rirang-Tanah Merah. Kedua uranium tersebut terletak di
Kalimantan Barat dan ketiga di Freeport Papua. Jika uranium tidak cukup, Indonesia memiliki pilihan mengimpor uranium.
Indonesia Aktif Produksi Rudal Balistik(Jelajah)
Untuk
menaikan performa kekuatan militer Republik Indonesia kita bisa meniru
militer Iran,Korea Utara,India,Pakistan. Yaitu dengan
membuat/memproduksi sendiri rudal jelajah yang bisa menjangkau seluruh
kawasan ASEAN serta kawasan Australia.Makin sering kita lakukan uji coba
daya jangkau rudal akan menaikan pamor & harga diri bangsa
INDONESIA. DEPHANKAM harus bisa menujukan kepada rakyat Indonesia bahwa
kita bisa membuat senjata berat high technologi sebagai alat pertahanan
negara. Selama ini kita masih mengandalkan pembelian alat & senjata
pertahanan negara dari negara lain dimana syarat-syarat pembelian
senjata selalu ada perjanjian yang berkaitan dng hak asasi manusia dan
yg paling parah kena sanksi embargo pembelian suku cadang ya sudah
matilah kita.
Hal
seperti itu jangan terjadi lagi mari kita bangkit membangun pertahanan
negara yang kuat dengan kemampuan kita sendiri, jangan selalu membebani
APBN yg minim anggaran pertahananya.
Lakukan
reseach, bentuk lembaga khusus pembuatan rudal Balistik dan libatkan
mahasiswa dan perguruan tinggi sebagai bahan kajian,libatkan BIN (Badan
Intelejen Negara) mencari & mencuri tehnologi rudal negara lain.Saya
yakin DEPHANKAM punya kemampuan untuk mewujudkan bahwa bangsa Indonesia
punya kemampuan untuk memproduksi rudal balistik.
Roket
Indonesia Mampu Mengangkut Hulu Ledak Nunklir Ber kekuatan 1/2 dari
Boom Nuklir Amerika yag di jatuhkan di Hirosima JAPAN. Setelah berhasil
uji coba 9 Jenis roket dan 1 jenis roket gagal. Roket Indonesia Siap
Mengangkut Hulu Ledak… Nuklir…
|
Dunia
mungkin tidak akan pernah mencapai keadaan nirsenjata nuklir. Tetapi
(apa yang dikemukakan Presiden Obama tentang dunia yang bebas nuklir)
akan membantu membuat banyak hal jauh lebih aman bila yang lain juga
mau berbuat serupa. (”The Economist”, 11-17 April 2009)
Korea
Utara memang negara misterius, tetapi suka menghadirkan kejutan.
Setelah tak puas dengan perundingan Enam Pihak yang melibatkan Amerika
Serikat, Rusia, China, Jepang, dan Korea Selatan, tanpa didahului
peringatan, Senin (25/5), negara yang masih menganut sistem Komunis
Stalinis ini mengumumkan telah sukses melakukan uji nuklir kedua.
Terlepas
dari reaksi dan kecaman internasional, rezim di Pyongyang ini ingin
meyakinkan kepada dunia, juga kepada rakyat Korut sendiri, bahwa status
kekuatan nuklir Korut tak bisa diragukan lagi. (Secara politik,
langkah uji nuklir juga dilakukan di tengah upaya Sang Pemimpin Kim
Jong Il mencari dukungan militer untuk rencananya mengalihkan
kekuasaan kepada salah satu dari tiga anak laki-lakinya.)
Selain
menyatakan bahwa uji dilakukan sebagai upaya meningkatkan deteren
nuklir untuk pertahanan diri, uji yang dilakukan di bawah tanah ini
juga dilaporkan dilakukan dengan aman. Seperti dilaporkan oleh kantor
berita resmi Korut, KCNA (yang dikutip IHT, 26/5), hasil pengujian
telah membantu dengan memuaskan penyelesaian masalah ilmiah dan
teknologis yang muncul dalam usaha memperbesar kekuatan senjata
nuklir, dan seiring dengan itu juga dalam upaya pengembangan teknologi
nuklir.
Melengkapi
keterkejutan dunia, sesaat setelah pengumuman uji peledakan nuklir,
Korut juga meluncurkan rudal ke lepas pantai timur. Rudal ini memang
berjelajah pendek, tetapi hal itu juga perlu dicatat karena merupakan
bagian dari upaya Korut untuk menyempurnakan kemampuan wahana peluncur
hulu ledak nuklir.
Sudah
menjadi pakem bahwa kemampuan membuat bom nuklir barulah komplet bila
disertai dengan kemampuan membuat rudal peluncurnya. Ini karena rudal
merupakan satu pelontar bom yang praktis-ekonomis dibandingkan dengan
pengebom yang rawan ditembak dan disergap, atau kapal selam balistik
yang mahal dan jauh lebih menuntut berbagai kemampuan.
Kini,
meski dikecam dunia, Korut berhasil membuktikan tidak saja tekad,
tetapi juga kemampuan teknologi nuklirnya. Sekadar catatan, uji nuklir
pertama Korut dilakukan pada 9 Oktober 2006, tetapi hasilnya tidak
memuaskan. Kini, uji yang kedua menghasilkan gempa berkekuatan lebih
besar, dalam magnitudo 4,5-5,3, dibandingkan uji pertama yang hanya
menghasilkan gempa berkekuatan 3,6.
Daya
ledak nuklir Korut yang diuji pada 25 Mei oleh Juru Bicara
Kementerian Pertahanan Rusia Alexander Drobyshevsky kepada kantor
berita RIA-Novosti diperkirakan 10 hingga 20 kiloton, sementara daya
yang pertama hanya 0,8 kiloton. Daya ledak nuklir sebesar 1 kiloton
setara dengan 1.000 ton trinitrotoluena (TNT) atau dinamit. Sementara
itu, ahli keamanan dari Universitas Korea di Seoul menyebutkan, daya
ledak nuklir Korut, Senin lalu, hanya 1 kiloton.
Berapa
pun dayanya, uji kedua yang juga dilakukan di timur laut kota Kilju
ini dipandang lebih sukses dibandingkan dengan uji peledakan pertama.
Pada uji 2006, Korut dinilai terlalu ambisius dalam desain bomnya,
lalu mereka juga menggunakan plutonium yang tidak pas, atau tidak
menguasai kerumitan alat pemicu (ledakan) (Wall Street Journal ,
26/5).
Kemajuan
nuklir Korut ini jadi berita justru ketika Presiden AS Barack Obama
telah menyerukan dunia bebas senjata nuklir dalam lawatan di Praha
awal April silam. Inilah idealisme pemimpin adidaya yang pada masa
Perang Dingin mengembangkan persenjataan nuklir secara besar-besaran,
hingga dunia pernah ”dipayungi” oleh 50.000 hulu ledak nuklir yang
sanggup untuk memusnahkannya berulang kali.
AS,
Rusia, dan Inggris diberitakan bersedia mengurangi arsenal nuklirnya,
tetapi China dan Perancis tidak. Masih jadi pertanyaan pula,
bagaimana dengan nuklir Israel, India, Pakistan, juga Korut, dan
lainnya?.
Nuklir Batan
Dalam
wacana nuklir persenjataan yang semula diperkirakan surut seusai
Perang Dingin, ternyata tidak karena merebaknya isu proliferasi
(penyebarluasan), orang pun lalu teringat kembali dengan imajinasi
mengerikan tentang perang nuklir yang bisa membinasakan jutaan orang
sekaligus. Hal ini membuat manfaat nuklir yang positif nonmiliter
seperti terbenam.
Bersamaan
dengan dilakukannya uji kedua nuklir Korut Senin lalu, Badan Tenaga
Nuklir Nasional (Batan) menyelenggarakan Pertemuan Kelompok Ahli
Tenaga Nuklir di Jakarta. Bagi Batan, situasi yang dihadapi selama ini
memang lebih banyak mengecilkan hati daripada membesarkan.
Tetapi
Batan tak harus kehilangan orientasi. Memang wacana di permukaan
didominasi oleh isu PLTN, tetapi akan lebih baik bila PLTN masuk dulu
dalam lemari, menunggu saat yang lebih tepat dari berbagai segi.
Sebagai gantinya, kajian energi dilanjutkan dalam bentuk eksperimen
seperti yang selama ini telah dilakukan, seperti fabrikasi elemen
bakar untuk reaktor daya tipe Cirene, menguasai teknik eksplorasi
bahan galian nuklir, dan prospeksi mineral uranium.
Atau,
yang tidak kalah pentingnya adalah pengembangan kemampuan pengelolaan
limbah radioaktif. Program penelusuran sumber air tanah dengan teknik
nuklir, seperti yang telah dilakukan di Yogyakarta, Jawa Tengah,
Lombok, dan Madura, juga terdengar lebih akseptabel. Batan juga bisa
membantu pembangkitan listrik tenaga panas bumi dengan teknik
nuklirnya.
Selain
energi, Batan juga telah memiliki kemampuan dalam aplikasi nuklir di
bidang pertanian dan peternakan, juga di bidang kesehatan dan
obat-obatan. Sejak munculnya varietas padi atomita pada 1980-an, Batan
terus melanjutkan pengembangan varietas unggul dengan teknologi
mutasi radiasi. Dilakukan juga pemuliaan tanaman sorgum.
Sementara
itu, di bidang kesehatan dan obat-obatan telah dikembangkan sarana
untuk pemisahan dan pengemasan radioisotop dan radiofarmaka, juga
pemeriksaan medik menggunakan kamera gamma.
Berbagai
hasil penelitian dan pengembangan serta rekayasa Batan di atas, pekan
ini juga diperkenalkan di kalangan mahasiswa di Kota Malang. Inilah
langkah yang untuk saat ini lebih kurang kontroversial, dan bermanfaat
bagi Batan, daripada berfokus pada PLTN.
Dari
uraian tentang aktivitas ilmiah Batan di atas terlihat betapa kontras
aktivitas nuklir di Korut dan Indonesia. Bisa saja program nuklir
Korut lebih terfokus dan mencapai satu prestasi nasional, lepas dari
baik atau buruknya bagi perdamaian internasional. Sementara program
seperti yang dilakukan Batan hanya lebih bersifat ”nice- to- have”
tanpa value yang berarti secara nasional. Sejarahlah yang nanti akan
membuktikan mana yang lebih benar dari kedua mazhab di atas.
Momentum
ini harus dijaga terus dan ditingkatkan sebagai kebanggaan atas
kemampuan teknologi sendiri. Jangan sampai karya insinyur Indonesia
ini dijegal justru oleh orang Indonesia sendiri (biasa) para
ekonom-ekonom Pemerintah yang sering menganggap karya bangsa sendiri
sebagai terlalu mahal dan hanya buang-buang uang saja untuk riset ….!
Inilah musuh yang sebenarnya. Waspadailah kawan-kawan insinyur
Indonesia.
Meski sudah berlangsung 2 pekan yang lalu, peluncuran roket RX-420 Lapan
ternyata masih jadi buah bibir. Anehnya bukan jadi buah bibir di
Indonesia yang lebih senang ceritera Pilpres, tetapi di Australia,
Singapura dan tentu saja di negara tetangga yang suka siksa TKI dan
muter-muterin Ambalat yakni Malaysia.
Seperti diketahui roket RX-420 ini menggunakan propelan yang dapat
memberikan daya dorong lebih besar sehingga mencapai 4 kali kecepatan
suara. Hal itu membuat daya jelajahnya mencapai 100 km. Bahkan bisa
mencapai 190 km bila struktur roket bisa dibuat lebih ringan. Yang
punya nilai tambah tinggi ini adalah 100% hasil karya anak bangsa,
para insinyur Indonesia. Begitu pula semua komponen roket-roket
balistik dan kendali dikembangkan sendiri di dalam negeri, termasuk
software. Hanya komponen subsistem mikroprosesor yang masih diimpor.
Anggaran yang dikeluarkan untuk peluncurannya pun “cuma” Rp 1 milyar.
Kalah jauh dengan yang dikorupsi para anggota DPR untuk traveller
checks pemenangan Miranda Gultom sebagai Deputi Senior Gubernur BI yang
lebih dari Rp. 50 milyar. Apalagi kalau dibandingkan dengan korupsi
BLBI yang lebih dari Rp. 700 trilyun.
Mengapa malah menjadi buah bibir di Australia, Singapura dan Malaysia?
Karena keberhasilan peluncuran roket Indonesia ini ke depan akan
membawa Indonesia mampu mendorong dan mengantarkan satelit Indonesia
bernama Nano Satellite sejauh 3.600 km ke angkasa. Satelit Indonesia
ini nanti akan berada pada ketinggian 300 km dan kecepatan 7,8 km per
detik. Bila ini terlaksana Indonesia akan menjadi negara yang bisa
menerbangkan satelit sendiri dengan produk buatan sendiri. Indonesia
dengan demikian akan masuk member “Asian Satellite Club” bersama Cina,
Korea Utara, India dan Iran.
Nah kekhawatiran Australia, Singapura dan Malaysia ini masuk akal,
bukan? Kalau saja Indonesia mampu mendorong satelit sampai 3.600 km
untuk keperluan damai atau keperluan macam-macam tergantung
kesepakatan rakyat Indonesia. Maka otomatis pekerjaan ecek-ecek bagi
Indonesia untuk mampu meluncurkan roket sejauh 190 km untuk keperluan
militer bakal sangat mengancam mereka sekarang ini pun juga!!! Kalau
tempat peluncurannya ditempatkan di Batam atau Bintan, maka Singapura
dan Malaysia Barat sudah gemetaran bakal kena roket Indonesia. Dan
kalau ditempatkan di sepanjang perbatasan Kalimantan Indonesia dengan
Malaysia Timur, maka si OKB Malaysia tak akan pernah berpikir
ngerampok Ambalat. Akan hal Australia, mereka ada rasa takutnya juga.
Bahwa mitos ada musuh dari utara yakni Indonesia itu memang bukan
sekedar mitos tetapi sungguh ancaman nyata di masa depan dekat.
CN 235 Versi Militer
Rupanya Australia, Singapura dan Malaysia sudah lama “nyaho” kehebatan
insinyur-insinyur Indonesia. Buktinya? Tidak hanya gentar dengan roket
RX-420 Lapan tetapi mereka sekarang sedang mencermati pengembangan
lebih jauh dari CN235 versi Militer buatan PT. DI. Juga mencermati
perkembangan PT. PAL yang sudah siap dan mampu membuat kapal selam
asal dapat kepercayaan penuh dan dukungan dana dari pemerintah.
Kalau para ekonom Indonesia antek-antek World Bank dan IMF menyebut
pesawat-pesawat buatan PT. DI ini terlalu mahal dan menyedot investasi
terlalu banyak (“cuma” Rp. 30 trilun untuk infrastruktur total, SDM dan
lain-lain) dan hanya jadi mainannya BJ Habibie. Tetapi mengapa Korea
Selatan dan Turki mengaguminya setengah mati? Turki dan Korsel adalah
pemakai setia CN 235 terutama versi militer sebagai yang terbaik di
kelasnya. Inovasi 40 insinyur-insinyur Indonesia pada CN 235 versi
militer ini adalah penambahan persenjataan lengkap seperti rudal dan
teknologi radar yang dapat mendeteksi dan melumpuhkan kapal selam.
Jadi kalau mengawal Ambalat cukup ditambah satu saja CN235 versi
militer (disamping armada TNI AL dan pasukan Marinir yang ada) untuk
mengusir kapal selam dan kapal perang Malaysia lainnya.
Nah, jadi musuh yang sebenarnya ada di Indonesia sendiri. Yakni watak
orang Indonesia yang tidak mau melihat orang Indonesia sendiri
berhasil. Karya insinyur-insinyur Indonesia yang hebat dalam membuat
alutsista dibilangin orang Indonesia sendiri terutama para ekonom pro
Amerika Serikat dan Eropa: “Mending beli langsung dari Amerika Serikat
dan Eropa karena harganya lebih murah”. Mereka tidak berpikir jauh ke
depan bagaimana Indonesia akan terus tergantung di bidang teknologi,
Indonesia hanya akan menjadi konsumen teknologi dengan membayarnya
sangat mahal terus menerus sampai kiamat tiba.
Kalau ada kekurangan yang terjadi dengan industri karya bangsa sendiri,
harus dinilai lebih fair dan segera diperbaiki bersama-sama. Misalnya
para ahli pemasaran atau sarjana-sarjana ekonomi harus diikutsertakan
dalam team work. Sehingga insinyur-insinyur itu tidak hanya pinter
produksi sebuah pesawat tetapi setidaknya tahu bagaimana menjual
sebuah pesawat itu berbeda dengan menjual sebuah Honda Jazz. Kalau ada
kendala dalam pengadaan Kredit Ekspor sebagai salah satu bentuk
pembayaran, tolong dipecahkan dan didukung oleh dunia perbankan, agar
jualan produk sendiri bisa optimal karena akan menarik bagi calon
pembeli asing yang tak bisa bayar cash. |
sumber:http://ramdan-ahmad.blogspot.com/2013/03/indonesia-siap-buat-kejutan-di-bidang.html