NILAI MILITER untuk
mengeksploitasi secara maksimal peran diplomasi pada strata high profile
yang sewaktu-waktu diperlukan adalah dengan memiliki kekuatan militer
yang disegani setidaknya untuk ukuran kawasan Asia Tenggara. Dalam
perkembangannya kini, jalan ke arah itu sedang dibingkai dan ditata
hingga di mix menjadi jalur yang mapan dan matang. Sampai tahun 2014
dengan berbagai kedatangan alutsista bak gelombang pasang mengisi tiap
inchi arsenal kesatrian TNI, meski sejatinya baru dalam tahap
memulihkan kondisi gizi alutsista tapi kini mulai nampak gagah dan kokoh
setelah sekian lama berpuasa dan hanya menikmati sajian alutsista tua
yang jumlahnyapun terbatas.
Titik tumpu saat ini adalah awalan menuju kekuatan superior di rentang
lima tahun berikutnya setelah tahun 2014. Di ruang waktu itu jika
Indonesia konsisten dengan rencana strategis untuk memperkuat militer,
maka disitulah detik dunia militer mulai berhitung dengan tekad TNI
menghadirkan kekuatan alutsista untuk menambah
efek detterence dan silent attack yang lebih menggetarkan.
Di ruang waktu itu sudah pasti akan ada penambahan
minimal 3 kapal selam baru hasil dari kesepakatan dagang dan magang
tahun 2012 antara Korsel dan RI. Dengan asumsi kapal selam ketiga
selesai tahun 2017 diharapkan PT PAL dengan supervisi Korsel mampu
membuat 2 kapal selam lagi sehingga tahun 2019 ada 5 kapal selam baru.
Dalam situasi kawasan yang rawan dinamis dengan berbagai konflik
teritorial, perkuatan militer RI yang disinyalir hendak menuju kekuatan
nomor satu ASEAN (setidaknya setara dengan negara ASEAN yang lain
misalnya Singapura dan Thailand) meski dalam analisa diplomatisnya
adalah dalam upaya mengupgrade percaya diri dalam setiap urusan
diplomasi dengan sedikit mengepalkan tangan penuh otot. Tentu hal yang
wajar dan hanya bisa dilakukan jika background kekuatan militer ada di
belakangnya. Tanpa bermaksud mencurigai untuk berlomba senjata atau
bertanding beradu nyali berperang tentunya, sebab setiap urusan sengketa
masih bisa diselesaikan dengan dialog kesetaraan diantaranya.
Catatan beberapa kejadian berikut dalam perkembangannya kemudian
terlihat menjadi hikmah bagi seluruh komponen bangsa yang saling
bersinergi demi memagari negara nan kokoh. Diantaranya adalah :
Persinggungan teritorial dengan Malaysia
(seorang rekan menulis dan berkomentar, semestinya bisa diselesaikan
dengan cara diskusi dan perundingan walaupun serialnya bisa mencapai
berkali-kali diskusi). Blunder Angkatan Laut Malaysia di Ambalat dengan
melakukan
show of force,
menangkap pekerja Mercu Suar Karang Unarang hingga tindakan yang
berujung penganiayaan inilah, yang memicu kemarahan militer Indonesia
termasuk Presiden SBY yang langsung datang ke wilayah itu dengan kawalan
kapal perang. Kehadiran seorang Kepala Negara ke kawasan sengketa
membawa pesan diplomatik yang tegas dan kuat,
jangan bermain api dengan kami !!
Menyikapi dengan pemahaman yang datar, barangkali alasan Malaysia
melakukan itu, karena tentu merasa sudah lebih kuat militernya dari
Indonesia. Padahal, inilah poin penting yang kemudian menjadi pemicu
kebangkitan militer Indonesia. Kasus Ambalat adalah cambuk kebangkitan
militer Indonesia yang notabene dikelilingi oleh (ma'af) para tetangga
yang minim dengan niat baik, bukan jiran yang ramah, menggunting dalam
lipatan yang selama tiga puluh tahun lebih tatanan cara bergaul RI
selalu mengedepankan ruang harmoni dan tutur sapa diplomatik yang santun
dan hangat.
Tak
kepalang tanggung, pergesekan itu semakin menjadi ketika Ditambah
tulisan seorang mantan menteri Malaysia yang menghina Habibie dan Gus
Dur untuk komoditi kampanye UMNO di pilihan raya Malaysia tahun 2013
yang bagi kita cukuplah memerahkan telinga.
Australia tetangga yang Heboh
Beda malaysia maka beda pula negara satu ini, Australia. Sikap negara
kita yang ditunjukkan dengan bergaul dalam bahasa yang santun tetapi
tidak dalam rangka mudah didikte atau tidak mudah bersepakat sesuai
hasrat dan ambisi diplomatis Australia. Menengok rentetan sejarah
bukankah begitu hasrat itu terpuaskan, mereka tetap tikam dan
tinggalkan kita ?? Contohnya ketika Timor Timur
hendak dikuasai ideologi kiri pada era perang dingin dulu, Australia
dan AS setuju dengan pengerahan militer RI yang nota bene ongkos
militernya ditanggung sendiri oleh RI. Tetapi setelah perang dingin
usai, negeri Kanguru itu balik kanan lalu melakukan manuver “serangan balik” hendak melepaskan Timtim dari NKRI dengan alasan HAM dan keinginan masyarakat setempat.
Australia dalam masalah Papua
seharusnya tidak bermuka dua terhadap kita. Di satu sisi mereka
berikrar bahwa Papua merupakan bagian tak terpisahkan dari RI tetapi di
sisi lain juga dengan alasan HAM dan kehendak rakyat Papua, Australia memberikan ruang ambigu dalam cara bergaul dengan RI. Negeri yang dijuluki Samuel P. Huntington sebagai negara asing di kawasan Asia, a torn country, geoculturally torn country,
selalu merasa asing di lingkungannya, membuat dia merasa tidak nyaman
dengan lingkungannya. Ketidaknyamanannya itu memberikan rasa gerah pada
dirinya lalu dengan gaya kultur Barat yang selalu merasa lebih dominan,
pintar dan cerdas hingga pongah mendikte tetangganya (RI) yang notabene
selalu menampilkan cara gaul yang low profile, sebagaimana kultur Asia Timur Tenggara pada lazimnya.
Kemhan dan Mabes TNI melakukan langkah strategis untuk memagari Papua
dan Indonesia Timur dengan menggelar secara bertahap 15.000 Marinir
sebagai “serangan balasan”
terhadap arogansi Australia yang secara sepihak bersedia menerima
kedatangan 5.000 Marinir AS di Darwin. Jelas sepihak karena dilakukan
tanpa mengajak diskusi terlebih dahulu pada tetangganya. Menlu Marty
sempat melontarkan “kemarahan diplomatik” atas kepongahan Australia yang paranoid itu.
Jawaban dengan cara pandang militer diniscayakan menjadi jalan gentar
yang lebih bergema. Maka rencana menempatkan secara permanen 1 divisi
pasukan Marinir di Papua adalah langkah tepat untuk menunjukkan pada
tetangga eropa itu bahwa kita bisa melakukan strategi militer secara
mandiri dan terukur. Tidak pakai sekutu-sekutuan sebagaimana model
keroyokan yang dilakukan oleh AS dan Australia terhadap musuh politik
hegemoninya. Papua adalah bagian tulang dan daging NKRI yang tak
terpisahkan. RI berhak melakukan kawalan militer terhadap seluruh
wilayah teritorinya termasuk Papua. Apakah kita pernah meributkan
ketika Aborigin menyampaikan
unjuk rasa kekecewaannya pada Pemerintah Australia. Lalu mengapa mereka
(Australia) mesti repot-repot sibuk menyoal Papua ???
Perubahan spontan pada dinamika perkembangan kawasan di sekeliling kita membuat TNI berpacu memperkuat “infrastruktur”
militer. Oleh sebab itu upaya Pemerintah bersama DPR yang seia sekata
untuk membangun alutsista TNI harus terus kita kawal dan kumandangkan.
Perkuatan militer adalah untuk menambah bobot kewibawaan dalam setiap
diplomasi disamping memagari teritori dari setiap upaya untuk mengganggu
apalagi melecehkannya. Menampilkan kewibawaan diplomasi dengan kekuatan
tawar yang minimal setara. Bobot kekuatan tawar itu ada pada kekuatan
militer. Sebagai bagian dari kelengkapan postur diri yang tegap
berwibawa tetapi tetap santun dalam bersikap dan bertutur sapa dalam
ruang komunikasi internasional.
MISI DIBALIK LATGAB TNI TAHUN 2013
Masih segar dalam ingatan kita ketika
rudal maut
Yakhont dimuntahkan dari
KRI OWA (Oswald Siahaan) dan
menghantam
KRI LST Teluk Berau di mulut Ambalat Oktober 2012 lalu, ketika
dilakukan latihan Armada Jaya TNI AL. Itu adalah prestasi cemerlang
yang dilakukan lewat sekolah sendiri tanpa guru Rusia yang merasa malu
karena kesalahan tahun sebelumnya.
Rudal itu berhasil menenggelamkan KRI
pensiun Teluk Berau dari jarak 190 km hingga terjengkang ke dasar laut
hanya dalam waktu 3 menit setelah terkena tembakan. Keberhasilan
penembakan rudal Yakhont itu akhirnya “menunda” uji tembak rudal C802,
Exocet,dan torpedo yang dimiliki armada KRI karena kapal sasaran sudah
tenggelam.
Kembali dalam rentang
waktu yang pendek itu kita akan menyaksikan uji penembakan senjata
strategis Angkatan Laut di Laut Jawa dengan belasan KRI. Sistem senjata
armada terpadu (SSAT) yang mau diuji tembak dalam latihan kali ini
adalah rudal C802, rudal Exocet, rudal C705 dan torpedo SUT. Latihan
ini dalam upaya menjaga stamina kewibawaan tempur laut, menjaga
performansi ketangguhan alutsista armada RI dan tentu saja dalam rangka
kesiapan menjelang latihan gabungan TNI pertengahan tahun ini. Pekan
terakhir Maret 2013 yang lalu baru saja dilakukan latihan parsial III
TNI AL yang melibatkan 2.000 Marinir dan puluhan kapal perang melakukan
serangan pantai di Situbondo. Latihan parsial III merupakan latihan
antar komando utama angkatan laut Indonesia. Akhir Januari 2013 yang
lalu 25 KRI striking force juga melakukan uji tembak menghantam dan
membombardir pulau Gundul Jawa Tengah dalam seri latihan parsial I 2013.
Intensitas
latihan TNI dalam setahun terakhir ini sangat meningkat. Berbagai
latihan tingkat batalyon, skuadron dan brigade masing-masing angkatan
digelar. Belum lagi latihan bersama dengan negara sahabat yang
belakangan ini tiba-tiba menjadi baik dan hangat. Yang jelas semua
tingkatan latihan itu nantinya akan bermuara pada latihan gabungan TNI
terbesar yang telah dilaksanakan pada 2013 ini. Maka bisa
dibayangkan game war yang diskenariokan dalam latihan gabungan TNI kali
ini, pasti akan lebih seru dan mencekam dan tentu akan diintip oleh
tetangga dengan berbagai cara. TNI dipastikan akan mengeluarkan seluruh
alutsista yang dimiliknya untuk dipertanggungjawabkan dalam latihan 3
matra gabungan ini. Latihan gabungan TNI merupakan yang terbesar dengan
mengerahkan satuan tempur setingkat divisi dengan sejumlah alutsista
baru. Sebenarnya akhir tahun 2012 lalu juga dilaksanakan latihan
gabungan setingkat brigade yang mengambil lokasi di Sangatta Kaltim.
Gelombang latihan tempur satuan-satuan TNI disamping dalam rangka
mengoperasionalkan alutsista baru juga dalam rangka meningkatkan
kualitas integrasi sistem pertempuran tiga angkatan melalui komunikasi,
koordinasi dan integrasi tempur dengan segala perangkat teknologi
elektronikanya. Tetapi yang lebih penting dari semua itu adalah
pesannya pada halaman sekitarnya, jangan coba melecehkan halaman dan
rumah yang bernama Indonesia kalau tidak ingin babak belur.
Semua
kesatuan bersiap. Angkatan laut armada barat mengujicoba 3 kapal cepat
rudal Clurit Class. Armada barat saat ini sedang melakukan operasi
tempur laut dengan 10 KRI. Beberapa kapal perang yang direparasi dan
repowering diuji coba manuver tempurnya. Angkatan darat melakukan
latihan tempur setingkat brigade di Baturaja dengan menyeberangkan
alutsista kelas berat dari Jatim ke Sumatera Selatan. Angkatan udara
masing-masing skuadron melakukan uji tembak dan bom termasuk air
refueling. Kalau mau diperbandingkan maka intensitas latihan tempur TNI
selama dua tahun terakhir sangat padat dan berkualitas dibanding dengan
tahun-tahun sebelumnya. Jika lokasi medan latihan digelar kembali di
laut Sulawesi dan sekitar perairan Ambalat maka dipastikan akan banyak
“ditonton” oleh militer negara sebelah. Apalagi negara sebelah sedang
sibuk melakukan penyekatan terhadap aliran lahar panas yang bernama Sulu
yang tiba-tiba saja memuntahkan lahar panas di Sabah. Tentu mereka
mengerahkan kapal-kapal perangnya untuk patroli keamanan laut di sekitar
Ambalat. Maka show of force militer perlu diperlihatkan karena bisa
saja mereka juga melakukan hal yang sama. Kita tunjukkan kita yang
terkuat meski bukan dalam konteks untuk mengajak berperang
Indonesia
negara besar, jadi harus punya kekuatan militer kuat. Tidak saja kuat
secara kuantitas tetapi juga kuat secara kualitas alutsista. Yang lebih
penting dari semua itu adalah punya kekuatan uji nyali untuk bertempur
membela kehormatan dan harga diri bangsa. Prajurit sejati dilahirkan
dari uji nyali berkali-kali untuk ditandingkan dan disandingkan dengan
medan berat, kejam dan tak punya belas kasihan. Prajurit sejati ditempa
dengan latihan terus menerus dengan alutsista yang melekat padanya.
Prajurit dan alutsista adalah sebuah senyawa kimia yang tak dapat
dipisahkan. Demikian juga dengan jiwa korsa, merupakan adonan adrenalin
yang mengisi setiap relung nadi prajurit sejati.
Alutsista adalah
asset negara, prajurit juga demikian. Negara telah mengeluarkan
investasi puluhan sampai ratusan juta untuk mencetak satu orang prajurit
TNI. Oleh sebab itu untuk menjaga kebugaran dan naluri tempur prajurit
TNI perlu dilakukan latihan yang terus menerus disamping
menyandangkannya dengan kelengkapan berupa alutsista modern sebagai
senjata dengan kekuatan pukul yang maksimal. Tentara dicetak untuk
melakukan kontrak mati demi NKRI. Dalam microchip yang diinstal di
benak setiap prajurit diajarkan semboyan
“membunuh atau terbunuh”.
Naluri dan semangat tempur inilah yang berulang kali diasah dan
ditajamkan untuk memastikan kesiapan tempur prajurit TNI demi kewibawaan
dan harga diri NKRI.
Latihan perang skala besar 2013, adalah jawaban sekaligus perincian
terbaru belanja alutsista TNI karena itu berarti 5 tahun sudah dari
tahun 2008 saat diadakan pembaruan alutsista dan modus Latgab TNI skala
besar diadakan. Ini sebagaimana yang diinstruksikan Panglima Tertinggi
TNI yang juga Presiden RI agar 5 tahun sekali TNI melakukan Latgab skala
besar. Namun yang lebih membanggakan tentu karena pada tahun 2013
Latgab TNI dilakukan bersamaan dengan berdatangannya alutsista berbagai
jenis yang sebagian sudah menghuni arsenal TNI sejak pertengahan 2012
lalu.
Skenarionya tentu tidak jauh dari suasana adrenalin militer kita yang
selalu ingin mempertahankan teritorinya secara jelas dan jantan. Oleh
karena itu boleh jadi prediksi hotspot area latihan tempur gabungan itu
akan berpusat di selat Malaka (pertempuran laut dan pendaratan amfibi),
Kalimantan (pertempuran darat dan udara) dan Ambalat (perang laut dan
pendaratan amfibi). Tiga titik panas ini sangat dinantikan dalam
latihan perang TNI untuk menguji kualitas alutsista yang dimiliki,
integrasi sistem komunikasi, spirit tempur prajurit TNI di tiga wilayah
tempur sekaligus.
Sekedar catatan di Riau Kepulauan saat ini sedang dibangun kekuatan baru satuan tempur Marinir TNI AL, sementara Marinir telah menempatkan satuan tempurnya di Pangkalan Brandan, Lhok Seumawe dan Piyabung Lampung. Ini diluar dari kekuatan Pasmar I dan II Marinir yang berbasis di Jawa dan 1 brigade Marinir yang disiapkan di Papua.
Sementara di Kalimantan juga sedang dibangun satuan-satuan tempur TNI
AD yaitu batalyon infantri, batalyon artileri, batalyon kavaleri untuk
menambah kekuatan eksisting yang sudah ada.
Tank amfibi TNI AL dalam serial latihan
Yang menarik tentu saja kekuatan alutsista TNI pada saat digelarnya
latgab 2013 itu akan banyak diisi dengan alutsista baru. Paling tidak
sudah tersedia puluhan MBT anyar Leopard. Dengan begitu sudah bisa
dilakukan kombinasi pertempuran tank dengan payung heli serang, UAV,
batalyon roket, batalyon artileri, satuan rudal anti tank yang sudah
tersedia di Kalimantan. Demikian juga dengan sebaran rudal darat ke
darat. Oleh sebab itu skenario perang darat di kalimantan diharapkan
tidak lagi menguji lagu lama yang sudah usang yaitu biarkan musuh masuk
lebih dulu baru disayur.
Bertajuk pre emptive strike
dengan menembakkan rudal darat ke darat ke sasaran yang disimulasikan
sebagai instalasi militer dan komunikasi pihak lawan. Ruang udara di
Kalimantan juga dihirukpikukkan dengan pertempuran udara antara Sukhoi
TNI AU dengan jet tempur pihak lawan. Dengan dukungan jet tempur
Sukhoi, Hawk, Heli serang, dan UAV pola latihan perang darat dan udara
di Kalimantan akan menjadi ukuran kemenangan kampanye militer RI atau
puncak dari Latgab tersebut.
Di Selat Malaka disimulasikan terjadi pertempuran laut karena pihak
lawan melanggar teritori RI. Tahap awal satuan kapal cepat RI yang
memang sudah terbentuk di kawasan itu melakukan pengejaran dan
menembakkan rudal C705 ke arah beberapa kapal perang lawan. Satuan
Marinir dari Sumut dan Lampung disiagakan dan dikirim untuk lakukan
pendaratan amfibi di salah satu pulau yang disimulasikan sebagai basis
pertahanan pihak lawan. Skuadron F16 yang bermarkas di Pekan baru
bersama skuadron Hawk200 melakukan kawal udara dan serangan udara
langsung ke beberapa kapal perang lawan yang mencoba melakukan serangan
balik. Lalu konvoy kapal perang armada barat berkekuatan 30 KRI
berbagai jenis muncul dari balik pulau Bintan dan menuju Karimun tempat
terjadinya hotspot.
KRI Nanggala diuji kemampuan tempurnya di Latgab 2013
Di kawasan Ambalat, pasukan Marinir berkekuatan 1 brigade melakukan
pendaratan pasukan di Nunukan dan Sebatik. Dipilihmya 2 pulau terdepan
ini agar gaung kampanye militer RI terdengar keras di telinga tetangga
sebelah. Namun sebelumnya telah terjadi pertempuran laut yang melibatkan
25 KRI dan 10 kapal lawan. TNI AL melakukan penembakan rudal yakhont
oleh KRI berkualifikasi Fregat dan langsung menenggelamkan 2 kapal
musuh. Payung untuk pertempuran laut dikawal oleh 8 Sukhoi dari
Makasar, 2 UAV dan 4 heli anti kapal selam.
Skenario latgab khususnya perang darat di Kalimantan tidak lagi
mengandalkan kekuatan pasukan dari pulau Jawa. Cukup hanya bantuan 1
brigade Kostrad dari Sulawesi yang secara geografi lebih dekat dengan
Kalimantan. Dua Kodam di Kalimantan sudah tersedia berbagai arsenal
mulai dari MBT, MLRS, Artileri, Rudal Anti Tank, Rudal Darat ke Darat, Roket, UAV, Heli Serang.
Jadi pola latihannya tidak lagi menunggu diserang tapi langsung
melakukan serangan ofensif berskala besar sehingga pihak lawan tak mampu
kumpulkan kekuatan. Pangkalan udara pihak lawan diserang oleh satuan
rudal darat ke darat, demikian juga dengan satuan radar dan pusat
komunikasi harus segera dilumpuhkan pada hari pertama Latgab.
Pada hari kedua pihak lawan mencoba melakukan konsolidasi termasuk
melakukan serangan udara. Namun serangan udara itu dapat dipatahkan
Sukhoi TNI AU yang bersiaga di Balikpapan. Karena hampir semua
pangkalan udara pihak lawan sudah dilumpuhkan maka bantuan Sukhoi pihak
lawan dari seberang laut yang jauh menjadi tidak efisien karena Sukhoi
TNI AU lebih tahan beradu karena masih punya stok BBM. Setelah gangguan
Sukhoi lawan berhasil dipatahkan, Sukhoi TNI AU melakukan serangan
udara udara langsung dan memastikan 2/3 pangkalan militer lawan sudah
hancur.
Pasukan TNI AL bersiap menuju medan operasi
Pada hari ketiga satuan MBT, satuan roket dan satuan rudal anti tank
dengan dukungan Heli serang dan Super Tucano melakukan perang tank
dengan pihak lawan. Dengan dukungan UAV yang mensuplai informasi
keberadaan MBT lawan, Heli serang melakukan penembakan terhadap MBT
lawan yang bersembunyi di perkebunan kelapa sawit. Satuan roket dan
artileri menghujani kota-kota sepanjang perbatasan dan satuan MBT
bergerak masuk sejauh 30 mil dari perbasan. Namun penjelajahan satuan
MBT ini hanya 1 hari saja karena RI memang tidak punya ambisi teritori,
sekedar menghajar lawan agar tahu diri.
Serangan serentak di tiga titik panas ini dimaksudkan agar pihak lawan
terpecah konsentrasinya sehingga distribusi kekuatan militernya harus
dibagi di tiga front itu. Skenario dadakan dan serang lebih dulu dalam
Latgab TNI 2013 merupakan episode baru yang sangat mungkin ditampilkan
dalam Latgab itu karena kemampuan alutsista kita sudah jauh lebih baik
dari sebelumnya. Latgab TNI tahun 2013
diikuti belasan ribu pasukan TNI, 80 KRI berbagai kelas, 40 jet tempur
berbagai jenis, 50 heli tempur dan angkut, 40 MBT, 30 BMP3F, 50
Scorpion, 40 BTR-50, 10 BTR80, 10 RM Grad, 5 MLRS, 2 kapal selam dan
berbagai alutsista baru lainnya.
REVISI KEMAMPUAN DAN KEKUATAN TNI AL
Korvet Parchim Class In Action
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia sudah selayaknya
dan harus memiliki kekuatan pengawal di lautan yang berfungsi sebagai
penghubung, pemersatu, dan perekat negara kepulauan. Semboyan jalesveva
jayamahe bisa diterjemahkan sebagai postur kekuatan TNI AL yang kuat,
besar dan profesional. Embrionya mulai menampakkan tunas dan semakin
membentuk patron itu, TNI AL sedang dan akan menuju tahapan strategis,
menuju kekuatan tiga armada tempur.
Ketika saat itu akan segera tiba, kepulauan jamrud khatulistiwa
Indonesia diniscayakan dikawal oleh kekuatan tiga armada tempur yang
tangguh dan modern yang mampu memberikan kekuatan penangkal yang
terukur, besar dan disegani. Saat ini TNI AL memiliki kekuatan dua
armada tempur yaitu armada barat dan timur dengan alutsista utama 154
KRI dan 209 KAL, 2 divisi Marinir dan sebaran pangkalan yang merata.
Prediksi kekuatan tiga armada itu adalah :
Armada Barat
Pangkalann utama di Tanjung Pinang dan Belawan, pangkalan pendukung
Dumai, Batam, Natuna, Lhok Seumawe, Sabang, Padang, Mempawah. Jumlah
KRI berkisar 80-85 KRI dari berbagai jenis (Fregat, Korvet, KCR, LPD,
LST). Wilayah pengawasan Armada barat adalah Selat Malaka, Selat
Singapura, Laut Natuna, Selat Karimata dan Pantai Barat Sumatera
diperkuat dengan 3 Brigade Marinir.
Armada Tengah
Pangkalan utama di Surabaya dan Jakarta, pangkalan pendukung Makassar,
Balikpapan, Tarakan, Bitung, Cilacap, Teluk Lampung dan Benoa. Armada
Tengah diperkuat dengan 85-90 KRI dari berbagai jenis termasuk satuan
kapal selam, kapal rumah sakit. Wilayah pengawasannya adalah Selat
Sunda, Laut Jawa, Pantai Selatan Jawa, Selat Bali, Selat Lombok, Selat
Makassar dan Laut Sulawesi. Armada Tengah diperkuat dengan 4 Brigade
Marinir.
Armada Timur
Pangkalan utama di Ambon dan Kupang, pangkalan pendukung di Merauke,
Jayapura, Sorong dan Ternate. Sebaran KRI berkisar antara 82-85 KRI
dari berbagai jenis (Fregat, Korvet, Kapal Selam). Wilayah pengawasan
adalah Laut Timor, Laut Arafuru, Laut Banda, Laut Maluku, Pantai Utara
Papua. Mengingat kontur laut di wiayah ini adalah laut dalam maka KRI
yang beroperasi adalah dari jenis Fregat dan Korvet. Armada Timur
diperkuat dengan 3 Brigade Marinir.
Jumlah seluruh KRI yang dimiliki 3 armada tempur itu berkisar 250 KRI.
Ini adalah jumlah minimal yang akan mengisi ketiga armada tersebut,
sementara dalam Buku Putih Kemhan jumlah kekuatan KRI yang harus
dipunyai oleh TNI AL adalah 274 KRI. Dari jumlah KRI sebanyak itu,
persentase jenis FPB (Fast Patrol Boat) adalah yang terbesar, yaitu
minimal ada 100 FPB yang mengisi arsenal TNI AL, semuanya dilengkapi
peluru kendali dari jenis C-802.
Untuk pemenuhan KRI kelas FPB, secara teknis tidak mengalami hambatan
karena TNI AL punya 4 Fasharkan yang sudah berpengalaman memproduksi
FPB. Artinya alutsista ini dapat dipenuhi dengan memaksimalkan seluruh
potensi galangan kapal dalam negeri. Secara maksimal PT PAL dan
Fasharkan dapat memproduksi 12-15 FPB 57/FPB 60 per tahun. Ini merupakan
kebanggaan tersendiri karena sejatinya kita sudah mampu membuat kapal
perang sampai setingkat LPD, bahkan saat ini sudah memproses pembuatan
kapal perang jenis light fregat bekerjasama dengan Schelde Belanda.
Untuk menuju kekuatan tiga armada itu TN AL sudah melebarkan sayapnya
dengan membentuk pangkalan-pangkalan baru yaitu Teluk Bayur, Kupang,
Merauke, Tarakan. Sesuai skenario sebaran KRI maka setiap pangkalan
pendukung ditempatkan secara permanen satuan KRI minimal ada 3
korvet/Fregat dan 5 FPB untuk mengawasi perairan di sekitarnya. Di
pangkalan pendukung itu akan ditempatkan 1 batalyon pasukan marinir
pertahanan pangkalan. Sementara di
pangkalan utama ada barisan Korvet, Fregat, FPB, LPD, Kapal Selam dan
lain-lain yang dikawal satuan Marinir setingkat brigade lengkap dengan
persenjataannya (Tank Amphibi, Panser Amphibi, Rudal, Howitzer).
Starting point dari semua rencana strategis ini dimulai pada tahun 2011.
Persiapan kearah starting point itu selama dua tahun terakhir ini sudah
dipersiapkan dengan berbagai fasilitas dan perkuatan alutsista TNI AL. Sampai
dengan tahun 2011 kita sudah dan akan menerima senjata strategis
Marinir berupa 50 Tank Amphibi BMP-3F, 1200 Rudal QW3, 20 RM Grad, 60
Howitzer. Marinir juga akan melakukan retrofit pada sejumlah Tank
Amphibi yang dimilikinya agar menjadi alat pukul yang memiliki power
strike. TNI AL diprediksi akan menerima 4 Kapal Selam baru. Jumlah
kapal selam ini akan terus ditambah sampai mencapai jumlah 12 unit.
Proyek Korvet Nasional sudah dimulai tahun 2010 dengan pembuatan 2-3
korvet setiap tahun di PT PAL. TNI AL juga memesan 8 kapal jenis
trimaran buatan dalam negeri, 11 LST buatan PAL dan 27 Kapal Cepat
Rudal.
Dengan semua rencana strategis itu diharapkan pada tahun 2014 kekuatan
TNI AL yang kuat, besar dan profesional akan mulai terlihat bentuknya
dan akan semakin sempurna pada lima tahun berikutnya. Kita sangat
berharap rencana strategis yang dibutuhkan untuk pengawal lautan ini
dapat diwujudkan dengan mengutamakan pemberdayaaan indutri Hankam dalam
negeri yang secara defacto kita sudah mampu mengorbitkannya. Tinggal
bagaimana para decision maker di jajaran TNI AL dan petinggi Kemhan
mampu mengoptimalkan PT PAL, PT DI dan Pindad sebagai industri hankam
strategis untuk perkuatan alutsista. Jayalah TNI AL, jalesveva jayamahe.
TANYA KENAPA : Batalion Tank Leopard di Perbatasan RI-Malaysia
ilustrasi
TNI akan menempatkan satu batalion tank di perbatasan antara Kalimantan
Timur di Indonesia dan Sabah di Malaysia. TNI juga akan menempatkan
skuardron helikopter tempur untuk memperkuat pengamanan di perbatasan
RI-Malaysia.
Batalion tank Leopard, skuardron helikopter tempur dan rudal penghancur
tank, akan melengkapi penjagaan kedaulatan bangsa Indonesia di
perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalimantan Timur. Dalam kunjungannya di
perbatasan Kalimantan Timur Indonesia dan Sabah Malaysia, Panglima
Daerah Militer VI Mulawarman mengatakan, batalion Mulawarman akan
menjaga perbatasan dengan diperkuat sebanyak 44 tank Leopard.
Pengadaan tank di perbatasan
tersebut sudah harus dituntaskan Oktober 2013 mendatang. Personel
penjaga perbatasan RI-Malaysia itu akan dilengkapi tiga batalion
gabungan infanteri dan artileri, yang memiliki persenjataan anti-tank.
Sementara patroli dan pembuatan unit-unit fungsi ganda militer terus
digalakkan semisal pembentukan tim ekspedisi dan survey perbatasan.
MENENGOK CATATAN TIM EKSPEDISI PERBATASAN 2012
Danjen Kopassus Mayjen TNI Wisnu Bawa
Tenaya mengatakan Tim Ekspedisi Khatulistiwa yang melakukan perjalanan
dari Pulau Sebatik menuju Kecamatan Sei Menggaris, Nunukan, belum
menemukan adanya patok-patok perbatasan RI-Malaysia yang bergeser dari
posisi semula.
"Selama
perjalanan penjelajahan Tim Ekspedisi Khatulistiwa 2012 ini, belum ada
patok perbatasan yang ditemukan bergeser atau hilang," kata
Danjen Kopassus Mayjen TNI Wisnu Bawa Tenaya yang juga Komandan Tim
Ekspedisi Khatulistiwa 2012, di Sei Menggaris, Kabupaten Nunukan,
Kalimantan Timur.
Danjen Kopassus mengatakan, Tim
Ekspedisi Khatulistiwa yang melakukan perjalanan menjelajahi wilayah
perbatasan selama ini belum melaporkan adanya temuan seperti itu.
Sedangkan Wakil Komandan Sub
Koordinator Wilayah 5 Nunukan Tim Ekspedisi Khatulistiwa 2012 Mayor Inf
Achiruddin mengatakan, penjelajahan perbatasan Indonesia-Malaysia di
wilayah utara Kabupaten Nunukan selama ini yang ditemukan hanya beberapa
patok yang tertimbun tanah atau bergeser akibat longsor.
DIBALIK STRATEGI PENJAGA ANGKASA NKRI
Tanya kenapa TNI AU begitu semangat memiliki keluarga Flanker ??
Dasar pemikiran strategis dari Pimpinan TNI, khususnya TNI AU serta
Kemenhan untuk memodernisasi daya pukul alutsista TNI AU membawa angin
segar dalam bidang pertahanan Indonesia. Kebutuhan akan Angkatan Udara
yang kuat dan disegani tersebut disetujui oleh Presiden SBY, dan
kemudian mendapat apresiasi dan persetujuan DPR. Sebuah kesadaran dan
kebersamaan yang cerdas dalam mempertahankan kedaulatan bangsa dan
negara. Upaya untuk mencapai kekuatan pokok minimum, MEF (Minimum
Essential Force) pertahanan masih menjadi fokus kebijakan pembangunan
kekuatan dan kemampuan TNI ke depan.
Setelah melalui jalan panjang, TNI AU mulai dibenahi oleh pimpinan
nasional yang melihat betapa pentingnya peran angkatan udara disebuah
negara. Sebagai contoh, Amerika Serikat memainkan USAF sebagai sarana
pendikte dan mementahkan kekuatan militer Libya, dalam membantu
pemberontakan di Libya terhadap Kolonel Khadafi. Demikian juga operasi
clandestine CIA yang menggunakan pesawat tanpa awak untuk mengejar dan
membunuh tokoh-tokoh Al-Qaeda dinyatakan sukses dengan kertugian sangat
minim.
TNI AU mulai menggunakan keluarga Sukhoi-27 pada tahun 2003 setelah
batalnya kontrak pembelian 12 unit Su-30MKI pada 1996. Kontrak tahun
2003 mencakup pembelian 2 unit Sukhoi-27SK dan 2 unit Sukhoi-30MK
senilai 192 juta dolar AS tanpa paket senjata. Itulah awal kebangkitan kekuatan udara Indonesia dalam mengimbangi kekuatan udara negara tetangga.
Disamping itu Indonesia sudah menandatangani kerjasama dengan Korea
Selatan, berpartisipasi membangun pesawat tempur generasi 4,5 KFX/IFX
(Korean-Indonesian Fighter Xperimental), Boramae, yang dalam rencana
awalnya TNI AU akan memiliki sebanyak 50 buah pada tahun 2020. Masa
depan KFX/IFX Boramae menjadi tidak jelas setelah Pemerintah Korea
Selatan menyatakan memotong anggaran proyek tersebut.
Dari sejarah Indonesia menyangkut kelangsungan kehidupan berbangsa dan
bernegara, konflik dan ancaman kedaulatan negara hanya terjadi karena
gesekan dengan negara tetangga. AU Indonesia mulai lebih disegani
setelah acara MAKS 2007 di Moskow,
dimana Departemen Pertahanan mengumumkan kontrak untuk pembelian 3 unit
Sukhoi-27SKM dan 3 unit Sukhoi-30MK2 senilai 350 juta dolar AS. Kini
TNI AU sudah memiliki 10 Sukhoi dan akan lengkap menjadi satu skadron
pada 2014. Disamping pada 2014 mendatang, TNI AU akan memiliki 34 F-16
setara Block 52 ( 24 F-16 C/D asal dari hibah dan 10 upgrade F-16 TNI
AU sepaket dengan hibah F-16).
TNI AU membaca Kerisauan Australia
Dalam meninjau ancaman, intelijen udara mengukur dari sisi kekuatan,
kemampuan dan kerawanan baik unsur penyerang maupun unsur pertahanan
musuh ataupun calon musuh. Standar analisa intelijen udara di negara
manapun menggunakan standar yang sama, 3K dan 1N(Niat). Sejak operasi
Trikora pada 1961, Australia walaupun tidak secara langsung menempatkan
Indonesia sebagai ancaman, mengatakan bahwa musuh akan datang dari
Utara. Australia menggelar kekuatannya lebih fokus ke Utara, pengamatan
wilayah dilakukan dengan over the horizon radar, yang mampu memonitor
hingga pulau Jawa dan Kalimantan.
Sejak TNI AU mengikuti latihan bersama Pitch Black 2012, pemerintah Australia, khususnya RAAF merasakan
kegundahan dan keterkejutan, dimana Su-30 TNI AU ternyata lebih unggul
dibandingkan F-18F Super Hornet hampir disemua lini. Dari hasil latihan
tersebut, Australia harus membuat pilihan, memilih rencana pengadaan
100 unit F-35 Lightning dari Amerika (joint strike fighter) atau tetap
membeli dua skadron 24 F-18 Super Hornet.
The Business Spectator menyatakan,
“Indonesia merencanakan akan membeli 180 pesawat tempur Sukhoi dari
Rusia/India yaitu PAK-FA T-50 atau Su-35S. Jadi pertanyaannya lebih baik
dipilih F-35 daripada Hornet. Apabila Indonesia kemudian dimasa depan
ikut memperkuat Angkatan Udaranya dengan Su-35S atau T-50, maka AU
Australia akan menjumpai masalah besar ".
Siaran pers resmi yang ditulis harian Rossiiskaya Gazeta mengatakan
bahwa T-50 akan menggabungkan fungsi dari peran sebagai pesawat serbu
dan fungsi sebagai jet tempur. Pesawat ini dilengkapi dengan avionik
modern yang mengintegrasikan fungsi elektronik dan array radar.
Perlengkapan baru tersebut akan memberikan kesempatan kepada penerbang
untuk lebih berkonsentrasi dalam melakukan tugas pertempuran.
Para pengamat militer di Australia menyatakan bahwa dalam memegang slogan RAAF (first look, first shoot, first kill’),
para pejabat pertahanan harus berjuang keras mencari jalan keluar
dengan tidak mempertahankan Hornet yang dianggap sudah ketinggalan
jaman. Sukhoi oleh Australia dinilai terlalu hebat.
Lebih jauh analis Bisnis Spectator menyatakan, “Sebagai
contoh, JSF (Joint Srike Fighter) dapat beroperasi secara efektif hanya
untuk ketinggian maksimal sekitar 40.000 kaki (walau masih bisa
beroperasi lebih tinggi tetapi kalah di tingkat yang lebih tinggi).
Sebaliknya, Sukhoi dapat beroperasi pada kapasitas penuh di tingkat yang
jauh lebih tinggi dan dengan kelebihan dan keuntungan, mereka memiliki
sistem dan senjata yang bisa meruntuhkan sebuah JSF Australia sebelum
mereka memiliki kesempatan menerapkan slogannya.” Ditegaskan oleh BS
bahwa tidak ada pertempuran udara yang diperlukan. Pesawat Australia
sudah runtuh sebelum bertempur, karena disergap jauh sebelum dia
menyadarinya ".
Jalan keluar yang disarankan adalah apabila Australia (RAAF)
memiliki F-22 Raptor atau teknologi Raptor yang diterapkan pada pesawat
tempur pilihan yang dipilih. Yang menjadi masalah, Amerika tidak
mengijinkan F-22 dijual kepada negara lain selain untuk kepentingan
pertahanan dalam negerinya.
Yang menarik, New Australia merekomendasikan Australia justru memilih
Sukhoi seperti yang dilakukan India, mendapatkan lisensi dengan ijin
membangun Sukhoi Australia, baik Sukhoi Flanker Su-35S atau pesawat
Su-32 Fullback. Preferensi saat ini adalah Su-35S. Saat ini Sukhoi
memberikan lisensi pembuatan pesawat tempur di India dan China.
Australia bisa membeli utuh pesawat Sukhoi dan membangun avioniknya, dan
persenjataan lokal. Kini banyak perusahaan di Rusia, Asia, Israel dan
Eropa terlibat dalam pembuatan komponen Sukhoi. Sukhoi adalah ‘open source’,demikian menurut New Asia.
Dalam pemikiran strategis, Australia selain memandang Indonesia sebagai
ancaman, juga menempatkan India sebagai ancaman. Selain itu perkembangan
situasi Hankam di kawasan Laut Pasifik Selatan, menjadi perhatian
Australia dengan kerjasamanya bersama Amerika. Pada pemerintahan Kevin
Ruud Australia berposisi anti India, pada posisi ini menempatkan
Australia terpaksa membeli F-35. Dalam pemerintahan Julian Gillard,
Australia akan mendekati India dan menjadi sekutunya, berpeluang bisa
mendapatkan peluang memiliki T-50. Australia menurut RBTH lebih baik memiliki Super Flankers yang murah (USD 66 juta/buah) dibandingkan harga F-35 (USD 238 juta).
Sukhoi dinilai jauh lebih unggul dibandingkan JSF. Su-35 memiliki
jangkauan efektif sekitar 4.000 km dibandingkan dengan hanya 2.200 km
untuk F-35. . Ini berarti JSF membutuhkan dukungan pesawat tanker untuk
menutup ruang (wilayah Australia) yang lebarnya 4.000km. Selain itu,
kecepatan Su-35 adalah Mach 2,4 (hampir dua setengah kali kecepatan
suara), sedangkan F-35 terbatas pada Mach 1.6. Menurut Victor M.
Chepkin, pertama wakil direktur umum NPO Saturn, mesin AL-41f baru akan
memungkinkan jet Rusia untuk supercruise (terbang pada kecepatan
supersonik untuk jarak jauh.) Dengan tidak harus beralih ke afterburner.
Dengan demikian, pesawat dapat mengirit bahan bakarnya. Kesimpulannya baik F-35 maupun F-18 performance-nya berada dibawah Su-35.
Kini Australia menghadapi dilema kegundahan. RAAF terus mengikuti perkembangan modernisasi TNI AU. Dengan
memiliki keluarga Flankers, maka Indonesia pada masa mendatang bukan
tidak mungkin akan bisa memiliki pesawat tempur Su-35, dan bahkan
pesawat tempur T-50 generasi kelima. T-50 PAK FA jet tempur (Prospective
Airborne Complex of Frontline Aviation) kini sedang mengalami uji
engine di Zhukovsky Airfield, Moscow. Menurut Viktor
Bondarev, Commander in Chief Russian Air Force, tes T-50 akan memakan
waktu sekitar 2-2,5 tahun, sehingga pada tahun 2015-2016, T-50 akan
sudah dapat di kirim ke AU Rusia.
Berdasarkan beberapa fakta tersebut, nampaknya Australia kini berada
dalam kondisi mengalami kegundahan seperti tahun 1961, dimana Tu-16 AURI
mampu mencapai daratannya tanpa terdeteksi dan tidak dapat
diantisipasi. Dengan memiliki gabungan alutsista tempur udara Timur dan
Barat, Indonesia kini menjadi negara yang disegani negara-negara
tetangganya.
Australia menjadi lebih gundah setelah mengetahui Indonesia tertarik
untuk mendirikan sebuah pusat perawatan bersama untuk pesawat fixed dan
rotary wingRusia. Victor Komardin, wakil kepala Rosoboronexport,
eksportir peralatan perang Rusia, telah mengumumkan hal tersebut di Air
show LIMA 2013 di Malaysia.
Disimpulkan, dengan sudah mengawali kepemilikan keluarga Flankers (Su 27/30),
Indonesia (TNI AU) menjadi negara yang sangat diperhitungkan oleh
Australia dan pasti juga oleh tetangga lainnya. Alih teknologi ke
pesawat yang lebih canggih hanyalah soal waktu yang tidak terlalu rumit
dilakukan TNI AU apabila ada pengembangan kekuatan. Australia sangat
khawatir Indonesia berpeluang memiliki Su-35 dan bukan tidak mungkin
dengan ekonominya yang semakin baik, suatu saat Indonesia akan memiliki
pesawat tempur T-50.
Para pamen dan intelijen udara dituntut berfikir jauh dan strategis,
memperkirakan perkembangan situasi global dan regional sehingga dapat
memberikan masukan kepada pimpinan yang akurat.
ANALISIS :
Tanggal 27 Juli 2012 sampai dengan
17 Agustus 2012 sedang berlangsung latihan gabungan terbesar angkatan
udara 6 negara di ruang udara Australia Utara tepatnya di Air Force Base
Tindal dan Darwin. Yang istimewa dalam latihan gabungan yang diberi
kode Pitch Black 2012 ini adalah keikutsertaan Indonesia dengan
mengirimkan 4 jet tempur kelas berat Sukhoi yang terdiri dari 2 unit
SU27 SKM dan 2 unit SU30 MK2. Selain Indonesia negara yang mengirim
alutsista udaranya adalah tuan rumah Australia, AS, Singapura, Thailand
dan Selandia Baru. Total pesawat yang dilibatkan berjumlah 94 unit.
Begitu istimewanya Indonesia karena seluruh media Australia memberitakan
kehadiran Sukhoi sebagai berita utama padahal negara lain seperti
Singapura juga membawa jet tempur mutakhirnya F15 SG.
Pelajaran berharga dari war games
ini tentu saja akan menjadi dokumen militer yang bernilai tinggi bagi
semua negara peserta karena yang bertarung adalah teknologi tempur udara
terkini buatan Rusia dan Barat. Pilot TNI AU diyakini bisa memetik
ruang pengalaman tempur yang lebih cemerlang karena menghadapi lawan
dari berbagai jenis jet tempur seperti F15 SG dan F16CD dari Singapura,
F18 Super Hornet Australia , F18 Hornet AS dan F16 AB Thailand.
Meskipun sifatnya latihan gabungan namun dalam urusan “FIGHTING STYLE”
dan kemampuan dalam teknologi tempurnya tidak harus dikeluarkan
seluruhnya. Karena bisa dipastikan selalu ada upaya intelijen militer
untuk mengetahui jeroan teknologi dan persenjataan serta kelemahan jet
fighter yang berpartisipasi dalam event ini.
Meski bukan yang pertama pertarungan
Sukhoi dengan F15 SG, F16, F18 Hornet dan Super Hornet tetap merupakan
kajian yang menarik karena Flanker (sebutan Barat untuk Sukhoi)
merupakan jet tempur penuh misteri yang disegani negara-negara Barat.
Sekedar catatan Sukhoi India pernah mengikuti latihan gabungan angkatan
udara Red Flag di Nellis AFB Nevada AS tahun 2008. Kurikulum latihan
pada Red Flag menjadi acuan dalam latihan gabungan angkatan udara Pitch Black 2012
yaitu air lift, air to air combat, surface attack, deep interdiction,
close air support, airborne early warning and control, air to air
refuelling, tactical air transport.
Biasanya tim dibagi menjadi dua
dengan berbagai jenis jet fighter berbagai negara peserta. Dari semua
jenis latihan itu tentu “mata pelajaran” pertempuran udara merupakan
ujian paling bergengsi, paling mendebarkan sekaligus membanggakan.
Kemampuan teknologi radar sebuah jet tempur dalam mendeteksi dan mencium
pergerakan jet tempur lawan dan kemampuan pilotnya bermanuver menjadi
kunci kemenangan dalam memperebutkan superioritas udara. Tetapi dalam
banyak event latihan gabungan justru kemampuan radar ini dimatikan
karena khawatir dijamming atau dikunci oleh pesawat “tidak dikenal” yang
biasanya selalu mengintip dan mengamati latihan ini.
Seperti diketahui Australia juga
menyertakan pesawat early warning system Boeing737 Wedgetail yang
dikenal sebagai radar terbang paling canggih. Wedgetail bisa menjadi
pesawat komando pengendalian, peringatan dini, jammer dan penyedia
komunikasi anti sadap. Pesawat ini mampu mendeteksi 3000 sasaran dengan
radar utama tipe electronically scanned array segala cuaca dengan
radius pengamatan 300 mil laut dari ketinggian 30.000 sampai 40.000
kaki. Tentu mereka akan memaksimalkan kemampuan teknologi intip
mengintipnya pada latihan gabungan angkatan udara 6 negara ini.
Jet tempur Sukhoi SU27 SKM dirancang memiliki kemampuan sergap superioritas udara dengan jelajah jarak jauh. Selain
keunggulan udara jet tempur ini dengan kemampuan multiperannya mampu
melakukan serangan terhadap sasaran di darat dengan peluru kendali atau
bom pintar. Teknologi tempur Sukhoi 27
SKM dari pabriknya Knaapo di Rusia sangat menggentarkan karena mampu
membawa rudal udara ke udara RVV-AE active radar homing, rudal udara ke
permukaan KH- 29T(TE), KH-29L, KH-31P, KH-31A dan bom pintar jenis KAB
500Kr dan KAB-1500Kr. Sukhoi SU 27SKM dan SU30 MK2 telah dilengkapi
dengan instrumen isi ulang BBM di udara sehingga kemampuan jelajah
tempurnya semakin jauh.
Dengan
sekali isi ulang avtur Sukhoi SU27 SKM dan SU30 MK2 mampu mencapai
jelajah 5400 km, sebuah jelajah tempur yang menakjubkan. Instrumen
avionik di kokpit berupa layar kaca MLD (Multifunction Liquid-crystal Display) dan HUD (Head Up Display). Sistem navigasi terintegrasi dengan sistem satelit Glonass dan Navstar demikian juga dengan RWR (Radar Warning Receiver) yang berfungsi mengendalikan tembakan rudal anti radiasi KH-31P. Penggunaan IRST (Infrared Search and Track Device) yang mampu menembakkan rudal laser beam riding sudah tersedia di Sukhoi SU27 SKM.
Teknologi tempur yang dikandung pada
Jet tempur Sukhoi SU27 SKM dan SU30 MK2 mampu mendeteksi, mengunci dan
menyerang sasaran 360 derajat dengan segala cuaca. Cantelan beragam
persenjataan Sukhoi mampu menggotong sampai 12 jenis senjata mulai dari
rudal udara ke udara, rudal udara ke darat, roket dan bom. Selain
kemampuan serang darat yang dimiliki Sukhoi SU30 MK2 perbedaan lain yang
membedakan keduanya adalah SU27 SKM memiliki 1 kursi pilot sedangkan
SU30 MK2 memiliki 2 kursi pilot. Kecanggihan teknologi Sukhoi tentu
mampu menyetarakan kemampuan pilot TNI AU dengan pilot jet tempur
canggih lainnya seperti F15 SG Singapura dan Super Hornet Australia.
Berbagai jenis pesawat yang
disertakan dalam latihan ini mencerminkan betapa bergengsinya pitch
black ini. Selain jet tempur Australia menyertakan pesawat angkut C17
dan C130 serta Wedgetail AEW&C. Singapura mengikutkan pesawat
KC-135 Refulling Aircraft dan Gulfstream G550 sementar Indonesia
mengirim 2 Hercules. Diantara semua negara peserta hanya Selandia baru
yang tidak mengirim jet tempurnya karena seperti kita ketahui mereka
tidak memiliki jet tempur. Mereka hanya mengirim pesawat angkut dan
beberapa perwira AU sebagai pengamat. Dan ini sebagai bentuk
penghormatan Australia pada negeri tetangganya yang sama-sama memiliki
wajah Eropa di geografi Asia Pasifik.
Latihan gabungan antar negara
diharapkan mampu memberikan kualitas pengalaman bagi personel militer
masing-masing negara terutama dalam mengadopsi dan eksperimen teknologi
terkini di medan latihan. Kehadiran Sukhoi di Pitch Black adalah dalam
rangka itu disamping menjalani diplomasi militer tentunya.
Rudal Strategis Kenapa Diintensifkan ??
Roket RX 550 LAPAN
Negara tetangga bisa membeli mesin perang canggih dengan ekonomi mereka
yang mapan dan jika negara tetangga itu mulai bertingkah lalu menyusun
rencana untuk memperluas wilayah, dengan cara mencaplok perbatasan
negara yang bersengketa dengan mereka. Apakah itu mungkin ?. Sangat
mungkin, jika negara Indonesia lemah, sehingga gampang ditekan dengan
kekuatan militer.
Berbicara tentang ekonomi tidak ada batasnya untuk mereka. Sementara
Indonesia harus berpikir 10 kali, untuk membeli mesin perang yang
canggih. Tapi bukan NKRI jika terpaku dalam situasi pelik ini, :)
Sadar akan situasi ini, Indonesia mulai mencoba mandiri dalam pengadaan
alat pertahanan strategis. Salah satunya adalah sistem pertahanan
missile/ peluru kendali jarak menengah dan jauh. Senjata ini akan
membuat negara lain berpikir ulang jika ingin mengganggu Indonesia. :-P
So,......
Mampukah
indonesia mengembangkan rudal pencegat yg menggunakan teknologi tinggi
itu sedangkan selama ini Indonesia kesulitan menguasai teknologi
pemandunya?
Mari Kita Tengok Riwayat Rudal Perisai Angkasa Indonesia
Berbicara mengenai tekhnologi rudal militer, Indonesia sesungguhnya
bukan negara baru dalam hal itu, bahkan sejarah bangsa ini merupakan
salah satu pengembang rudal militer potensial terbukti Indonesia di
tahun 1960-an pernah meluncurkan roket eksperimental kartika sekaligus
yang pertama di Asia Tenggara.
Tak ada negara dibelahan bumi selatan ini yang tak mengakui betapa
superiornya Indonesia di tahun 1960-an, bahkan Asutralia yang begitu
superior di mandala Kalimantan saat perebutan ladang-ladang minyak tahun
1940-an tak berkutik menghadapi gertakan Indonesia yang juga membuat
Belanda angkat kaki dari Irian barat.
Salah satu arsenal gahar dimasa itu adalah rudal militer yang memang
menjadi prioritas utama angkatan bersenjata Indonesia kala itu.
Rudal-rudal militer mutakhir dan memiliki efek deterant tinggi saat itu
memang lebih banyak berinduk di kalangan Angkatan Udara dan Angkatan
laut Indonesia, sebut saja diantaranya SA-2, Kennel dan Styx yang menjadi momok bagi pihak-pihak yang mencoba mengganggu kedaulatan negara Republik Indonesia ini.
SAM (Surface to Air Missile)-75, misalnya untuk Asia Tenggara hanya
Indonesia dan Vietnam yang memilikinya rudal penghancur pesawat tempur
ini. rudal-rudal disebar di titik penting memagari ibu kota saat itu.
Belum lagi rudal Kennel yang digotong oleh TU-16 membuat bomber
legendaris itu ditakuti, pun demikian dengan Styx walau tak sempat
digunakan namun efek deteran selepas insiden serangan Angkatan laut
India ke panggalan Angkatan Laut pakistan di karachi tahun 70-an
menaikan efek gentar bagi Komar Class pengusung rudal bongsor legendaris
itu.
Ambisi indonesia untuk memiliki rudal pertahanan yang mumpuni rupanya sempat membuat bulu kuduk pimpinan NATO
itu merindik, roket eksperimental Kartika yang diluncurkan di era Ir.
Soekarno meneguhkan keinginan Amerika untuk menggusur kepala negara
kharismatik asal indonesia itu.
Sampai-sampai sebuah laporan kawat diplomatik menyebutkan bahwa relasi
Indonesia –Cina (Sino-Indo) tengah mengembangkan peluru-peluru kendali
nuklir yang siap meledak dikawasan Asia tenggara. Tentu saja laporan itu
terkesan berlebihan, namun kekhawatiran transfer tekhnologi Cina yang
mendapat lisensi dari Rusia mau tak mau membuat barat tak mampu
menyembunyikan ketakutan atas kemajuan teknologi militer Indonesia
kedepan.
Bagaimanakah cara Indonesia dalam mengembangkan perisai rudal tersebut?
Nah barangkali deretan lembaga strategis ini bisa menjawabnya....
PT.LAPAN
Uuntuk urusan roket tiada yg menganggap sepele kemampuan BUMN satu ini
dalam membuat roket dgn jangkauan jarak jauh dan punya kecepatan 4,mach
bahkan 2013 ini lapan siap menerbangkan roket RX-550 dgn jangkauan 500km
PT.PINDAD
Untuk urusan kendaraan dan peledaknya bukankah indonesia punya PT PINDAD
dan PT DAHANA yg karya-karyanya sudah diakui di dunia. Bercerita
tentang prestasi kedua industri tersebut tak akan ada yang meragukannya.
Produksinya mulai membanjiri alutsista dunia karena kualitasnya yang
tak bisa disangsikan lagi.
Bagaimana dengan radar yg bisa menjejak dan mengunci targetnya?
India dan Thales telah menawarkan pembuatan bersama radar pantai dan
radar udara dan baru-baru ini Indonesia dgn Belarus tlah menandatangani
perjanjian pembuatan remot kontrol weapons dan penelitian teknologi
bersama.
Bagaimana dgn pemandunya?
Jawabanya adalah China, seperti kita ketahui indonesia melalui PT.LEN dan PINDAD
berusaha dan telah mendapatkan tekhnologi yg dapat memandu rudal untuk
mengejar target yg sudah terkunci di permukaan laut maupun diudara,
Bagaimana dgn pembiayaanya?
Pemerintah melalui menhan setuju meningkatkan anggaran untuk pertahanan tahun ini sebesar Rp.77trilyun
dan beberapa waktu yang lalu bank BRI mengucurkan dana 1trilyun untuk belanja alutsista.
Lalu coba tengok karya spektakuler yang dihasilkan dari sinergi diatas,
Ini Dia, RX 550 LAPAN
Perjalanan pembuatan Roket dan Missile Indonesia masih panjang dan berliku, jika dibandingkan Jepang, India, Iran dan China.
Roket RX 550 LAPAN 500 KM
Namun para ahli LAPAN telah bertekad akan
membuat roket Indonesia yang bisa mengarungi ruang angkasa, serta peluru
kendali jarak jauh. Membayangkan kecanggihan peluru kendali
China. Roket mereka berhasil menembak jatuh satelit yang berada di luar
angkasa. Jika China mau, mereka bisa menembak semua satelit yang
memata-matai negara mereka.
Bagaimana dengan Indonesia ?. LAPAN memiliki rencana ambisius dengan
meluncurkan satelit buatan Indonesia ke ruang angkasa pada tahun 2014.
Untuk itu, LAPAN bekerjasama dengan pabrik baja Krakatau Steel,
membuat diameter roket lebih besar dari RX 420. Krakatau Steel berhasil
mengerjakannya dan terciptalah roket RX 550 (kaliber 550mm).
RX 550 merupakan komponen tingkat pertama dan kedua dari Roket
Pengorbit Satelit yang memiliki panjang 8-10 meter. Saat ini roket RX
550 terus menjalani tahap revisi desain. Lapan menargetkan, RX 550 mampu
meluncur hingga 500 km dan telah rampung pada akhir tahun 2012.
Selain menggarap RX 550, LAPAN dan lembaga lembaga strategis lainnya
juga sedang merancang roket kendali atau cruisser. Salah satunya diberi
nama Roket Kendali Nasional atau RKN 200.
RKN 200 akan menjadi roket tingkat empat yang berfungsi sebagai roket
pengorbit satelit. RKN 200 sedang dirancang untuk memiliki tujuh kali
kecepatan suara atau 7 Mach. ckckckkck......mantap nih :)
Uji Statis RX 550
Pembuatan roket kendali memang rumit, karena Indonesia belum menguasai
guide missile-nya. Sejak tahun 2010 guide missile tersebut dipelajari
dengan membuat pesawat tanpa awak High Speed Flying Test Bed, HSFTB.
HSFTB merupakan wahana terbang turbojet, untuk menguji sistem kendali
dengan memeriksa beragam parameter dinamika terbang yang tepat dan
akurat.
Selain untuk roket pengorbit satelit, HSFTB berguna sebagai tahapan membuat rudal nasional dan UAV tingkat advance.
Wahana terbang HSTFB menganalisa anomali trayektori, menguji
signifikansi perbaikan peralatan, serta menguji strategi terbang agar
mencapai sasaran.
HSFTB
Informasi dari pesawat HSFTB ditransfer ke RKN 200 untuk merevisi
kemampuan flight control system (rate gyro, akselero dan GPS), sistem
tracking rocket jarak jauh (Multi Gain IMU), serta teknologi UAV
(komunikasi data).
Pesawat yang dijadikan acuan dalam proses desain HSFTB LAPAN adalah Long range missile: Storm Shadow/SCALP EG buatan Konsorsium Eropa, serta AGM-158 Joint Air-to-Surface Standoff Missile, Lockheed Martin, USA.
HSFTB LAPAN sempat jatuh (stall), saat melakukan manuver akibat
kehilangan daya dorong. Kejutan daya dorong yang berubah mendadak, tidak
bisa diantisipasi oleh aerodinamika HSFTB.
Setelah mencoba selama dua tahun, Hasil yang dicapai HSFTB yang
diluncurkan dengan booster, lebih baik dibandingkan wahana yang
diluncurkan dengan engine. Kini peluncuran dengan booster merupakan
pilihan yang dikembangkan lebih lanjut.
Hingga kini, semuanya itu terus diujicoba di Serpong Tangerag Banten, Garut- Jawa Barat, serta di Baturaja, Sumatera Selatan.
Siap memproduksi 1.000 roket R-Han 122.
Roket ini merupakan roket pertahanan kaliber 122 yang sudah ada hulu
ledaknya. Roket yang akan diproduksi tersebut memiliki jangkauan 15-20
kilometer.
"Kita akan produksi 1.000 roket dengan nama R-Han 122. Roket berhulu ledak ini merupakan roket pertahanan kaliber 122,"
kata staf ahli pertahanan dan keamanan Kemenristek RI, Ir. Hari
Purwanto, M.Sc dalam Focus Group Discussion "Pemanfaatan Teknologi
Litbangyasa untuk Roket Uji Muatan" di KPTU Fakultas Teknik Universitas
Gadjah Mada (UGM).
Menurut Hari, roket ini akan dimanfaatkan untuk menggantikan roket yang
dibeli dari luar negeri. Produksi roket hasil pengembangan Lembaga
Antariksa Nasional (LAPAN) tersebut akan dimanfaatkan untuk pertahanan
negara.
Hari mengatakan roket merupakan salah satu teknologi strategis namun
memiliki biaya produksi yang sangat mahal. Fungsinya sendiri dua macam
yakni di bidang militer dan non militer. Roket menjadi salah satu
teknologi penting yang krusial untuk segera dikembangkan secara mandiri
oleh Indonesia.
Hal senada diungkapkan Kepala LAPAN Drs. Bambang Setiawan Tejakusuma,
Dipl.Ing. Program produksi roket merupakan proyek yang ambisus yang
dilakukan LAPAN. Beberapa negara yang telah memiliki program
pengembangan roket diantaranya Rusia, Amerika, Perancis, China, India,
Jepang Korea Utara, Iran dan Pakistan.
Dalam kesempatan itu, Rektor Universitas Gadjah Mada Prof Dr Pratikno
bersama Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) membentuk
Komunitas Roket Uji Muatan (RUM). Komunitas tersebut untuk mendukung
kesiapan sumber daya manusia (SDM) dalam pengembangan teknologi industri
roket di tanah air.
Rencananya, komunitas RUM ini akan memanfaatkan kawasan pantai
Pandansimo Bantul sebagai area pelatihan peluncuran uji roket muatan.
Pengembangan roket merupakan pilihan kebijakan strategis kepentingan
jangka panjang yang seharusnya menjadi perhatian negara. Pengembangan
roket membutuhkan investasi yang sangat besar dengan hasil yang penuh
risiko dengan manfaat yang abstrak dan jangka panjang.
"UGM siap kerjasama terhadap hal yang
penting dan strategis ini. Teknologi roket perlu dikembangkan untuk
meningkatkan kemandirian bangsa. Roket tidak hanya untuk persenjataan
pertahanan negara saja tapi bisa dimanfaatkan untuk kesejahteraan
masyarakat," kata Pratikno.
PENDEKAR PENJAGA WILAYAH NKRI DIPERSANGAR
Menengok situasi yang berubah di perairan Ambalat, Nunukan, kalimantan
Timur akhir- akhir ini tentu sangat melegakan. Tidak ada kapal TDLM
yang mengganggu atau melakukan provokasi mendekati Suar di karang
Unarang. Tidak ada pula pesawatMalaysia yang terbang melintas, mencoba
memanas-manasi anggota TNI yang berpatroli. Yang tampak hanya Bendera Merah Putih kokoh berkibar di Menara Karang Unarang tertiup angin.
Situasi damai ini ada penyebabnya. Armada kapal perang RI yang bertugas di Ambalat, telah dilengkapi rudal Yakhont buatan Rusia serta rudal C-802 buatan China.
Kedua rudal ini bisa jadi meningkatkan daya gertak terhadap semua
ancaman. Betapa tidak, rudal Yakhont mampu melumat sasaran berjarak
maksimum 300 km. Rudal di KRI Oswald Siahaan ini sangat besar, panjang
8,9 meter dengan diameter 0,7 meter. Mampu melesat pada kecepatan Mach
2,5 dengan bobot luncur tiga ton. Tampaknya belum ada Kapal Perang di
Asean yang bisa mengatasi rudal yakhont. Malaysia memesan rudal ini ke
Rusia, namun belum memiliki kapal yang bisa dipasang rudal Yakhont.
Untuk sasaran lebih dekat, KRI di Ambalat
dilengkapi Rudal C-802 yang mampu menggasak sasaran kapal permukaan,
hingga 120 km. Rudal C-802 menuju sasaran dalam ketinggian 5-7 meter di
atas permukaan laut dengan kecepatan Mach 0,9.
KRI yang disebar di Ambalat juga
dilengkapi beragam jenis torpedo, rudal Harpoon, dan Exocet, meriam 120
mm, 76 mm, 57 mm, 40 mm, 20 mm. Selain itu ada bom laut, RBU-6000,
ASRL/ASROC, Mistral dan sebagainya. Seluruh rudal ini telah lolos
ujicoba tahun 2011 lalu.
Ancaman potensial dari Malaysia adalah
kapal selam modern Scorpene Perancis yang baru dibeli. Untuk itu TNI
menempatkan CN-235 MPA yang dipersenjatai dan bertugas mendetkesi kapal
selam sekaligus mengunci target dengan misil. CN-235 MPA menggunakan
alat pendeteksi kapal selam dari Perancis, karena kapal selam Scorpene
Malaysia, buatan Perancis.
Sebagai pertahanan udara, personil di Ambalat dan Karang Unarang,
dilengkapi berbagai misil, tergantung kesatuan mereka. Ada misil QW-3
milik TNI AU, Strella, Igla, Mistral milik TNI AL, Gian tbow, Zur-kg,
TD-2000b , SA-7 Skyshield,dan S-60.
Indonesia juga menyiapkan pesawat peringatan dini Boeing 737 awe&c, skuadron UAV di Pontianak, serta Heli tempur MI-35.
Untuk urusan anti kapal selam, KRI Cakra-401 telah melakukan uji tembak senjata taktis Torpedo SUT (Surface and Underwater Target)
yang menghantarkan eks KRI Karang Galang ke dasar laut. Kapal ini juga
menjadi sasaran tembak rudal C-802 yang diluncurkan KRI Layang-805.
Torpedo SUT yang menjadi senjata andalan kapal selam KRI Cakra-401 dan
KRI Nanggala-402, dibuat oleh PT DI, hasil alih teknologi dari Korea
Selatan. Torpedo berbobot 1,4 ton dengan hulu ledak 260 Kg, mampu menjangkau sasaran tembak efektif maksimal 40 Km.
Selain rudal Yakhont yang sudah terpasang, kini Indonesia mematangkan
rudal empat tingkat RX-420 LAPAN yang telah uji tembak di Pameungpeuk,
Garut-Jawa Barat. Pameungpeuk, tempat bersejarah bagi sistem rudal
Indonesia, karena dari tempat ini rudal pertama Indonesia, Kartika
ditembakkan ahli TNI-AD, ITB dan teknisi Uni Soviet di Jaman Bung Karno.
Sebelum ditembakkan di Garut, rudal tersebut dipelajari di Lanud
Kalijati, Subang- Jawa Barat.
The Most Amphibious Forces
KRI Banda Aceh 593
Bukan pembelian 100 MBT Leopard 2A6 atau tambahan 6 Sukhoi yang menjadi
pembicaraan hangat dari milier regional tentang Indonesia. Yang membuat
mereka heboh dan terlambat sadar adalah, mengapaIndonesia memiliki 4 Multi-Role LPD berbobot 11,400-ton dan 19 Landing Ship.
Jumlah itu menghantarkan Indonesia memasuki papan atas “the most regional amphibious force” di Asia. Tanya kenapa, mengapa Indonesia memiliki Heavy Landing Platform Dock /LPD dan Landing Ship sebanyak itu ?.
Sementara India hanya memiliki 18 landing ship. Sementara Korea
Utara hanya 10 medium landing ship. Korea Selatan sedang membangun 4 LST
untuk menggantikan kapal pengangkut sisa perang dunia kedua.
Malaysia kehilangan satu-satunya Landing Ship Tank LST Sri
Inderapura karena terbakar pada tahun 2009. Filipina memiliki 7 namun 5
diantaranya peninggalan dari perang dunia kedua. Vietnam memiliki 6
kapal pendarat namun setengahnya peninggalan perang dunia kedua.
Negara-negara Asia umumnya masih melihat “amphibious forces”,
secara tradisional, yakni jumlah kapal tempur dan kapal selam.
Sementara bagaimana caranya agar pasukan bisa bergerak dengan cepat
melalui laut, belum terlalu menjadi perhatian. Untuk itu, kemampuan
tempur negara-negara Asia dianggap terbatas karena minimnya kapal angkut
penggerak pasukan.
Situasi tersebut berhasil diatasi Indonesia dengan membangun LPD dan Landing Ship sejak tahun 2003 hingga 2011. Indonesia memiliki 4 LPD 125 M, dimana 2 kapal di bangun di Korea dan 2 kapal dibangun di PT PAL Surabaya.
Kapal Landing Platform Dock 125 M dirancang untuk mampu dipasang
senjata 100mm dan dilengkapi Fire Control System, untuk melakukan self
defence untuk melindungi pendaratan pasukan, kendaraan tempur, serta
pendaratan helikopter.
Kapal LPD
125 meter ini didesain untuk pendaratan: Landing Craft Unit 23 m,
operasi ampibi, tank carrier, combat vehicle 22 unit, dan tactical
vehicle 13 unit.
Dalam
sekali bergerak LPD ini juga mengangkut 507 personil termasuk 354
tentara, crew dan officer. LPD ini juga mengangkut 5 unit helicopter
jenis MI-2 atau BELL 412, serta mampu berlayar selama 30 hari secara
terus menerus.
4 LPD Indonesia adalah: KRI
Makassar-590 dan KRI Surabaya-591(dibangun di Korea), serta KRI
Banjarmasin-592 dan KRI Banda Aceh-593 (dibangun di PT PAL, Surabaya).
Indonesia masih punya satu lagi LPD yakni KRI Dr Soeharso yang dijadikan
kapal bantu Rumah Sakit.
Adapun 19 LST Landing Ship lainnya adalah: 6 LSTH tipe Tacoma kelas
KRI Teluk Semangka buatan Korea Selatan. Ada pula 12 LSM kelas Frosch I,
buatan Jerman Timur, serta 2 AKL-ARL kelas Frosch II, yakni KRI Teluk
Cirebon dan Teluk Sabang.Untuk urusan pergerakan pasukan, Indonesia
termasuk yang paling siap di Asia Tenggara. Hal ini wajar karena
Indonesia negara yang berbentuk kepulauan (1300 pulau). Untuk masa damai
LPD bisa digunakan untuk misi penanggulangan bencana karena Indonesia
termasuk wilayah “Ring of Fire” akibat pertemuan lempeng bumi.
TNI AD DIAM-DIAM MENGHANYUTKAN
Modernisasi Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) TNI terus
dikembangkan. Kali ini, sejata jenis SS2-V4 menjadi kebanggaan Kostrad
TNI AD. Senapan serbu ini dapat membunuh musuh dengan sekali tembakan.
Senapan Serbu 2 Varian 4 atau SS2-V4 bakal menjadi senjata andalan
Kostrad. Yang berkesempatan pertamakali memanggul senjata seberat 3,1 Kg
ini adalah Yonif Linud 503 Kostrad TNI AD. Senjata ini dapat digunakan
di segala medan.
Dibandingkan dengan senapan generasi sebelumnya, SS1-V4, yang jarak tembaknya hanya 400 meter, beberapa kelebihannya SS2-V4 adalah, bisa menembak sasaran maksimum 500 meter masih sangat akurat.
Selain itu, para prajurit Kostrad bisa menembak sasaran dengan tepat
karena senjata pabrikan PT Pindad ini menggunakan teleskop. Jika
automatic diaktifkan, 15 detik bisa memuntahkan 30 butir peluru dalam
magazine ke arah sasaran.
Ditemui di Markas Batalyon, Komandan Yonif Linud 503 Kostrad, Letkol
Inf. Teguh Pudji mengatakan, rencana senjata ini akan digunakan untuk
tugas di perbatasan Indonesia dan Timor Leste di Atambua NTT pada
Januari 2013 mendatang.
"Memang senjata baru ini baru diberikan langsung dari Mabes TNI ke Yonif
Linud 503. Semua Batalyon belum memiliki senapan serbu ini," ujarnya
kepada detiksurabaya.com di Lapangan Tembak Mayangkara.
Rencananya, sekitar 650 prajurit Yonif Linud 503 Kostrad yang bertugas
ke Atambua NTT akan menggukan senjata ini untuk menjaga keutuhan NKRI.
"Semoga Alutsista TNI semakin maju untuk mengaja kedaulatan NKRI ".
Bersamaan dengan itu pembelian 103 buah tank tempur berat Leopard 2 dari
varian Leopard 2A4 dan varian Leopard MBT Revolution, TNI AD juga
mendapat jatah setidaknya 50 buah tank bersenjata pengangkut personel Marder, yang juga buatan pabrikan Jerman, Rheinmetall.
Kalau dilihat dari riwayat hidupnya, Marder ini sebenarnya bukan produk
yang anyar gres. Prototipe awalnya saja dirancang tahun 1960-an, dengan
produksi perdana pada 1971, yang dilanjutkan dengan sejumlah varian
pengembangan hingga tahun 1990-an. Bahkan saat ini sebagian Marder
varian awal di Jerman sana sudah akan digantikan oleh generasi yang
lebih baru yaitu Puma.
Meski begitu, kehadiran Marder di tanah air tetap akan mengubah kekuatan
TNI AD. Soalnya boleh dibilang inilah kali pertama TNI AD
mengoperasikan kendaraan tempur lapis baja pengangkut personel yang
punya daya gentar jauh lebih baik dari yang selama ini dimiliki. Memang,
dari segi pengkategorian, Marder ini tergolong apa yang diistilahkan di
dunia militer Barat sebagai infantry fighting vehicle (IFV), yaitu
kendaraan pengangkut personel infantri, namun dengan kemampuan tempur
yang mencukupi untuk melakukan gempuran terbatas atau bela diri.
Salah satu ciri khas IFV seperti Marder adalah adanya kanon atau meriam
berkaliber kecil, yang untuk Marder dari kaliber 20 mm Rheinmetall MK 20
Rh202. Kanon yang dipakai adalah dari jenis otomatis, artinya peluru
tidak perlu diisikan satu demi satu. Peluru yang dipergunakan bisa dari
berbagai jenis seperti amunisi konvensional, penembus baja serta high
explosive (HE) alias berdaya ledak tinggi. Hal ini jelas tidak dimiliki
oleh kendaraan angkut personel yang selama ini dioperasikan TNI AD yaitu
AMX VCI serta Alvis Stormer, yang hanya dibekali senapan mesin berat
kaliber 12,7 mm atau 7,62 mm.
Sebagai senjata tambahan, pada bagian kiri kubah kanon terpasang sejajar
senapan mesin 7,62 mm. Kubah senjatanya busa diputar 360 derajat,
sementara kanonnya bisa digerakkan vertikal dari -17 derajat hingga +65
derajat dengan kecepatan 40 derajat per detik. Sebagai tambahan peranti
bela diri ada tujuh pelontar granat kaliber 76 mm untuk melontarkan
granat asap.
Desain interior Marder tak banyak beda dengan kendaraan tempur asal
Eropa sejenisnya. Pengemudi duduk di sisi kiri depan, sementara mesin
berada di sebelah kanannya. Di bagian tengah terdapat tempat untuk dua
awak di bawah kubah meriam, di mana komandan kendaraan duduk di kanan
dan juru tembak di kiri. Di bagian belakang terdapat ruang pengangkut
enam personel infantri yang duduk beradu punggung, bukan berhadapan.
Marder ditenagai mesin disel MTU MB Ea-500 enam silinder berpendingin
cairan yang mampu menggelontorkan 600 tenaga kuda. Pada varian awal
Marder, mesin ini mampu membuat kendaraan dipacu hingga 75 km per jam di
jalan mulus. Namun pada varian berikutnya di mana sudah ada sejumlah
modifikasi yang membuat bobot kendaraan bertambah signifikan hingga
mencapai sekitar 35-an ton, kecepatan maksimalnya pun turun jadi sekitar
65 km per jam saja.
Droping Rudal Javelin
Defense Security Cooperation Agency (DSCA)
menyampaikan kepada Kongres rencana penjualan 180 rudal Javelin Block I
beserta perangkat pendukungnya senilai 60 juta dolar pada Indonesia
dibawah program Foreign Military Sale.
Pemerintah Indonesia mengajukan pembelian 180 rudal Javelin Block I,
25 Command Launch Units (CLU), Missile Simulation Rounds (MSR), Battery
Coolant Units (BCU), Enhanced Basic Skills Trainer, Weapon Effects
Simulator, baterai, pengisi baterai, perangkat pendukung, suku cadang,
pelatihan personil beserta perangkat pelatihan, data teknikal, bantuan
teknis dari pihak pabrikan dan pemerintah Amerika Serikat serta berbagai
bantuan logistik.
Pembelian sistem Javelin bagian dari program modernisasi TNI AD.
Raytheon/Lockheed Martin Javelin Joint Venture (JJV) di Tuscon, Arizona
dan Orlando, Florida sebagai pihak pabrikan dalam program ini. Paket
pembelian tidak disertai kesepakatan offset atau alih teknologi.
PENERBAD DALAM KONDISI SIAGA 1 SEJAK 2012
Enam helikopter milik TNI AD masih tetap siaga mendukung kampanye
militer seperti dalam rangka Latihan Gabungan (Latgab) TNI 2012 dan 2013 lalu yang masih
berlanjut di kawasan pegunungan dan perairan Sekerat Bengalon-Kaliorang,
Kutai Timur, Kalimantan Timur.
Ada lima pilar tugas penting yang dikendalikan melalui
Posko di Sangkima, dalam rangka mendukung operasi dan kampanye militer,
seperti mendrop bahan makanan, evakuasi dan komando pengendalian.
Keenam unit helikopter TNI AD yang tetap siaga di Desa Sangkima, Kutai
Timur, itu adalah Jenis Bell-412 dan Mi-35, Mi-17 milik TNI AD yang
didukung 104 prajurit TNI AU dan TNI AD.
Menurut Kasiops Kapten Pnb Feri Eko, ada berapa manuver seperti angkut
logistik (tarlog) yakni mendrop bahan makanan ke pasukan terdepan,
kemudian Komando dan Pengendalian (Kodal) yang memakai unsur pimpinan
untuk mengendalikan pasukan di lapangan.
Kemudian mengevakuasi dramatisir korban perang untuk dipindahkan ada bagian
belakang hingga dilakukan pemindahan korban perang ke rumah sakit
terdekat atau rumah sakit TNI. Kemudian bantuan tembakan, bantuan serang
heli Mi-35 dan muatan luar.
Dari enam unit helikopter yang ditempatkan di Sangkima,
Kutai Timur, semuanya dalam kondisi siap terbang dan telah memiliki jam
terbang yang sangat tinggi pula.
Misalnya, Bell-412 nomor penerbangan HA-5515, telah memiliki jam terbang
sebanyak 346.66 menit jam terbang dan Bell-412 HA-5162 sudah terbang
selama 177,39 menit jam terbang. Kemudian Mi-17V5 HA-5141 sudah terbang
selama 976.30 menit jam terbang.
Kemudian Mi- 35-P HA-5152 jam terbang sudah mencapai 277.74 menit jam
terbang, dan HA-5153 sudah terbang sebanyak 222.50 menit jam terbang.
Sedangkan Mi-35 dengan tiga kru perwira persenjataan teknis dengan 8
prajurit memiliki panjang 17,5 meter, bermesin 2 x Isotop TV3-117 turbin
1.600 KW, memiliki kecepatan maksimum 335 km/jam dengan jarak jangkau
450 kilometer, mampu membawa senjata 30 mm Yakushev-Borsov multi barrel
marchine gun.
Kampanye militer yang dilakukan TNI seperti Operasi Dukungan
Udara/Pengintaian Udara, Operasi Pasukan Khusus, Operasi Laut Gabungan,
Operasi Amfibi, Operasi Lintas Udara, Operasi Pendaratan Administrasi,
Operasi Darat Gabungan dan Operasi Teritorial. Operasi Intelijen Taktis,
Operasi Dukungan Udara/Operasi Perebutan Pengendalian Pangkalan Udara
(OP3U).
Selain melibatkan ribuan infanteri,
Angkatan Darat juga membawa 14 unit Tank Scorpion, 5 unit Tank Stormer
APC, 2 Unit Tank Stormer Komando, 13 unit Tank AMX, 21 Pucuk Meriam, 12
Helikopter MI 17, MI-35, 12 Helikopter Bell dan 3 Heli NBO 105.
MELIBATKAN UNIT KHUSUS TNI
Sebanyak 39 prajurit
Kopassus (Komando Pasukan Khusus)
TNI yang tergabung dalam Latihan Gabungan (Latgab) TNI Tingkat Divisi
tahun 2013, secara bergantian melompat keluar dari badan pesawat TNI AU
jenis A 130 Shot Body melalui ketinggian 7000 feet, sebagai penerjun
Kelompok Depan Operasi Linud (KDOL) di atas Pulau Bima,Nusa Tenggara
Barat (NTB), dan berhasil mendarat dengan sempurna di wilayah musuh yang
terletak di persawahan KecamatanWoha Bima, NTB.
Mendukung Operasi Senyap yang dilaksanakan oleh Pasukan Khusus TNI
tersebut melibatkan 60 personil, terdiri dari 20 personil Sat-81 Gultor
Kopassus TNI AD, 20 personil pasukan Khusus Detasemen Jala Mangkara
(Denjaka) TNI AL dan 20 personil pasukan khusus Detasemen Bravo
(Denbravo) TNI AU.
Keberhasilan pendaratan personil Pasukan Khusus TNI di daerah Tarakan, tak lepas dari peran serta
Tim Kendali Depan Operasi Linud (KDOL)
yang terjun sehari sebelumnya, untuk memandu dan menyiapkan Dropping
Zone penerjunan OP3U Kogasudgab di Tarakan dan operasi Lintas Udara
(Linud) di Sangatta, untuk membentuk tumpuan udara di daerah musuh.
Pasukan Khusus yang diterjunkan TNI di wilayah Tarakan,, mengemban tugas
yang sangat penting, yaitu harus mampu merebut dan menguasai beberapa
obyek vital di Tarakan yang telah dikuasai musuh. Detasemen 81 Gultor
Kopassus bertugas untuk mengambil alih Stasiun Televisi Republik
Indonesia (TVRI), sedangkan Denjaka bertugas untuk mengamankan Pelabuhan
Malundung yang telah dikuasai musuh, sementara itu Denbravo bertugas
untuk mengamankan Satuan Radar (Satrad) 225.
Setelah menguasai sasaran masing-masing, beberapa personil Pasukan Khusus TNI yang terdiri dari Gultor
Kopassus, Denjaka dan Denbravo
masih memiliki tugas lain yaitu mengambil alih radar yang berada di
bandara Juwata Tarakan dan melumpuhkan Penangkis Serangan Udara (PSU)
guna mempermudah pendaratan pasukan Operasi Perebutan Pertahanan
Pangkalan Udara (OP3U).
Tak banyak yang terekspose geliat
pasukan khusus ini, sebab atas dasar kekhususannyalah maka tak sembarang
orang dan media bisa mengeksplore kekuatannya. Inilah kekuatan
alutsista bernyawa yang tak ternilai harganya. Dan jika melihat
kemampuan mereka, bukan hal yang mustahil jika telah ada nilai gahar di
seantero dunia tentang kekuatan militer INDONESIA.
KOPASSUS TERUS DIASAH
Beladiri : Merpati Putih
Alumni : 3 terbaik dari KOPASSUS telah dijadikan pasukan perdamaian dunia
Motto : Berani, Benar, Berhasil.
Kasus penembakan empat tahanan Polda DIY di Lapas Cebongan, Sleman, DIY, yang dilakukan 11 personel Komando Pasukan Khusus
(Kopassus), membuat publik kembali mengarahkan perhatiannya kepada pasukan elite milik TNI Angkatan Darat itu.
Dulu jelang Reformasi bergulir, Kopassus juga sempat membuat heboh publik. Saat itu
Tim Mawar Kopassus diketahui menculik sejumlah aktivis pro demokrasi.
Meski demikian, prajurit Kopassus tak selalu berbuat negatif. Pasukan elite yang memiliki moto
'Berani, Benar, Berhasil' itu juga memiliki sederet prestasi yang membanggakan.
Tak tanggung-tanggung, prestasi yang dimiliki Kopassus tak hanya di
dalam negeri, di dunia internasional Kopassus juga menjadi pasukan elite
yang dipandang dan disegani dengan segudang prestasi.
Sebuah prestasi hebat bahwa ternyata KOPASSUS berhasil masuk dalam
jajaran Top Elite Special Force in The World ! Komando Pasukan Khusus
atau KOPASSUS (Special Force Command) adalah Pasukan Elite yang dimiliki
oleh Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD).
SEKELUMIT PRESTASI KOPASSUS
KOPASSUS juara satu sniper dalam pertemuan Pasukan Elite Asia
Pasific Desember 2006. Dengan hanya mengandalkan senjata buatan Pindad!
Nomor 2-nya SAS Australia.
KOPASSUS menempati urutan 2 (dari 35) dalam hal keberhasilan dan
kesuksesan operasi militer (intelijen - pergerakan - penyusupan -
penindakan) pada pertemuan Elite Forces in Tactical, Deployment and
Assault di Wina Austria. Nomor satunya Delta Force USA.
Negara-negara afrika utara hingga barat sekarang memiliki acuan teknik
pembentukan dan pelatihan pasukan elite mereka. 80% pelatih mereka dari
perwira-perwira KOPASSUS.
Pasukan Paspampres Kamboja adalah pasukan Elit yang di latih oleh KOPASSUS.
Pada perang Vietnam, para tentara Vietkong meniru strategy KOPASSUS
dalam berperang melawan Amerika Serikat yang mengakibatkan kekalahan
Pasukan Amerika yang mempunyai persenjatan canggih dan lengkap.
Kekalahan ini membuat Amerika serikat malu di mata dunia.
KOPASSUS terlibat dalam operasi pembebasan sandera dalam pesawat Garuda Airline Woyla pada tahun 1981.
Tim Indonesia (
KOPASSUS, WANADRI, MAPALA UI, dan FPTI)
mendaki puncak Gunung Everest dan berhasil menjejaki kakinya di puncak
tertinggi dunia itu di tahun 1997. Pendakian tersebut pun menjadikan
Negara Indonesia sebagai negara pertama di Asia Tenggara yang menjejaki
puncak Gunung Everest.Kemampuan yang tidak terlalu mengandalkan
teknologi canggih dan Skill di atas rata-rata pasukan luar Elite luar
negeri lainnya menjadi nilai plus dari KOPASSUS. Itu pula yang
menimbulkan anggapan
1 prajurit KOPASSUS setara dengan 5 prajurit reguler.
Semboyan KOPASSUS yaitu Tribuana Chandraca Catya Dharma.
Tugas Pokok dari KOPASSUS adalah melaksanakan Pembinaan Fungsi Teknis
Militer Khusus dan kesiapan operasional pasukan sesuai Kebijaksanaan
KASAD serta melaksanakan Operasi Khusus terhadap sasaran strategis
terpilih sesuai perintah Panglima TNI. KOPASSUS juga dikenal dengan
sebutan Baret Merah.
KOPASSUS ADALAH PASUKAN ELITE ASET BANGSA
Pasukan elite adalah satuan militer yang dibentuk dan dilatih untuk
melakukan misi perang non-konvensional, anti-teroris, pengintaian, aksi
langsung, dan pertahanan luar negeri. Pasukan khusus biasanya terdiri
dari kelompok kecil yang sangat terlatih, yang dipersenjatai dengan
senjata khusus, yang bekerja secara mandiri, dan dengan kerja sama yang
dekat. Proses seleksi masuk pasukan elite sangat sulit, dan biasanya
pelatihannya melebihi dua tahun. Beberapa misi juga membutuhkan
pelatihan sendiri. Karena tugas pasukan elite biasa secara diam-diam dan
berhubungan dengan informasi rahasia, para calon anggota pasukan elite
diharuskan melewati proses pengujian yang berat.
Sejarah kelahiran Komando Pasukan Khusus sebagai satuan tidak terlepas
dari rangkaian bersejarah dalam kehidupan bangsa Indonesia, pada bulan
Juli 1950, timbul pemberontakan di Maluku oleh kelopok yang menamakan
dirinya RMS (Republik Maluku Selatan). Pimpinan Angkatan Perang RI saat
itu segera mengerahkan pasukan untuk menumpas gerombolan tersebut.
Operasi ini dipimpin langsung oleh Panglima tentara teritorium III
Kolonel A.E Kawilarang, sedangkan sebagai Komandan Operasinya ditunjuk
Letkol Slamet Riyadi.
Operasi ini memang berhasil menumpas gerakan pemberontakan, namun dengan
korban yang tidak sedikit dipihak TNI. Setelah dikaji ternyata dalam
beberapa pertempuran, musuh dengan kekuatan yang relatif lebih kecil
sering kali mampu menggagalkan serangan TNI yang kekuatannya jauh lebih
besar. Hal ini ternyata bukan hanya disebabkan semangat anggota pasukan
musuh yang lebih tinggi atau perlengkapan yang lebih lengkap, namun
juga taktik dan pengalaman tempur yang baik didukung kemampuan tembak
tepat dan gerakan perorangan.
Peristiwa inilah yang akhirnya mengilhami Letkol Slamet Riyadi untuk
mempelopori pembentukan suatu satuan pemukul yang dapat digerakkan
secara cepat dan tepat untuk menghadapi berbagai sasaran di medan yang
bagaimanapun beratnya. Setelah gugurnya Letkol slamet Riyadi pada salah
satu pertempuran A.E Kawilarang.
Melalui Instruksi Panglima Tentara dan Teritorial III No. 55/ Inst / PDS
/52 tanggal 16 April 1952 terbentuklah KESATUAN KOMANDO TERITORIUM III
yang merupakan cikal bakal “ Korps Baret Merah ”. Sebagai Komandan
pertama dipercayakan kepada Mayor Mochamad Idjon Djanbi, mantan Kapten
KNIL yang pernah bergabung dengan Korps Special Troopen dan pernah
bertempur dalam perang dunia II.
Dalam perjalanan selanjutnya satuan
ini beberapa kali mengalami perubahan nama diantaranya Kesatuan Komando
Angkatan Darat (RPKAD) pada tahun 1953, Resimen Pasukan Komando
Angkatan Darat) pada tahun 1952, selanjutnya pada tahun 1955 berubah
menjadi Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD). Pada tahun 1966
satuan ini kembali berganti nama menjadi Pusat Pasukan Khusus TNI AD
(PUSPASSUS TNI AD), berikutnya pada tahun 1971 nama satuan ini berganti
menjadi Komando Pasukan Sandi Yudha (KOPASSANDHA). Pada Tahun 1985
satuan ini berganti nama menjadi Komando Pasukan Khusus (KOPASSUS) sampai sekarang.
Setelah beberapa kali mengalami perubahan dalam organisasi, sesuai Surat Panglima TNI Nomor : B/563-08/05/06/ SRU tanggal 23 Maret 2001, maka struktur organisasi Kopassus saat ini terdiri dari :
-Makopassus, berkedudukan di Cijantung dengan sesanti Pataka “ TRIBUANA CHANDRACA SATYA DHARMA”.
- Grup-1/ Parako, berkedudukan di Serang dengan sesanti Dhuaja “ EKA WASTU BALADIKA ”.
- Grup-2/ Parako, berkedudukan di Solo dengan sesanti Dhuaja “ DWI DHARMA BIRAWA YUDHA”.
- Grup-3/Sandha, berkedudukan di Cijantung dengan sesanti Dhuaja “ CATUR KOTTAMAN WIRA NARACA BYUHA ”.
- Pusdikpassus, berkedudukan di Batujajar dengan sesanti Sempana “ TRI YUDHA SAKTI ”.
- Satuan-81/Gultor berkedudukan di Cijantung dengan sesanti Dhuaja “ SIAP SETIA BERANI “.
TERBUKTI BESAR NAN MEGAH LATGAB TNI 2013
Sebanyak 16.745 prajurit TNI melakukan latihan gabungan tingkat Divisi
mulai 15 April 2013 dengan medan operasi: Lanud Halim Perdanakusuma,
Jakarta; Asem Bagus, Jawa Timur; Bima, Nusa Tenggara Barat dan Sangatta,
Kalimantan Timur.
Materi latihan gabungan berupa proses pengambilan keputusan militer,
kesiapan dan latihan, hingga komando pengendalian kampanye militer dan
operasi gabungan. Latihan gabungan ini juga melakukan operasi
pengintaian udara, operasi intelejen taktis, operasi pasukan khusus,
dukungan udara, operasi perebutan pengendalian panggkalan udara, operasi
laut gabungan, operasi amfibi, lintas udara, pendaratan administrasi,
teritorial dan operasi darat gabungan.
Kepala Staf Umum TNI, Marsekal Madya TNI Daryatmo menjadi Direktur
Latihan dengan Panglima Kostrad, sementara Letnan Jenderal TNI Muhammad
Munir, sebagai Panglima komando dan staf gabungan latihan mandala.
Menurut Panglima TNI, Laksamana Agus Suhartono, Latihan Gabungan 2013
ini termasuk pengujian beberapa doktrin baru, terkait sistem
persenjataan baru yang dimiliki TNI. Kehadiran sistem kesenjataan baru
ikut mengubah sebagian atau keseluruhan doktrin tempur dan perang yang
ada dan akan diuji di lapangan dalam latihan gabungan.
Maklum, sebagian kapal-kapal pendarat pasukan TNI AL merupakan generasi
baru. Kecepatannya bisa lebih tinggi ketimbang kapal pendarat tank (LST –
Landing Ship Tank). “Jadi kapal pengangkut pasukan pendarat tidak usah
lagi terlalu dekat ke pantai kawasan yang akan direbut dan diduduki
karena bisa menambah resiko.
Dari sisi pertempuran udara, sekarang ada EMB-314 Super Tucano yang
dipersenjatai. Kegunaannya hampir sama dengan OV-10F Bronco dari
generasi sebelumnya yang digantikan. Fungsinya adalah untuk pengintaian
udara dan serbu udara-darat jarak dekat serta payung udara pasukan
infantri.
Skenario dari latihan perang ini adalah menghancurkan musuh yang telah
menguasai dan mengklaim wilayah Sangatta, Kalimantan Timur, menjadi
sebuah negara berdiri sendiri dengan nama “Negara Sonora”.
Pasukan bersenjata Aliansi Sonora secara terbuka mengerahkan kekuatan
darat, laut dan udaranya dengan poros manuver dari pangkalan ajunya di
P. Namit menuju P. Tarakan, Sangatta dan Bima. Komposisi dan disposisi
kekuatan Laut lawan, terdiri dari: 1 PKR, 1 KCR, 1 AT dan 1 BCM serta
didukung kekuatan Udara yang terdiri dari 1 Pesawat Intai B 737, Pesawat
Angkut dengan jenis 4 Pesawat PC 7 MK2, 2 Pesawat Cessna, 1 Pesawat C
130 serta dilengkapi dengan 2 Pesawat UAV Eagle ARV, yang dipersiapkan
untuk memberikan dukungan kepada kekuatan Aliansi Sonora yang sudah
berada di Tarakan, Sangatta, dan Bima.
Kekuatan Darat Aliansi Sonora yang terdiri dari 1 Brigade (+) diperkuat,
Batalyon Armed 76, Kompi Kavaleri Tank dan Baterai Arhanud saat ini
telah link up dengan Gerakan Sumpit Merdeka serta didukung oleh kekuatan
udara dengan komposisi 1 Pesawat CN-235, 2 Heli Angkut S61A-4, UAV
Alutsista Udara dan Black Hawk, berusaha untuk terus merebut dan
menguasai sebagian wilayah Sanggata, Tarakan sambil bertahan di
kedudukannya untuk menunggu bantuan perkuatan dari Pangkalan aju Aliansi
Sonora sebelum melanjutkan gerakan selanjutnya.
Melihat serangan yang mendadak itu, TNI langsung melakukan segala
manuver untuk memulihkan kembali situasi keamanan NKRI, khususnya di
wilayah Asembagus, Situbondo, Jawa Timur, di Bima NTB, dan di Sangatta,
Kalimantan Timur.
Komando Gabungan TNI melaksanakan Kampanye Militer meliputi Operasi
Khusus, Operasi Udara, Operasi Laut Gabungan, Operasi Amfibi, Operasi
Linud, Operasi Ratmin & Operasi Darat Gabungan untuk menghancurkan
kekuatan Aliansi Sonora dan Gerakan Sumpit Merdeka (GSM) serta Gerakan
Nusa Merdeka (GNM) mulai hari “H” jam “J” selama 20 hari di Mandala
Operasi Kalimantan Timur & Nusa Tenggara Barat dalam rangka
mengembalikan kedaulatan NKRI.
Geladi Posko berlangsung mulai 15 hingga 19 April 2013. Sementara geladi
lapang yang terdiri dari latihan perang darat, perang laut, maupun
perang udara, berlangsung di Situbondo, Jawa Timur, di Sangatta,
Kalimantan Timur, dan di Nusa Tenggara Barat (NTB).
Angkatan Laut menggunakan 42 KRI. 27 Kapal Perang Republik Indonesia
(KRI) berasal dari Koarmatim dan 15 kapal perang dari jajaran
Koarmabar.
Kapal perang koarmatim terdiri dari berbagai jenis diantaranya kapal
kombatan jenis Kapal Perusak Kawal Rudal, SIGMA, Kapal Selam, Kapal
amfibi dan Landing Platform Dock (LPD) Kapal Cepat Rudal (KCR KRI
Clurit-641, KRI Kujang-642 dan KRI Baladau-643) dan Kapal Cepat Torpedo
(KCT), Kapal Buru Ranjau (BR) dan Penyapu Ranjau (PR), Kapal Patroli
Cepat (Fast Patrol Boat) dan Kapal Bantu.
Unsur-unsur tersebut tergabung dalam Komando Tugas Gabungan Laut
(Kogasgabla) dan Komando Tugas Gabungan Amfibi (Kogasgabfib). Unsur
Kogasgabla terdiri dari kapal-kapal kombatan, kapal rudal, dan penyapu
ranjau, sedangkan unsur Kogasgabfib terdiri dari kapal amfibi dan LPD,
Pasukan Khusus (Pasus) TNI AL Kopaska dan Taifib, Penyelam Tempur, dan
helikopter. Jajaran Kogasgabfib ini mengangkut Pasukan Pendarat (Pasrat)
Marinir dan matrial tempurnya.
Secara umum Gelar Kekuatan Laut ini menampilkan seluruh kekuatan yang
tergabung dalam Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT) TNI AL, mulai dari
kapal perang, pesawat udara, Marinir dan pangkalan. Sedangkan personel
TNI AL yang terlibat dalam latihan gabungan ini sekitar 6.500 orang.
Pada Latgab TNI kali ini, Korps Marinir mengerahkan 59 tank amfibi,
yaitu 17 BMP-3F (Boyevaya Mashina Pyekhota), 33 BTR-50 (Browne
Transporter), 7 LVT-7A1 (Landing Vehicle Track), serta 2 BVP-2 (Bojove
Vozidlo Pechoty), 2 unit Roket Multi Laras RM-70/Grad, 16 perahu karet, 4
unit meriam Howitzer 105 mm, serta 16 perahu karet motor tempel,
beserta prajurit Marinir yang kesemuanya diangkut dengan kapal perang
LST dan LPD. Adapun Puspenerbal mengerahkan 3 pesawat Intai Maritim
jenis Cassa serta 5 helikopter untuk pendaratan Marinir Lintas Heli.
Sedikitnya 2000 prajurit Korps Marinir TNI AL yang tergabung dalam
Pasrat 13 melakukan pendaratan amfibi di pantai Banongan, Asembagus,
Situbondo. Seluruh personel dan material tempur Korps Marinir TNI AL
tersebut melaksanakan latihan menggunakan KRI Makassar-590, KRI
Banjarmasin-592, KRI Teluk Sibolga-544, KRI Teluk Mandar-514, KRI Teluk
Cendrawasih-534, KRI Teluk Banten-516 dan KRI Teluk Cirebon-543.
Latihan pendaratan amfibi diawali dengan masuknya Pasukan Pendarat
kemudian dilanjutkan dengan bantuan tembakan kapal, setelah itu
meluncurlah 4 unit LVT-7 yang merupakan kendaraan tempur VVIP pada
gelombang pertama pendaratan, kemudian diikuti gelombang dua pendaratan
yaitu 15 unit BMP-3F, di gelombang tiga pendaratan yaitu 13 unit BTR-50,
dilanjutkan 12 unit BTR-50 sebagai gelombang keempat, pada gelombang
lima 6 unit Kapa-61, 4 diantaranya membawa senjata Howitzer 105 mm dan
pada gelombang terakhir 2 buah LCU dengan membawa roket multi laras RM
70 Grad.
Setelah semua personel dan material tempur sudah mendarat, dilanjutkan
dengan penembakan Howitzer 105 mm dan roket RM 70 Grad dari pantai
Banongan dengan sasaran berada di daerah latihan Puslatpur Korps Marinir
Baluran dengan jarak 20 km.
Angkatan Udara mengoperasikan 5 pesawat SU 27/30, 5 pesawat Hawk SPO, 5
unit F-16, 5 unit Hawk PBR, 11 pesawat C-130 Hs/H/B, 1 pesawat C-130, 2
pesawat B-737 Intai, 2 Pesawat C-212 Cassa, 2 unit CN-235, 1 unit CN-235
MPA, 2 Helikopter Nas-332/SA 330, 4 Helikopter EC-120 Colibri.
Satu flight pesawat tempur Sukhoi SU-27/30 home base Skadron Udara 11
Wing 5 Lanud Sultan Hasanuddin, bergerak ke Lanud Iswahjudi Madiun,
untuk mengikuti Latihan Gabungan. Pesawat Tempur Sukhoi 27/30 melakukan
penembakan dari udara ke darat di AWR (Air Weapon Range) Asembagus dan
Rambang Nusa Tenggara Barat.
Pesawat tempur F-16 Fighting Falcon dari Skadron Udara 3 Lanud
Iswahjudi, juga melaksanakan penembakan dan pengeboman dari udara ke
darat dengan bom dan Rudal Maverick, yang pelaksanaanya akan disaksikan
langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, di Pulau Gundul,
kepulauan Karimun Jawa.
Empat helikopter dari 2 jenis Super Puma dan puluhan personel dari
Pangkalan Udara (Lanud) Atang Sendjaja (ATS) Bogor, memberangkatkan
helikopter untuk bergerak ke Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan
Sangata, Kalimantan Timur (Kaltim).
Tugas yang dilaksanakan personel dari Lanud ATS adalah Search and
Rescue (SAR) tempur di dua wilayah Trouble Spot. Yaitu rappelling
(meluncur dari ketinggian), hoisting (ditarik menggunakan tali kedalam
pesawat), pengamanan, serta tim penolong.
Satu Flight pesawat Hawk 100/200 Skadron Udara 12, Lanud Roesmin
Nurjadin juga bertolak menuju Lanud Iswahyudi, Madiun, untuk bergabung
dalam Latihan Gabungan TNI yang bertempat di daerah Asem Bagus, Jawa
Timur. Satu Flight penerbangan “Black Panther” ini dipimpin langsung
oleh Danskadron Udara 12, Letkol Pnb A. Yani Amrullah.
Operasi darat dimulai dengan diterjunkannya pasukan untuk menyusup ke
daerah yang dikuasai musuh, penerjunan dilaksanakan pada pukul 01.00
WITA dini hari di sekitar Kaubun, Sangatta, Kalimatan Timur. Pasukan
Gabungan yang diterjunkan bertugas menyiapkan lokasi yang aman untuk
pendaratan Pasukan Gabungan yang akan melaksanakan Operasi Darat
Gabungan lanjutan.
Pasukan terdiri dua shorty penerjunan, dengan jumlah personil 52 orang,
terdiri dari 25 orang sebagai Kendali Depan Operasi Linud (KDOL)
Kostrad, 14 orang pasukan Intai Para Amfibi (IPAM) dari Marinir dan 13
orang bertugas sebagai Pengendali Tempur (Dalpur) dari Pakhas Angkatan
Udara.
Pengiriman pasukan ini didasarkan perkiraan Intelijen TNI bahwa aliansi
negara Sonora berhasil membentuk dan membangun kekuatan separatis yang
di beri nama “Gerakan Sumpit Merdeka (GSM)” di wilayah Kalimantan Timur
dan “Gerakan Nusa Merdeka (GNM)” di wilayah Nusa Tenggara Barat.
Di lokasi yang terpisah, satu persatu Pasukan Khusus TNI terjun bebas
dari ketinggian 6000 feet menggunakan pesawat Hercules C-130, mendarat
di wilayah musuh yang terletak di daerah Juwata Pasir untuk mengambil
alih kendali beberapa obyek vital yang dikuasai musuh di Tarakan,
Kalimantan Timur.
Operasi Senyap yang dilaksanakan oleh Pasukan Khusus TNI ini melibatkan
60 personil, terdiri dari 20 personil Sat-81 Gultor Kopassus TNI AD, 20
personil pasukan Khusus Detasemen Jala Mangkara (Denjaka) TNI AL dan 20
personil pasukan khusus Detasemen Bravo (Denbravo) TNI AU.
Keberhasilan pendaratan personil Pasukan Khusus TNI di daerah Tarakan
tak lepas dari peran serta Tim Kendali Depan Operasi Linud (KDOL) yang
terjun sehari sebelumnya untuk memandu dan menyiapkan Dropping Zone
penerjunan OP3U Kogasudgab di Tarakan dan operasi Lintas Udara (Linud)
di Sangatta untuk membentuk tumpuan udara di daerah musuh.
Pasukan Khusus yang diterjunkan TNI di wilayah Tarakan mengemban tugas
yang sangat penting, yaitu harus mampu merebut dan menguasai beberapa
obyek vital di Tarakan yang telah dikuasai musuh. Detasemen 81 Gultor
Kopassus bertugas untuk mengambil alih Stasiun Televisi Republik
Indonesia (TVRI), sedangkan Denjaka bertugas untuk mengamankan Pelabuhan
Malundung yang telah dikuasai musuh, sementara itu Denbravo bertugas
untuk mengamankan Satuan Radar (Satrad) 225.
Setelah menguasai sasaran masing-masing, beberapa personil Pasukan
Khusus TNI yang terdiri dari Gultor Kopassus, Denjaka dan Denbravo masih
memiliki tugas lain yaitu mengambil alih radar yang berada di bandara
Juwata Tarakan dan melumpuhkan Penangkis Serangan Udara (PSU) guna
mempermudah pendaratan pasukan Operasi Perebutan Pertahanan Pangkalan
Udara (OP3U).
Setelah radar bandara Juwata dikuasai dan senjata PSU dilumpuhkan, tahap
selanjutnya adalah penerjunan Batalyon Perebutan Pangkalan (Yonbutlan)
OP3U Paskhas menggunakan lima pesawat Hercules C-130 dengan mengangkut
210 personil Paskhas TNI untuk merebut dan menguasai bandara Juwata
Tarakan. Aksi baku tembak antara pasukan OP3U Paskhas dan pihak musuh
tidak dapat dihindari ketika merebut bandara Juwata, namun
profesionalitas prajurit TNI dalam berperang dengan mudah dapat
melumpuhkan lawan dan mengambil alih bandara.
Bandara Juwata berhasil direbut dan dikuasai, selanjutnya Tim
Pengendalian Pangkalan Paskhas TNI menyiapkan pendaratan dua Hercules
C-130 untuk mengangkut satu Bateray Pertahanan Udara Pashkas dan
beberapa peralatan seperti 1 kendaraan Smart Hunter, 1 Meriam Triple Gun
dan 10 rudal QW-3.
Pagi hari berikutnya pukul 06.00 WITA pesawat F-16 TNI AU membombardir
kedudukan musuh yang disimulasikan dekat dengan pantai Sekerat,
Sangatta, Kalimantan Timur untuk melemahkan kekuatannya. Setelah itu
disusul penerjunan 1.000 pasukan Lintas Udara Brigade Lintas Udara 18
Kostrad dan Pasukan Khas TNI AU yang dilakukan oleh 10 pesawat Hercules.
Rangkain aksi tadi menandai dimulainya Operasi Darat Gabungan, dengan
dilakukannya Operasi Serbuan Amphibi, Operasi Serbuan Lintas Udara dan
penembakan Artileri Medan Marinir RM 70 Grade 105 mm di Pantai Banongan,
Asembagus, Situbondo.
Pada hari Kamis 2 Mei 2013, sejumlah kapal perang akan melaksanakan
penembakan peluru kendali, seperti KRI Abdul Halim Perdana Kusuma-355
menembakkan Rudal C-802, KRI Sultan Iskandar Muda-367 menembakkan Rudal
Exocet MM-40, dan KRI Cakra-401 (kapal selam) menembakkan torpedo SUT
(Surface and Underwater Target) dengan sasaran permukaan adalah eks KRI
Teluk Semangka-512 di perairan laut Jawa.
Pada hari Jumat 3 Mei 2013, pukul 05.00, Latihan Umum (Latum) berupa
Operasi Amfibi di Pantai Banongan, Situbondo yang diawali dengan
taklimat, kemudian Bantuan Tembakan Kapal, setelah itu meluncurlah
gelombang pendaratan dari kapal LST dan LPD, seperti LVT-7A1 yang
merupakan serbuan gelombang pertama, kemudian diikuti gelombang kedua
BMP-3F, gelombang ketiga BTR-50, gelombang keempat KAPA-61 yang
mengangkut Howitzer 105 mm, dan LCU yang membawa RM 70 Grad.
Setelah semua material dan kendaraan tempur mendarat, dilanjutkan dengan
penembakan berbagai persenjataan Korps Marinir seperti Howitzer 105 mm,
dan RM-70 Grad. Selanjutnya, di titik tinjau T-12 dapat disaksikan
manuver pasukan Infantri Korps Marinir bergerak maju bersama tank
BMP-3F, BTR-50, LVT-7A1, dan BVP-2 sambil melancarkan serangan tembakan.
Latihan
gabungan (Latgab) TNI 2013 diwarnai aksi penembakan rudal dengan
sasaran KRI Teluk Semangka 512 sebagai sasaran tembak di perairan Laut
Jawa dengan tembakan dari torpedo kapal selam Cakra 402, rudal exocet,
dan rudal C-802 dari KRI Klasik. Beberapa alutsista baru yang bergabung
dalam Latgab ini antara lain: BMP3, Super Tucano, LST, Torpedo kapal
selam Cakra dan Rudal C 802. Latgab 2013 ini antara lain melakukan latihan penembakan MFT, ADEZ, Screnex, Aswex; dan rangkaian latihan AAROFEX.(berbagai sumber berita dan foto)