Jika AS
mulai meluncurkan pesawat tanpa awak terbaru yang diuji terbangkan
melalui kapal induknya, tak berlebihan jika kita tengok pergerakan
industri militer dinegeri kita tercinta ini, ada banyak decak kagum
sekaligus merupakan kebanggaan bagi kita yang telah diakui kesahihannya
oleh dunia karena kualitasnya yang digdaya.
Siapa kini tak mengenal industri strategis PT Pindad, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), LIPI, PT Dirgantara Indonesia, PT LEN, PT PAL, PT INTI
?? Sudah tak terhitung lagi jumlah alutsista yang diproduksi. Mulai
dari senjata, peluru, bom peledak, roket, UAV hingga kendaraan berat
perang.
Ada BTN (Bom Tajam Nasional) 250, standar rusia untuk Sukhoi. Dan
ini BT (Bom Tajam) 250 standar Nato biasa digunakan untuk F16 dan F5.
Selain bom, Pindad juga memamerkan panser produksinya. Seperti Panser anoa 6x6 Command Type. Ada juga Rantis 4x44 MG Pindad Type APC Pendobrak yang cocok digunakan untuk pertempuran ringan, dan Tactical Vehicle 4x4 HD-V1 command Type.
Produsen alutsista PT Merpati Wahana Raya juga tidak kalah bersaing.
Perusahaan yang berkantor di Jalan Sudirman Jakarta itu memiliki
alutsista unggulan seperti Ivander Eod, yaitu seperangkat mobil penjinak
bom.
Dengan dilengkapi berbagai kelengkapan evakuasi, proteksi, disposal,
dan deteksi, membuat kegiatan penjinakkan bahan peledak lebih cepat aman
efektif dan efisien.
Menurut Bambang, ketimbang produsen alutsista dalam negeri lain, PT
Pindad lebih maju dari sisi teknologi. Namun bukan berarti tanpa
kelemahan. Salah satu kelemahan yang masih dialami PT Pindad dari segi
pemasaran.
"Kita tidak ada stok, kalau ada permintaan baru produksi, karena tidak diizinkan produksi. Segi pemasaran terbatas ".
Sebanyak 38 perusahaan ikut statistic show, yaitu Working Grup Rantis 4X4 TNI, Balitbang Kemhan, Dinas
Penelitian Dan Pengembangan TNI AD, Dinas Penelitian Dan Pengembangan
TNI AL, Dinas Penelitian Dan Pengembangan TNI AU, Lembaga Penerbangan
dan Antariksa Nasional (LAPAN), LIPI, PT Pindad, PT Dirgantara
Indonesia, PT LEN, PT PAL, PT INTI.
INDUSTRI MILITER RI MELESAT JAUH
Indonesia kini sudah jauh berkembang. Bahkan sudah mulai dilirik
sektor industri militer dunia. Bukan sebagai konsumen, melainkan
produsen. Benarkah?
Teknologi militer untuk pertahanan dan keamanan tidak lagi didominasi
Amerika dan Eropa. Kini Indonesia pun sudah memproduksi persenjataan
militer buatan anak bangsa.
Di penghujung Maret 2012 lalu, sebanyak 50 roket R-Han 122 diluncurkan di Pusat Latihan Tempur TNI Angkatan Darat Baturaja, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatra Selatan.
Wakil Menteri Pertahanan dan Keamanan Sjafrie Sjamsoeddin, Deputi
Bidang Relevansi dan Produktivitas Riset Kementerian Ristek Iptek Teguh
Rahardjo, Wakil Gubernur Sumatra Selatan Eddy Yusuf, Pangdam
II/Sriwijaya Mayor Jenderal Nugroho Widyotomo, dan Komandan Kodiklat
TNI-AD Letnan Jenderal Gatot Numantyo ikut hadir dalam peristiwa
bersejarah itu karena untuk pertama kalinya diluncurkan roket militer
buatan Indonesia.
Peluncuran roket berlangsung mulus. Roket R-Han 122 ini merupakan
pengembangan roket sebelumnyam D-230 tipe RX 1210 yang dikembangkan
Kementerian Riset dan Teknologi, yang memiliki kecepatan maksimum 1,8
mach.
Perjalanan lahirnya roket militer R-Han 122 ini pun cukup panjang.
Berawal pada 2007 saat Kementerian Riset dan Teknologi membentuk Tim
D230 untuk mengembangkan roket berdiameter 122 mm dengan jarak jangkau
20 kilometer.
Prototipe roket D-230 ini dibeli Kementerian Pertahanan dan Keamanan
untuk memperkuat program seribu roket. Maka pemerintah membentuk
Konsorsium Roket Nasional dengan ketua konsorsium PT Dirgantara
Indonesia (DI), sebagai wadah memasuki bisnis massal.
Ketua Program Roket Nasional Sonny R Ibrahim menjelaskan rencana
pembuatan roket secara massal sudah ada sejak 2005. Namun, baru
dikembangkan roket D-230 pada 2007 hingga terbentuk konsorsium tersebut.
Dalam konsorsium itu beranggotakan sejumlah industri strategis yang mengerjakan bermacam komponen roket.
"Kami ditunjuk sebagai ketua konsorsium. Kami tinggal meminta kepada
perusahaan-perusahaan itu untuk membuat ini itu untuk komponen roket.
Kemudian dirancang di PT DI," jelas Sonny.
Disebutkannya di dalam konsorsium terdapat PT Pindad yang
mengembangkan launcher dan firing system dengan menggunakan platform
GAZ, Nissan, dan Perkasa yang sudah dimodifikasi dengan laras 16/
warhead dan mobil launcher (hulu ledak).
Kemudian PT Dahana menyediakan propellant. PT Krakatau Steel
mengembangkan material tabung dan struktur roket. PT Dirgantara
Indonesia membuat desain dan menguji jarak terbang. Pendukung lainnya
seperti Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) turut
mendukung dengan menyediakan alat penentu posisi jatuh roket.
ITB menyediakan sistem kamera nirkabel untuk menangkap dan mengirim
gambar saat roket tiba di sasaran. Sejumlah perguruan tinggi lainnya,
yakni UGM, ITS, Universitas Ahmad Dahlan, dan Universitas Suryadharma,
ikut terlibat di dalam pengembangan roket tersebut. Nama D-230 kemudian
diganti menjadi R-Han 122 karena sudah dibeli Kementerian Pertahanan.
Sistem isolasi termal untuk membuat roket militer tidaklah mudah.
Para periset beberapa kali melakukan uji coba hingga menemukan
kesempurnaan pada roket R-Han 122 itu.
Dijelaskan Sonny, pada 2003 para periset menggunakan material kritis
dengan ketebalan baja 1,2 mm, tetapi produk justru cepat jebol. "Tahun itu tahun jebol karena roket-roket yang diuji rusak atau jebol ".
Kemudian para peneliti mulai memperbaiki sistem isolasi termal. Saat
roket meluncur sempurna dibutuhkan suhu 3.000 derajat Celcius.
Pembakaran dengan menghasilkan suhu tinggi bisa berakibat fatal apabila
sistem isolasi termal tidak bekerja dengan baik. Karena itu, di ruang
isolasi termal diberi karet atau polimer yang bisa menghambat panas.
Untuk material roket, dipilih bahan yang ringan, yakni aluminium,
karena bisa menghambat panas. Perubahan-perubahan itu ternyata
menghasilkan roket yang tidak pernah rusak saat diujicobakan.
"Karena termalnya bekerja cukup baik, roket itu bisa terbang tepat sasaran dan tidak pernah rusak selama uji roket ".
R-Han 122 berfungsi sebagai senjata berdaya ledak optimal dengan sasaran darat dan jarak tembak sampai 15 km.
Sebelumnya PT Pindad telah memproduksi panser yang merupakan hasil
pengembangan riset dari BPPT sejak 2003. PT Pindad meneruskan hasil
riset BPPT khususnya untuk panser Angkut Personel Sedang (APS). PT
Pindad dan BPPT akhirnya mengembangkan riset APS-1 sampai ke APS-3. Pada
APS-3 ini punya kemampuan bermanuver di darat, perairan dangkal dan
danau.
Pengembangan riset tersebut akhirnya
menghasilkan varian 4X4 dan disempurnakan untuk diaplikasikan kemampuan
amfibinya pada varian 6x6. Ujicoba panser APS-3 ini dilakukan awal 2007
dan pada 10 Agustus 2008 bertepatan dengan Hari Kebangkitan Teknologi
Nasional.
Kementerian Pertahanan memberi nama
APS3-ANOA. Sejak itu Pindad memproduksi 10 panser pertama APS-3 ANOA.
Dalam perkembangannya, Pindad terus mengeluarkan seri-seri terbaru APS-3
ANOA ini.
Selain varian kombatan, ANOA juga
memiliki varian lain seperti untuk angkut medis, logistik, armored
recovery vehicle (penderek ranpur yang sedang mogok) dan varian mortir.
Saat ini Kementerian Pertahanan telah memesan 100 panser ANOA yang
ternyata disukai negara-negara tetangga. Salah satunya Malaysia yang
sudah berminat membeli sejumlah panser ANOA dari PT Pindad.
Dan tak kalah penting, panser buatan Indonesia ini juga dipakai untuk
kelengkapan persenjataan Pasukan Perdamaian PBB di Lebanon.
TAK LAGI REMEH
Urutan 10 besar ranking militer se dunia dipegang
secara berturut-turut : AS, Rusia, China, India, Inggris, Turki, Korsel,
Perancis, Jepang dan Israel. Kemudian urutan 11 sampai dengan 20 besar
adalah Brasil, Iran, Jerman, Taiwan, Pakistan, Mesir, Italia, Indonesia,
Thailand dan Ukraina. Ranking negara ASEAN yang lain adalah Filipina
ada di posisi ke 23, Malaysia posisi ke 27, Singapura ke 41.
Analisis ini memberikan sebuah definisi tentang peta kekuatan militer
yang sesungguhnya, tidak terfokus pada keunggulan jumlah pesawat tempur
atau kapal combatan seperti yang selama ini menjadi opini publik. Itu
sebabnya walaupun Singapura punya kekuatan pesawat tempur terbanyak di
ASEAN, negara pulau itu tetap tidak mampu mengungguli Malaysia, Filipina
dan Indonesia. Indikator kekuatan alutsista bukan merupakan faktor
penentu keunggulan militer sebuah negara.
Sekedar perbandingan, berikut disampaikan peta kekuatan militer
antara Indonesia dan Malaysia berdasarkan analisis Global Fire Power
terbaru :
INDONESIA-MALAYSIA
Total Population 245,613,043 - 28,728,607
Military Manpower Available 129,075,188 - 14,817,517
Fit for Military Service 107,538,660 - 12,422,580
Reaching Military Age Yearly 4,455,159 - 519,280
Active Military Personnel 438,410 - 124,000
Active Military Reserves 400,000 - 640,199
Total Aircraft 510 - 258
Total Land-Based Weapons 1,577 - 2,465
Total Naval Units 136 - 65
Towed Artillery 59 - 54
Merchant Marine Strength 1,244 - 321
Major Ports and Terminals 9 5
Aircraft Carriers 0 0
Destroyers 0 0
Frigates 6 4
Submarines 2 2
Patrol Coastal Craft 31 37
Mine Warfare Craft 12 4
Amphibious Operations Craft 8 1
Defense Budget $4,740,000,000 $3,500,000,000
Foreign Reserves $96,210,000,000 $106,500,000,000
Purchasing Power $1,030,000,000,000 $414,400,000,000
Oil Production 1,023,000 bbl 693,700 bbl
Oil Consumption 1,115,000 bbl 536,000 bbl
Proven Oil Reserves 4,050,000,000 bbl 2,900,000,000 bbl
Total Labor Force 116,500,000 12,200,000
Roadway Coverage 437,759 km 98,721 km
Railway Coverage 5,042 km 1,849 km
Waterway Coverage 21,579 km 7,200 km
Coastline Coverage 54,716 km 4,675 km
Major Serviceable Airports 684 118
Square Land Area 1,904,569 km 329,847 km
Dari data diatas beberapa catatan bisa kita letakkan pada kondisi
terkini, misalnya posisi cadangan devisa RI saat ini sudah mencapai $
122.000.000.000,- (Akhir Juli 2011), jumlah KRI saat ini berkisar 152
unit. Kapal-kapal yang berstatus KAL, KKP dan Polisi Air tidak
diperhitungkan oleh GFP, padahal kapal-kapal jenir ini ikut berperan
dalam patroli keamanan laut atau patroli pantai (Patrol Coastal Craft).
Kemudian komponen cadangan (Active Military Reserves) jumlahnya bisa
melebihi perhitungan GFP jika Satuan Pengamanan, Satuan Polisi Pamong
Praja, Pertahanan Sipil masuk dalam perhitungan.
Analisis GFP yang disajikan merupakan evidence yang cukup
obyektif dan terbarukan, mampu menyajikan data terkini yang memberikan
gambaran menyeluruh dari kekuatan militer sebuah negara berdasarkan
kekuatan sumber daya militer, sistem persenjataan, kekuatan armada
angkatan laut, dukungan logistic dan sebaran pangkalan, sumber daya alam
untuk survival, dukungan financial dan kondisi geografis. Yang menarik
kekuatan pesawat tempur digabung dengan sistem persenjataan lain apakah
itu pesawat angkut, helikopter, tank, panser, artileri yang menjadi
kekuatan angkatan darat. Sementara kekuatan angkatan laut menjadi faktor
terpisah dan memberikan kontribusi real pada kekuatan militer sebuah
negara.
Nah, semakin jelas bahwa kita adalah
yang terbaik di kawasan ini dalam ranking kekuatan militer. Oleh sebab
itu kita perlu mengeliminir opini-opini psikologis yang meng-under
estimate kekuatan TNI, seakan-akan TNI yang paling lemah, seakan-akan
TNI tak mampu mengatasi serangan udara Singapura, seakan-akan TNI tak
mampu mengawal teritori NKRI. Dalam kondisi minimum essential force yang
belum tercapai militer kita ternyata mampu menduduki ranking 18 dunia.
Padahal mulai tahun 2012 sd tahun 2014 saja akan berdatangan setidaknya
60 pesawat tempur baru berbagai jenis, 15 pesawat angkut berbagai jenis,
55 Heli tempur berbagai jenis, 30 Kapal Cepat Rudal, 3 Kapal Selam, 2
Fregat, ratusan Tank dan Panser berbagai jenis. Belum lagi proyek rudal
surface to surface, surface to air, rudal anti tank dan ribuan roket
Rhan produksi dalam negeri.
Ini artinya peluang untuk meningkatkan ranking militer itu sangat
terbuka. Namun lebih dari itu, kita harus selalu percaya diri dengan
kemampuan hulubalang pengawal negara kita, dengan semangat tempurnya,
dengan kualitas prajuritnya yang selalu mengungguli tentara negara
jiran. Sekali lagi militer kita adalah yang terunggul diantara para
jiran. Dan itu harus kita rawat dan pelihara dengan suplai alusista yang
modern dan menggentarkan. Dan itu harus konsisten dan berkesinambungan.
Sekedar catatan, lembaga Survey Internasional Juga (GFP)mengakui kekuatan
militer Negara kita..ingat loh kita mempunyai kekuatan militer terbesar
di ASEAN ini bahkan Australia juga di bawah kita. Ditunjang lagi dengan pencapaian Pemenuhan EMF Hingga Awal Tahun 2013,
Pemerintah melalui Kementrian Pertahanan tengah berupaya untuk
membangun minimum essential force (MEF) atau kekuatan pokok minimum
terkait alutsista TNI, hingga akhir tahun 2012 setidaknya pemenuhan
kekuatan pokok minimum alutsista sudah mencapai 30 persen, pencapaian
ini tentu saja menimbulkan optimisme bagi upaya pemenuhan EMF ditahun
berikutnya.
Hingga tahun 2014 pemenuhan target EMF diharapkan akan mencapai 38
persen. Hal ini diungkapkan oleh Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono
kepada pers saat acara Rapat Pimpinan (Rapim) TNI tahun 2013 di Markas
Besar TNI Cilangkap, Jakarta, Selasa, 29 Januari 2013.
Modernisasi alutsista TNI yang sudah dicapai saat ini :
Dari total anggaran TNI yang telah ditetapkan sebesar Rp
53.536.392.350.000, telah dapat terserap sebesar Rp 53.265.355.119.000,
atau terserap 99,49 persen. Dengan anggaran yang telah digunakan, TNI
berhasil melaksanakan pembangunan kekuatan dan kemampuan sesuai dengan
rancangan dalam program minimum essential force (MEF).
Di bidang organisasi, sepanjang 2012 TNI telah menata ulang sistem
administrasi organisasi di lingkungan TNI. Bahkan TNI juga membentuk
organisasi baru seperti Kogabwilhan TNI, Pusdata TNI, dan Puskersin TNI.
Di bidang personel, TNI berhasil melaksanakan sejumlah latihan dan
pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan prajurit
bertempur.
Selain itu, dalam anggaran Rp 53,2
triliun tersebut, TNI juga membeli berbagai macam alat utama sistem
senjata. Seperti Panser APS-2 Pindad, Heli serbu, Tank/MBT sebanyak 157
unit, meriam 155 MM Caesar 27 pucuk, roket MLRS ASTROS II, Sea Raider,
Bridge Simulator, Kapal angkut tank, torpedo Kasel Diesel Elektrik, 24
unit pesawat F-16 C/D, pesawat NAS-332 sebanyak 2 unit, SU-30 MK-2
sebanyak 6 unit.
TNI-AD
Panser APS-2 Pindad, Kendaraan Taktis Pendobrak, Heli Latih Dasar,
Heli Serbu, Main Battle Tank Leopard 157 unit, Tank Support 10 unit,
Meriam 155 MM Caesar 37 Pucuk, Roket MLRS Astros II, dan Rudal Arhanud
Mistral 8.
TNI-AL
Kapal Patroli, Kapal Cepat Rudal, Kapal Bantu Cair Minyak, Sea
Raider, Heli Angkut Sedang, bridge simulator, baterey kapal selam,
meriam 30 mm 7 barel, meriam Kal 40 mm, Multy Launch Rocket System,
Torpedo kasel diesel elektrik, dan kapal angkut tank.
TNI-AU
24 pesawat F 16, pesawat pengganti AS-202 dan T-34C, pesawat
C212-200, pesawat Nas-332, pesawat pengganti MK 53, pesawat pengganti OV
10, pesawat Sukhoi MK-2, pesawat transpor pengganti F-27, Helikopter
Full Combat Sar, dan pesawat tempur taktis Super Tucano.
Komitmen dan semangat revitalisasi alutsista TNI untuk
memantapkan profesionalisme dan eksistensi peran strategis TNI di bidang
pertahanan. Untuk itu, semua pihak yang terkait harus konsisten
menjalankan rencana strategis (Renstra) seperti yang sudah diprogramkan
dalam Renstra 2010-2024. Jika semua berjalan sesuai dengan yang
diharapkan, maka target MEF 38 persen pada 2014 bisa tercapai dan pada
2024 target MEF sudah 100 persen. Proses untuk mencapai MEF ditempuh
dengan semua cara dengan tetap memberdayakan proses transfer teknologi
(ToT) atau kerja sama produksi dengan negara-negara produsen alutsista
sambil memberdayakan industri pertahanan dalam negeri (seperti Pindad
dan PT DI). Tujuannya tidak lain dan tiak bukan adalah utnuk
memodernisasi alutsista sekaligus agar industri pertahanan dalam negeri
bisa mandiri dalam memproduksi alutsista.
PRODUK DAN PLAN ANDALAN RI
Peralatan kemiliteran yang di buat oleh Indonesia dan membuat
pantas kita di sebut sebagai Macan Asia dengan sumber daya alam ,
populasi penduduk , letak geografis , penghasilan tiap-tiap daerah yang
meng-support tinggi negara Indonesia menuju Macan Asia . Indonesia
telah bangkit dengan di tunjukannya bangkitnya sektor Industri Produksi
Milter Indonesia contohnya saja PT.Pindad, PT.Dirgantara , PT. Pal dll
.Dan kita telah mampu untuk membuat barang-barang militer tersebut meski
mesin dan teknisinya masih di dapatkan dari luar negeri bahkan juga
baru-baru ini Presiden SBY mencanangkan dan membuat topik menarik :
" Kembalikan Macan Asia ".
Berikut Daftar Peralatan Militer - Senjata - Alutsista Populer Buatan negara kita Tercinta Ini .
1. Panser Anoa ( Kendaraan Tempur Indonesia )
Namanya terilhami dari mamalia khas Sulawesi merupakan Kendaraan Tempur
yang di buat oleh Indonesia , Anoa tampilannya tidak kalah dengan
buatan Eropa. Kelahirannya disiapkan untuk mewujudkan kemandirian di
bidang alutsista oleh Departemen Pertahanan dan PT Pindad. Panser
beroda 6 ini mampu melaju hingga kecepatan 90 Km/jam. Mampu melompati
parit selebar satu meter dan menanjak dengan kemiringan sampai dengan
45 derajat. Panser ( Kendaraan Tempur Baja ini )ini dilapisi baja anti
peluru yang apabila diberondong dengan AK47 atau M-16 dijamin tidak
akan tembus.
2. PAL-AFV (Armoured Floating Vehicle) Tank Amfibi TNI-AL
Sukses memodifikasi tank amfibi BTR-50 TNI-AL, kali ini PT.PINDAD
bekerjasama dengan PT PAL membangun tank amfibi angkut pasukan terbaru
dengan nama Armoured Floating Vehicle (PAL-AFV).
Dibangun dengan mengacu pada BTR-50PM, PAL-AFV mempunyai bentuk dan
spesifikasi teknis yang tidak jauh berbeda. Perbedaan mencolok hanya
pada penggunaan mesin Diesel inline 8 silinder yang dipakai, sehingga
tenaga yang dihasilkan mampu mencapai 300Hp.
Kemampuan jelajahnya pun bertambah dari 400Km menjadi 480Km. Untuk
kecepatan bertambah dari 50Km/jam menjadi 60Km/jam dijalan normal.
Namun bobot kendaraan juga bertambah menjadi hampir 15 ton.
Untuk kemampuan daya angkut personil tidak berbeda dengan BTR-50. Yakni
3 awak tank dan 14 pasukan, dengan kemampuan operasional (endurance)
selama 8 jam.
Seperti diketahui ada beberapa titik kelemahan yang kemudian
dimodifikasi dari BTR-50P. Salah satunya yang krusial adalah garis air
yang posisinya sejajar dengan lubang hisap mesin. Namun hal ini telah
diperbaiki dan disempurnakan di tank amfibi PAL-AFV ini.
Tidak dijelaskan kapan prototypenya akan dibuat oleh PT.PINDAD, namun
berdasarkan info yang diperoleh moderator dari PT.PAL di acara
Indo-Defence 2008 kemarin (19-22 November 2008) mudah-mudahan 2009
nanti sudah ada realisasinya.
Hal ini juga makin memperjelas Transfer of Technology (ToT) antara RI
(diwakili PINDAD) dan Korea dalam hal penguasaan teknologi suspensi dan
roda penggerak rantai. Yaitu guna menunjang pengembangan panser amfibi
ini (PAL-AFV), dan rencana PINDAD merealisasikan Light-tank pengganti
Scorpion.
3. KRI-Krait-827
Kapal perang ini merupakan hasil saling tukar ilmu antara TNI AL lewat
fasharkan (Fasilitas Pemeliharaan dan Perbaikan) Mentigi dan PT Batan
Expressindo Shipyard (BES), Tanjung Guncung. Dikerjakan selama 14
Bulan dan 100 % ditangani oleh putra-putri Indonesia. Berbahan baku
aluminium, bertonase 190 DWT dengan jarak jelajah sekitar 2.500 Mil.
Dilengkapi dengan radar dengan jangkauan 96 Nautical Mil (setara 160
Km) dengan system navigasi GMDSS area 3 dengan kecepatan terpasang 25
Knots.
4. Smart Eagle II (SE II)
Merupakan Prototype pertama UAV (Unman Aerical Vehicle) yang dibuat PT.
Aviator Teknologi Indonesia guna kepentingan intelegen Indonesia. SE
II menggunakan mesin 2 tak berdiameter 150cc, mampu terbang hingga 6
Jam. Dilengkapi dengan colour TV Camera. Mampu beroperasi dimalam hari
dengan menggunakan Therman Imaging (TIS) kamera untuk opsi
penginderaannya.
5 . SUT Torpedo Buatan PT. Dirgantara Indonesia
Torpedo merupakan senjata andalan kapal selam dalam suatu pertempuran
laut. Kebutuhan akan torpedo akan meningkat bersamaan kedatangan dua
buah kapal selam KRI Cakra dan KRI Nanggala dari Jerman. Selain itu
torpedo digunakan juga oleh kapal permukaan milik TNI-AL.
PT. Dirgantara Indonesia (PT. DI), ditunjuk sebagai produsen torpedo
dalam negeri. Menggunakan lisensi dari AEG (Allgemeine
Elektrizitäts-Gesellschaft, General Electricity Company) Jerman, PT. DI
mulai memproduksi SUT (Surface and Underwater Target) Torpedo di Kawasan
Produksi V di Pulau Madura.
SUT Torpedo dapat ditembakan dari helikopter, seperti NAS 332 Super Puma atau dari pesawat CN-235 MPA.
PT. DI membuat dua varian SUT Torpedo, latihan dan perang. Panjang
SUT Torpedo dengan kasket 6620 mm, sedangkan tanpa kasket 6150 mm. Berat
torpedo varian perang 1413.6 kg, varian latihan 1224 kg. Dengan membawa
hulu ledak seberat 225 kg SUT Torpedo mampu mengkaramkan sebuah
frigate. Jarak jangkau SUT Torpedo 38 km dengan kemampuan menyelam
hingga 100 m .
6. Senjata Baru Buatan Indonesia
Patutlah Kita Bangga Terhadap Indonesia Yang Sedang Maju Dibidang
militer, beberapa produk senjatanya mulai diminati pasar militer dunia.
Sederet Senjata Canggih Buatan Pindad
PT Pindad (Persero) telah mampu memproduksi produk militer kelas
dunia. Mengadopsi teknologi dan ilmu dari Eropa dan NATO (North Atlantic
Treaty Organization), Pindad telah memproduksi puluhan senapan tipe
ringan hingga berat.
Bahkan Pindad memiliki kemampuan memproduksi hingga 40.000 senjata
berbagai tipe per tahun. Dari senjata yang diproduksi, setidaknya ada
produk senapan Pindad yang telah menjadi andalan.
Salah satunya, senapan serbu tipe SS2. Senapan ini, dirancang dengan
konsep keandalan dan keakuratan yang bisa bersaing dengan M16 atau AK
47. Juga ada senapan sniper ala film Rambo, yang bisa menembak hingga
jarak 2 km. Mau tahu apa saja senapan-senapan unggulan Pindad?
Senapan Serbu SS1
SS1 merupakan senapan serbu yang mengadopsi dan mengikuti lisensi
senapan FN FNC dari perusahaan senjata Fabrique Nationale (FN), Belgia.
Senapan yang telah diproduksi sejak 1988 ini sekarang telah banyak
digunakan oleh kesatuan di TNI dan Polri.
SS-1 Pindad
Bahkan telah diekspor ke mancanegara. Dengan 150 komponen dan
mengadopsi teknologi Belgia, Pindad membantah senjata SS1 produksinya,
mudah rusak. Pindad telah merancang dan mengembangkan SS1 sebanyak 6
varian. Varian SS1 tersebut, antara lain: SS1-V1, SS1-V2, SS1-V4, SS1-V5, SS1-M1, SS1-RM.
Senapan Serbu SS2
Pindad telah memproduksi senapan serbu SS2 sejak 2006. Kesatuan yang
pertama kali menggunakan senjata hasil pengembangan SS1 ini adalah
Kopassus TNI AD.
Senapan ini, dirancang dengan tingkat kehandalan dan keakuratan
tinggi. Bahkan mampu bersaing dengan senapan serbu tipe M16 buatan
Amerika Serikat atau AK47 buatan Rusia. Dijual mulai harga Rp 8 juta per
unit, SS2 dirancang dalam 4 varian, yakni: SS2-V1, SS2-V2, SS2-V4, SS2-V5.
Senapan Sniper
Pindad juga mampu memproduksi senapan untuk keperluan khusus seperti
untuk pasukan penembak jitu atau sniper. Bahkan, senapan sniper tipe
SPR-2, mampu menembak hingga jarak 2 KM. Senapan tipe ini, pernah muncul
pada film Rambo. Selain SPR-2, pindad juga memproduksi senapan tipe
SPR-1 dan SPR-2. Khusus senapan SPR-2 dan SPR-3, senjata ini telah
digunakan oleh kesatuan elit TNI seperti Kopassus.
Senapan Anti Teror PM2
PM2 merupakan senapan anti teror yang mengadopsi atau menyerupai
senjata H&K MP5 kaliber 9mm. Senapan ini, biasa digunakan oleh
pasukan anti teror SWAT asal Amerika Serikat (AS) atau Densus Anti Teror
88 Kepolisian Indonesia dan Kopassus TNI AD.
Dengan konsep, hand machine gun, pindad telah memproduksi senjata
yang mampu menembak hingga jarak 75 meter. Pindad memproduksi senapan
anti teror ini, sebanyak 2 jenis, yakni: tipe PM2-V1 Dan PM2-V2.
Senapan Mesin
Pindad terbukti menghasilkan berbagai tipe senjata. salah satunya,
senapan mesin. Setidaknya Pindad telah memproduksi 3 tipe senapan mesin
yakni SM2-V1. Senapan ini, mampu menembak hingga jarak 1,5 km. Kemudian
ada SM-3 yang mampu menembak hingga jarak 1 km atau SM2-V2 yang mampu
menembak hingga jarak 1,5 km.
Meriam
Pindad juga mampu memproduksi senjata kelas berat. Seperti Meriam
tipe ME-105 mm Howitzer. Meriam ini mampu menembakkan amunisi hingga
jarak 10,5 km. Selain senjata berat sekelas Howitzer, Pindad telah
memproduksi 3 senjata penembak mortir keperluan operasi khusus. Seperti
Mo-1 60 mm Commando, Mo-2 60mm LR dan Mo-3 81mm SB.
7. Pesawat Tempur Pertama Indonesia ( KFX/IFX )
COMING SOON......
Di bidang penguasaan teknologi pesawat terbang, Indonesia telah
terkenal sebagai satu-satunya negara di Asia Tenggara yang memproduksi
dan mengembangkan pesawat sendiri. Walaupun di bidang pemasaran produksi
pesawatnya sendiri harus kita akui kita masih kalah bila dibandingkan
dengan Brazil, yang mengembangkan EMBRAER dan memasarkannya ke seluruh dunia.
Akan tetapi, beberapa tahun belakangan ini, beberapa negara mulai
mengalihkan perhatiannya ke pesawat buatan Indonesia, sebut saja
Malaysia, Pakistan, UAE, Philipina, dan Korea Utara, serta beberapa
negara lainnya. CN-235 tampaknya akan mendapatkan pangsa pasar yang
lebih luas di beberapa tahun kedepan setelah lebih banyak negara yang
sadar akan kehandalannya. Malaysia sendiri berencana memesan 4 pesawat
tambahan untuk menambah jumlah pesawat CN-235 yang sudah mereka miliki
(source).
Menuju Penguasaan Jet Tempur Mandiri
Kita pasti berfikir, dengan semua kapasitas dan teknologi yang
dimiliki Indonesia, kenapa sampai sekarang Indonesia belum membuat Jet
tempur ?
PT Dirgantara Indonesia (PTDI) akhirnya siap berkerja sama dengan
Korea Selatan mengerjakan proyek pengembangan model pesawat tempur
senilai US$8 miliar yang ditawarkan pemerintah negara tersebut kepada
Indonesia.
Direktur Integrasi Pesawat PT DI
Budiwuraskito mengemukakan sejumlah sarana dan prasarana yang dimiliki
badan usaha milik negara (BUMN) tersebut mampu mengerjakan pesawat
tempur sejenis T-50 Golden Eagle yang merupakan pengembangan pesawat
oleh Korea Selatan-Amerika Serikat. PT DI memiliki pengalaman dalam
bidang kualifikasi dan sertifikasi dalam memproduksi pesawat-pesawat
yang berkecepatan rendah seperti CN-235. Sementara itu, Korea Selatan
berpengalaman dalam memroduksi pesawat berkecepatan tinggi atau melebihi
kecepatan suara (1 mach) T-50 Golden Eagle.
“PT DI memiliki lahan, laboratorium,
ruang perakitan, sumber daya manusia, dan lain-lain. Jadi sebetulnya
tinggal penggabungan teknologi saja ”.
Pengembangan dan pembangunan
model pesawat yang ditawarkan Korea Selatan baru untuk jenis tempur
(fighter), sementara pengembangan model pesawat jenis lainnya seperti
jenis stealth (siluman), belum masuk program. Kerja sama pengembangan
pesawat tempur kemungkinan bisa diwujudkan pada tahun ini setelah
pemerintah Korea Selatan memberikan lampu hijau dari pihak parlemen
negeri gingseng itu atas nama program kerja sama.
POLEMIK KORSEL MANGKIR, PERTANDA KANDASKAH ?
Belakangan diketahui proyek ambisius ini menyebarkan kabar tak sedap
setelah pihak korsel tiba-tiba berubah haluan. Seusai membahas nasib
RUU tentang Komponen Cadangan Pertahanan Negara (Komcad), Senin (20/5),
Komisi I DPR melanjutkan raker dengan Menteri Pertahanan Purnomo
Yusgiantoro, membahas soal penghentian kerja sama sepihak dari Korea
Selatan, dalam hal produksi bersama pesawat tempur Korean Fighter
eXperiment (KFX). Namun, rapat kali ini digelar secara tertutup. Sebelum
rapat membahas hal ini dimulai, Wakil Ketua Komisi I DPR RI dari Fraksi
Golkar Agus Gumiwang Kartasasmita menjelaskan, bahwa Komisi I memandang
penting pembahasan persoalan ini.
" Sehingga Komisi I perlu mendapat
penjelasan dari Menhan khususnya soal di balik langkah sepihak Korsel
menghentikan kerja sama pengadaan pesawat tempur KFX dari Korsel
tersebut, Komisi I melihat pembatalan kerja sama pengadaan KFX/IFX itu
dampaknya tidak sederhana. Kita mesti lihat apa akar permasalahan yang
sesungguhnya. Apakah ada langkah embargo dari pemilik teknologi itu
dalam hal ini AS? Seperti itu yang akan kita pelajari ".
Hal lain yang perlu diungkap,
apakah akibat pembatalan sepihak dari Korsel, akan berdampak pada kerja
sama yang lainnya. Misal, pembuatan tiga kapal selam yang juga bekerja
sama dengan Korsel.
"Apakah ada penundaan-penundaan juga. Ini yang mesti kita pastikan dan bicarakan " .
Sebelumnya, Wakil Ketua DPR RI Tubagus Hasanuddin mengatakan bahwa RI
sudah membayar 70 miliar dolar AS atau sekitar Rp 1,6 triliun untuk
modal awal pembuatan pesawat tersebut.
"Sehingga kalau pihak Korsel menghentikan sepihak produksi bersama pesawat KFX itu, jelas RI pihak yang telah dirugikan " .
Kerja sama antara Indonesia dan Korsel untuk membangun pesawat super
canggih KFX berlangsung sejak 2001. Proyek itu dibiayai bersama oleh
Indonesia dan Korsel. Dalam proyek itu, pemerintah Indonesia diwajibkan
menyetor sekitar 20 persen dari total dana yang dibutuhkan sekitar Rp 80
triliun. Well,
Apapun keputusan yang terjadi atas rencana ini semoga tak menyurutkan
langkah para insinyur dan tekhnokrat republik ini untuk benar-benar
mewujudkan jet tempur kebanggaan dalam negeri, semoga, ada solusi maju
dan terobosan besar yang pada sebagian kalangan menganggapnya sebagai
mimpi belaka. Bagiku.....tetaplah berjuang mewujudkan mimpi daripada
sekedar mencaci konyol tanpa kontribusi bagi seluruh kejayaan negeri.
8. KCR 60 - M
Mendapatkan nafas baru baik dalam bentuk dana bantuan maupun jajaran
direksi, PT Penataran Angkutan Laut (PAL) Indonesia langsung menggenjot
kinerjanya dengan menangani proyek-proyek yang telah mereka terima.
Menyerap instruksi dari kementrian BUMN, perusahaan galangan kapal
terbesar di Indonesia ini fokus untuk menangani pesanan kapal dari
kementrian pertahanan melalui Dinas Pengadaan TNI Angkatan Laut. Saat
ini, kedua pihak mulai melaksanakan kesepakatan untuk membangun dua
kapal tugboat (kapal tunda) dan tiga kapal cepat rudal (KCR).
Direktur Utama PT PAL Indonesia M. Firmansyah Arifin menyatakan,
pembangunan lima kapal tersebut merupakan kelanjutan dari kontrak yang
telah diteken 20 desember 2011 lalu. Seiring dengan pergantian jajaran
direksi, proyek tersebut akhirnya bisa terproses.
" Saat ini, kami sudah mulai memulai proses konstruksi kapal tunda pertama. Sedangkan kapal KCR sedang dalam tahap desain. Sesuai kontrak, kapal tugboat pertama selesai april tahun depan
sedangkan kapal kedua harus selesai di pertengahan juni tahun depan
juga,Menurut pengalaman, kami bisa mencapai tenggat waktu yang ada. Kami bukannya pertama kali membangun tugboat ".
Realisasi akhir kedua kapal ini, lanjut Firmansyah, ditarget pada
juni 2013. Sesuai kontrak, kapal tugboat pertama selesai april tahun
depan sedangkan kapal kedua harus selesai di pertengahan juni tahun
depan juga.
9. ROBOT TEMPUR
Lembaga Pengkajian Teknologi (Lemjitek) TNI AD, Karangploso, Kabupaten Malang, mampu menciptakan robot tempur.
prototype robot tempur ini sudah beberapa kali diujicobakan,dan mampu
menempuh jarak hingga 1 km dari pusat kendali. “Ukurannya 1,5 m kali
0,5 m dengan berat sekitar 100 kg. Robot ini memiliki mesin penggerak
dua roda,dan mampu mengangkut beban hingga sekitar 150 kg, kecepatan
maksimalnya bisa mencapai 60 km/jam,” terangnya. Robot yang diciptakan
pada tahun 2009 dan belum memiliki nama ini, digerakkan dengan tenaga
listrik dari dua baterei yang tersimpan di dalam bodi robot.
Dua baterei ini memiliki kekuatan 36 volt yang berfungsi untuk
penggerak, dan 12 volt untuk sistem kontrolnya. Gunawan mengaku, kondisi
robot ini belum sepenuhnya sempurna karena baru selesai proses
perakitannya, kemungkinan masih sekitar 70-80% dari kondisi ideal yang
diinginkan.
10. Rudal-Roket KENDALI
Sebelum membahas yang menjadi kebanggaan ini marilah kita sedikit
menengok kunci kemenangan peluncuran roket LAPAN kemarin. Karena
keberhasilan peluncuran roket Indonesia ini ke depan akan membawa
Indonesia mampu mendorong dan mengantarkan satelit Indonesia bernama
"Nano Satellite" sejauh 3.600 km ke angkasa. Satelit
Indonesia ini nanti
akan berada pada ketinggian 300 km dan kecepatan 7,8 km per detik. Bila
ini terlaksana Indonesia akan menjadi negara yang bisa menerbangkan
satelit sendiri dengan produk buatan sendiri. Indonesia dengan demikian
akan masuk member "Asian Satellite Club" bersama Cina, Korea Utara,
India, dan Iran. Sedikit berita yang paling membuat deg-degan dan
sensasi dinegeri tetangga. Meski belakangan pihak militer dan hankam tak
pelit mengekplore berita alutsistanya, tapi tetap saja rasa khawatir
bergelayut diseberang negeri karena rumus umum jika setiap negara dibumi
ini pasti memiliki rahasia paten terhadap info pencapaian dan
penguasaan alutsista dan jumlah arsenal senjata juga tekhnologinya.
Kekhawatiran beberapa negara
tetangga yang rasionalkan ? Logikanya, kalau saja Indonesia mampu
mendorong satelit
sampai 3.600 km untuk keperluan damai atau keperluan macam-macam
tergantung kesepakatan rakyat Indonesia. Maka otomatis pekerjaan
sederhana bagi Indonesia untuk mampu meluncurkan roket sejauh 190 km
untuk keperluan militer bakal sangat mengancam mereka sekarang ini pun
juga. Jika mereka percaya mitos ada musuh dari utara (Indonesia) itu
bisa jadi bukan
sekedar mitos belaka, tetapi sungguh ancaman nyata di masa depan. Tapi,
bukankah kita sangat menjunjung nilai sebuah persahabatan dan
kemerdekaan dalam berbangsa dan bernegara ?? yaa, kita bukan negara yang
dhoyan perang meski tak akan pernah surut atas sebuah tantangan perang.
Saat ini, roket RX-420 masih jadi pertimbangan Departemen Pertahanan,
apakah mampu menjadi salah satu senjata penangkal di darat yang dapat
diandalkan sehingga, Indonesia tidak memerlukan armada kapal atau
senjata perang lainnya, selain faktor biaya yang dominan besar.
ide produksi rudal dalam negeri mulai tercetus tahun 2005. Dana
sebesar Rp 2,5 miliar digelontorkan untuk proyek pembuatan rudal pada
tahun itu, dan bila itu terwujud Dephan akan menggandeng PT Pindad
Indonesia, pabrik senjata dalam negeri yang melakukan penelitian hulu
ledak kaliber 122 milimeter. Saat ini, LAPAN telah berhasil meluncurkan
roket dengan kekuatan jarak tempuh 100 kilometer, dan memiliki
kecepakatan luncur awal 4 kali kecepatan suara.
11. CN 235 yang menjadi buah bibir dunia
Rupanya Australia, Singapura, dan Malaysia sudah lama menyaksikan
kehebatan insinyur-insinyur Indonesia. Buktinya? Tidak hanya gentar
dengan roket RX-420 Lapan, tetapi mereka sekarang sedang mencermati
pengembangan lebih jauh dari CN-235 versi Militer buatan PT. DI. Juga
mencermati perkembangan PT. PAL yang sudah siap dan mampu membuat kapal
selam asal dapat kepercayaan penuh dan dukungan dana dari pemerintah.
CN-235 adalah pesawat angkut jarak
sedang dengan dua mesin turbo-prop. Pesawat ini dikembangkan
bersama-sama antara CASA di Spanyol and IPTN (sekarang PT Dirgantara
Indonesia) sebagai pesawat terbang regional dan angkut militer. Versi
militer CN-235 termasuk patroli maritim, surveillance dan angkut
pasukan.
CN-235 diluncurkan sebagai kerjasama
antara CASA dan IPTN. Kedua perusahaan ini membentuk perusahaan Airtech
company untuk menjalankan program pembuatan CN-235. Desain dan produksi
dibagi rata antara kedua perusahaan. Kerjasama hanya dilakukan pada
versi 10 dan 100/110. Versi-versi berikutnya dikembangankan secara
terpisah oleh masing-masing perusahaan.
Desain awal CN-235 dimulai pada Januari 1980, purnarupa pesawat
terbang perdana pada 11 November 1983. Sertifikasi Spanyol dan Indonesia
didapat pada tanggal 20 Juni 1986. Pesawat produksi terbang pertama
pada 19 August 1986. FAA type approval didapat pada tanggal 3 Desemebr
1986 sebelum akhirnya terbang pertama untuk pembeli pesawat pada tanggal
1 Maret 1988.
Pada tahun 1995, CASA meluncurkan CN-235 yang diperpanjang, C-295
Penjaga Pantai Amerika Serikat / U.S. Coast Guard membeli CN-235
(diberi kode HC-144A) di bawah program pesawat maritim jarak sedang
(MRSMPA).
Pesawat HC-144A pertama dikirim EADS CASA ke Lockheed Martin untuk
dipasang alat-alat untuk misi maritim pada bulan December 2006.
Pada bulan Agustus 2006, 3 CASA CN-235-10 masih terbang, dua dengan Safair dan satu Tiko Air, kedua-duanya di Afrika.
Asian Spirit juga mengoperasikan CN-235-220 di Filipina (informasi bulan June/July 2007).
Irish Air Corps mengoperasikan dua buah 2 CN-235 untuk patroli maritim.
CN-235-10: Versi awal produksi (15 dibuat oleh masing-masing perusahaan), dengan mesin GE CT7-7A.
CN-235-100/110: Pada dasarnya seri 10,
tetapi menggunakan mesin GE CT7-9C dan nacelles komposit; menggantikan
Seri 10 di tahun 1988 sejak produksi ke 31. Seri 100 adalah buatan
Spanyol, seri 110 adalah buatan Indonesia, dengan sistem lingkungan,
peringatan, dan elektris yang lebih baik.
CN-235-200/220: Versi yang ditingkatkan.
Penguatan struktur untuk mengakomodasi operating weights yang lebih
berat, aerodinamis yang lebih baik
di leading-edges sayap dan rudder, landasan yang lebih pendek dan
peningkatan jarak terbang dengan muatan maksimum. Seri 200 adalah buatan
Spanyol, Seri 220 adalah buatan Indonesia.
CN-235-300: Modifikasi Seri 200/220 oleh
CASA dengan menggunakan perangkat avionics Honeywell. Perubahan yang
lain mencakup tekanan udara di dalam pesawat yang lebih baik dan
menyediakan ruang untuk dua nosewheel.
CN-235-330 Phoenix: Modifikasi Seri
200/220 oleh IPTN dengan menggunakan perangkat avionics Honeywell
ARL-2002 EW dan 16.800 kg/37.037 lb MTOW. Pesawat ini dirancang untuk
memenuhi kebutuhan Project Air 5190 untuk pesawat angkut taktis Angkatan
Udara Australia. Program CN-235-330 dibatalkan pada tahun 1998 karena
masalah keuangan.
12. BAJU MILITER PT SRITEX INDONESIA
Kebutuhan pakaian militer 27 negara dipenuhi oleh PT Sritex, Sukoharjo,
Jawa Tengah, sementara 40 negara lainnya menjalin kerja sama perdagangan
dengan perusahaan tekstil tersebut baik meliputi pakaian fishion dengan
berbagai model, kain, dan benang.
PT Sritex yang bergerak dalam bidang tekstil mempunyai desain kain lebih
dari 300 ribu desain, dan enam di antaranya yang merupakan desain
pakaian militer yang telah dipatenkan di Dirjen HAKI, kata Direktur
Garment PT Sritex di Solo.
Sebanyak enam desain yang dipatenkan itu di antaranya jenis pakain militer Indonesia.
"Masih banyak disain kami yang belum
dipatenkan dan ini akan terus dilakukan secara bergiliran sehingga hak
cipta itu tidak akan dibajak oleh orang lain " .
Pabrik tekstil PT Sritex di Sukoharjo itu berada di tanah seluas 150
hektare dengan karyawan mencapai total 18.000 orang. Sekitar 70 persen
produksinya diekspor dan 30 persen lainnya untuk memenuhi kebutuhan
dalam negeri.
Menyinggung mengenai ekspor, Iwan mengatakan sebagian besar di lakukan
ke Amerika Serikat yang nilainya total mencapai 300 juta dolar per
tahun, sementara kedua ke kawasan Eropa yang nilainya mencapai 200 juta
dolar Amerika Serikat.
Negara-negara yang kebutuhan tekstil
baik benang, kain, maupun pakaian militernya yang dipasok oleh PT Sritex
antara lain Jerman, Inggris, Malaysia, Australia, Timor Leste, Uni
Emirat Arab, Kuwait, Brunei Darussalam, Singapura, Amerika Serikat,
Papua New Guinea, Selandia Baru, Tunisia, Turki, dan anggota NATO. Info
terbarunya sih, sritex juga dapat pesanan baju anti peluru terbaru tuh
dari AS.
nah, jayalah terus INDONESIA !!
sumber:braindonesia