Fenomena Area Corona Hitam Besar di Matahari: Matahari Mulai Meredup?
Kini para ilmuwan sedang memantau aktivitas matahari yang tercatat berada pada posisi “terjun bebas” atau freefall. Disebutkan freefall karena hal ini merupakan masa dimana matahari sedang ‘mendingin’ dari kondisi biasanya.
Seperti yang dilansir oleh Washington Post
(12/11/13), para fisikawan sendiri menganggap bahwa ini merupakan
fenomena yang langka. Namun, meski begitu diperkirakan tidak akan
mengganggu kehidupan di bumi seperti pada masa zaman es.
“Aktivitas matahari saat ini sedang
menurun sangat cepat, kami menghitung bahwa ini merupakan penurunan
paling cepat yang pernah terjadi selama 9.300 tahun,” kata peneliti dari
Reading University.
Para peneliti kemudian mencoba menghubungkan fenomena ini dengan adanya Grand Solar Minimum yang biasanya terjadi setiap empat abad.
Grand Solar Minimum adalah periode aktivitas matahari dalam 11 tahun siklus matahari. Selama waktu ini, aktivitas titik hitam (sunspot) dan lidah api (flare)
berkurang dan tidak terjadi selama berhari-hari pada suatu rentang
waktu. Akibatnya, musim panas yang terjadi di belahan bumi utara pun
akan berbeda dari biasanya.
Area gelap di matahari sudah terjadi sejak bulan Juli 2013 (SOHO/NASA)
Terakhir kali siklus ini terjadi pada
abad 17 lalu. Saat itu, selama 70 tahun, matahari tak menunjukkan
satupun titik matahari. Pada masa itu juga tercatat Eropa memiliki musim
dingin paling parah dalam sejarah, bahkan bisa disamakan dengan zaman
es kecil.
Untuk Grand Solar Minimum yang
akan terjadi pada saat ini diperkirakan takkan separah yang terjadi pada
abad 17 lalu. Hal ini dikarenakan adanya pemanasan global yang
dampaknya lebih parah.
Area Gelap Raksasa Tampak di Matahari
Sedangkan Wahana antariksa Solar and Heliospheric Observatory
(SOHO) mendapati sebuah lubang raksasa di atmosfer matahari. Area gelap
yang dikenal sebagai lubang korona ini mencakup hampir seperempat
bagian matahari dan memuntahkan material dan gas ke ruang angkasa!
Lubang korona mulai terlihat di bagian kutub utara matahari antara 13-18 Juli 2013 lalu.
Dalam
video yang dirilis Selasa, 30 Juli 2013 lalu, Badan Antariksa Amerika
Serikat (NASA) menyatakan lubang korona merupakan daerah yang lebih
dingin ketimbang atmosfer matahari atau korona dan mengandung material
surya yang kecil.
Di area yang kosong ini, alih-alih
kembali ke permukaan matahari, medan magnet matahari justru tercerabut
keluar menjadi badai matahari.
“Meski belum jelas penyebabnya, lubang
korona berkorelasi ke area tempat medan magnet melambung dan terlepas,”
kata Karen Fox, ilmuwan NASA di Pusat Penerbangan Antariksa Goddard di
Greenbelt, Amerika Serikat.
Fox menambahkan lubang korona
mempengaruhi cuaca di ruang angkasa karena mengirimkan partikel matahari
sekitar tiga kali lebih cepat daripada yang dilepaskan dari area lain
pada atmosfer matahari.
Fase Matahari Membalikkan Medan Magnet
Perubahan frekuensi kemunculan lubang
korona bisa dibilang sesuai dengan siklus aktivitas matahari. Tahun ini
matahari mencapai puncak aktivitasnya dalam 11 tahun, dikenal sebagai
fase matahari maksimum atau Grand Solar Maximum, kebalikan dari Grand Solar Maximum.
Periode Grand Solar Maximum atau solar max ialah periode normal aktivitas matahari terbesar dalam siklus matahari 11 tahunan Matahari.
Citra
Matahari EIT 284 – Citra satelit atmosfer matahari pada panjang
gelombang cahaya 284 Angstrom yang berfungsi untuk menampilkan material
matahari. Suhu terpanas sekitar 2 juta derajat Kelvin.
Selama Solar Maksimum, sejumlah besar
bintik matahari muncul dan output radiasi matahari tumbuh sekitar 0,07%.
Peningkatan output energi surya maxima dapat berdampak iklim global bumi dan studi terbaru menunjukkan beberapa korelasi dengan pola cuaca regional.
Di sekitar waktu puncak aktivitas inilah
matahari membalikkan medan magnetnya. “Jumlah lubang korona biasanya
menurun seiring perubahan medan magnet ini,” ujar Fox. Setelah
pembalikan medan magnet, lubang korona akan kembali muncul di dekat
kutub.
Kemudian saat matahari mendekati
aktivitas minimum lagi, lubang korona merayap lebih dekat ke
khatulistiwa. Jumlah dan ukurannya lantas bertambah.
Wahana antariksa SOHO telah mengamati
aktivitas matahari sejak diluncurkan tahun 1995. Wahana seharga US$ 1,27
miliar ini mengemban misi bersama antara NASA dan Badan Antariksa Eropa
(ESA).
SOHO mengamati matahari dari orbit
Lagrange Point 1, daerah dengan gravitasi stabil antara bumi dan
matahari, sekitar 1,5 juta kilometer dari bumi. (Washington Post/tempo/merdeka)
Latest GOES Solar X-ray Image
sumber:indocropcircle