Muda dan berbahaya!
Kiranya itulah kesan pertama yang langsung
timbul saat melihat nama-nama pemain yang disajikan di rubrik ini. Baru
setengah musim berjalan, pemain muda seperti Ross Barkley, Luke Shaw,
dan Adnan Januzaj sudah menjadi bahan omongan, bahkan meramaikan isu
transfer di musim dingin - waktu yang rentan akan transfer kejutan.
Kontribusi
mereka bagi klub masing-masing memang tak bisa diremehkan. Beberapa
dari mereka pun sudah mendapat tempat utama di klub, walau musim lalu
mereka nyaris transparan. Dan yang lebih penting, bintang-bintang muda
ini punya potensi untuk menggoncang dunia sepakbola Eropa.
Mungkin
akan timbul pertanyaan, mengapa nama-nama seperti Romelu Lukaku, Eden
Hazard, Oscar, dll tidak masuk dalam daftar? Jawabannya sederhana:
karena mereka sudah mengorbit, sudah terbilang sukses di tim
masing-masing.
Pada kesempatan kali ini, nama-nama yang disajikan
adalah mereka yang berusia di bawah 23 tahun, siap mengorbit, dan
tentunya berprospek cerah. Berikut bintang-bintang muda siap kinclong di
Liga Primer Inggris versi
Goal Indonesia. Simak!
Ross Barkley, Everton, 20 Tahun |
RINGKASAN STATISTIK |
Jumlah bertanding |
19 |
Starting XI |
16 |
Akurasi umpan (%) |
85% |
Dribel sukses |
53 |
Gol |
3 |
Assist |
0 |
Jebolan akademi Everton ini sudah menyedot perhatian di laga pembuka EPL
musim ini, terutama saat ia mencetak gol penyama kedudukan Everton. Di
laga yang berakhir 2-2 itu, Barkley mencatatkan 96% umpan sukses dan
kemampuan dribelnya yang di atas rata-rata juga jadi faktor utama ia
memukau publik Carrow Road.
Kisah Barkley belum usai, dalam laga 1-1 kontra Arsenal ia kembali jadi sosok kunci bagi
The Toffees. Kemampuan menempatkan diri di antara lini tengah dan belakang jelas merepotkan
Gunners
waktu itu. Belum lagi dribel, visi, dan umpannya yang konstruktif
beberapa kali mengacak-acak Arsenal di Emirates Stadium. Keunggulan
Everton dalam penguasaan bola (54%) jadi salah satu bukti peran Barkley
di lapangan tengah.
Sebagai gelandang yang hobi menyerang, Ross
Barkley hampir memiliki segalanya: dribel efektif, visi luas, umpan
akurat, dan sebagai bonus, fisik yang mumpuni. Sayang, kemampuan
gelandang muda ini tak diimbangi penyelesaian yang bagus. Barkley kerap
kehilangan ketenangan di saat ia harus menaklukkan kiper lawan. 39%
adalah persentase tembakan ke gawang yang ia lakukan, lainnya terbang
entah ke mana. Dari total 54 tembakan pun ia hanya mampu membukukan tiga
gol.
Kendati begitu, masa depan cerah jelas terbentang di
hadapan Barkley. Di usia muda, gelandang yang menarik perhatian Arsenal
dan Manchester United ini sudah menembus tim utama Roberto Martinez.
Dengan gaya main yang berbeda dari gelandang rata-rata pilihan Roy
Hodgson, ia juga berpotensi besar mendapat tempat di timnas Inggris yang
berangkat ke Brasil 2014. Ia hanya butuh kematangan dan ketenangan
lebih besar lagi.
Usai Barkley mencetak gol kemenangan kontra
Swansea - gol menakjubkan dari tendangan bebas, Martinez menyampaikan
kekagumannya, "Ia pendengar yang baik, ia pemuda dengan potensi luar
biasa. Di setiap laga ia selalu menyajikan hal-hal berbeda dan di setiap
laga ia selalu menunjukkan dirinya bisa terus berkembang. Saya sangat
bangga menyaksikannya berkembang dan menikmati karir sepakbolanya."
Jika Everton sukses menembus zona Eropa musim ini, tinggal masalah waktu bagi Barkley untuk menggoyang kancah sepakbola Eropa.
Luke Shaw, Southampton, 18 |
RINGKASAN STATISTIK |
Jumlah bertanding |
17 |
Starting XI |
17 |
Akurasi umpan (%) |
78% |
Clean sheets |
6 |
Gol |
0 |
Assist |
0 |
Baru berusia delapan belas tahun, namun sudah jadi incaran klub-klub
sekelas Chelsea dan Manchester United. Fakta itu sepertinya sudah cukup
menjelaskan seberapa dahsyat kemampuan bek kiri asalh Southampton ini.
Berasal dari klub dan akademi yang sama, Shaw kerap kali disejajarkan dengan
Gareth
Bale. Lincah, bertehnik tinggi, dan dribel yang baik, belum lagi, kedua
pemain mengawali karir di posisi yang sama - bek kiri - dan sama-sama
tahu cara bertahan.
Momen yang kiranya membuat publik Inggris berdecak kagum mungkin terjadi pada 16 Januari 2013, saat
The Saints menahan
The Blues imbang 2-2 di Stamford Bridge. Shaw memberikan
assist pada Jason Puncheon yang menyamakan kedudukan di menit 75.
Gol
itu bermula dari lepasnya bola Demba Ba ke kaki Shaw. Melakukan umpan
satu-dua, Shaw berlari kencang dari wilayahnya sendiri. Ia pun melewati
Cesar Azpilicueta dengan kecepatannya sebelum melepas umpan silang ke
kotak penalti, yang sukses dikonversi Puncheon menjadi gol penyama
kedudukan.
Rekan setimnya, Adam Lallana, turut menyampaikan
kekagumannya pada sang bek, "Kami semua tahu kemampuan yang ia miliki.
Ia luar biasa di usianya [yang masih muda]. Saya pikir banyaknya
kesempatan tak membuat Luke terganggu. Ia akan jadi sosok yang patut
disaksikan di masa depan, tak ada keraguan soal itu."
Sejauh ini, perannya di Tottenham pun luar biasa penting. Tampil sebagai
starter 17 kali dan enam di antara penampilan itu, ia sukses membantu lini belakang
The Saints untuk mencatatkan
clean sheet. Kontribusinya pada penyerangan memang tidak tercatat dalam gol maupun
assist, karena ia belum membukukan satupun. Namun, 12 umpan kunci yang ia lakukan sekaligus menegaskan sumbangsih Shaw dalam menyerang.
Bicara
masa depan, mungkin Shaw masih harus menunggu beberapa tahun lagi untuk
bisa berlaga di kancah Eropa. Ditaksir oleh Chelsea dan United, Shaw
lebih memilih setia pada
The Saints. Kiprahnya di timnas Inggris pun masih terhalang oleh kehadiran Ashley Cole dan Leighton Baines yang sudah matang.
Yah,
dua-tiga tahun kiranya waktu yang cukup bagi Luke Shaw untuk berlaga di
kancah yang lebih tinggi, waktu yang cukup pula untuk membenahi
konsistensi dan kemampuan distribusi bola -ia hanya mampu mengirim empat
umpan silang akurat musim ini.
Adnan Januzaj, Manchester United, 18 Tahun |
RINGKASAN STATISTIK |
Jumlah bertanding |
14 |
Starting XI |
8 |
Akurasi umpan (%) |
80% |
Umpan kunci |
14 |
Gol |
3 |
Assist |
2 |
Gelandang muda kelahiran Brussels, Belgia, ini sudah dipromosikan ke tim
utama oleh Sir Alex Ferguson di musim lalu. Hanya saja, ia tak banyak
mendapat kesempatan bermain di Liga Primer. Ia pun kerap kali tak
terdaftar di skuat Si Setan Merah. Namun performanya di pra-musim sudah
cukup untuk membuat para fans berharap banyak pada gelandang ini.
Sumbangsihnya bagi United di EPL musim ini terbilang besar, ia mencatatkan tiga gol dan dua
assists. Sebagai catatan, dua golnya ia bubuhkan saat United mengalahkan Sunderland 2-1, dan tentunya tidak dengan cara yang biasa.
United
tertinggal 1-0 karena gol cepat Craig Gardner kala itu, peran Januzaj
di awal laga pun kurang terasa, tapi semakin membaik dari menit ke
menit. Sebagai puncak, ia mencetak gol penyama kedudukan usai menyambut
umpan mendatar Patrice Evra di kotak penalti. Enam menit berselang,
bocah ajaib ini melepas tendangan voli dengan kaki kirinya ke pojok
gawang Keiren Westwood.
Red Devils pun sukses mengantongi tiga poin berkat dua golnya.
Satu
assist
yang ia berikan pada Danny Welbeck saat melawan Tottenham sekaligus
menggambarkan kemampuan mengumpan Januzaj. Kemampuan Januzaj mengolah
bola memang patut diacungi jempol, tapi ia masih kurang bisa menjaga
bola. Januzaj masih sering kehilangan bola dan lima kartu kuning musim
ini menggambarkan kurang disiplinnya ia.
"Saya telah bermain
[cukup lama] di United dan Anda harus sadar Anda memberikan terlalu
banyak tekanan pada pemain muda. Kendati begitu, saya berpendapat, bocah
ini [Januzaj] bisa menjadi yang terbaik di dunia. Saya pikir ia sangat
berbakat," ungkap Gary Neville.
Prospek Januzaj memang cerah,
senada dengan Neville, ia memang berpotensi jadi gelandang terbaik
dunia. Kesempatan bermain di kancah tertinggi pun bukan mustahil ia raih
di musim depan, mengingat tingginya intensitas bermainnya musim ini. Ia
tak butuh waktu lama untuk bisa bersinar di klub. Namun untuk Brasil
2014? Sepertinya ia harus sedikit menunggu, mengingat timnas Belgia
sendiri sedang dihujani bintang-bintang muda sekelas Eden Hazard dan
Dries Mertens.
Jon Flanagan, Liverpool, 21 Tahun |
RINGKASAN STATISTIK |
Jumlah bertanding |
7 |
Starting XI |
7 |
Akurasi umpan (%) |
83% |
Rerata tekel per laga |
3,7 |
Gol |
1 |
Assist |
0 |
Setiap klub tentu akan sedih jika pemain andalan mereka mengalami
cedera. Namun Liverpool boleh sedikit berlega hati, karena ada hikmah di
balik cederanya Jose Enrique: terungkapnya bakat Jon Flanagan.
Bek
yang hobi melakukan tekel ini sebenarnya memiliki posisi natural di
sebelah kanan, tapi keadaan membuatnya bermain di sisi kiri. Eksperimen
Brendan Rodgers dalam hal ini ternyata berbuah manis, ia mampu menggeser
Aly Cissokho dan Martin Kelly, serta menutup lubang yang ditinggalkan
Enrique.
Musim ini ia tampil perdana dalam laga kontra Arsenal.
The Reds
kalah 2-0 dalam laga itu, tapi Rodgers sadar, ada bakat terpendam dalam
skuatnya. Selang satu pekan, sang manajer pun memainkan Flanagan sejak
awal dan puncaknya, ia mencetak gol debut saat Liverpool menggilas
Tottenham 5-0 di White Hart Lane. Sepanjang laga, ia sukses mematikan
Aaron Lennon dan siapapun yang beroperasi di areanya.
Digadang-gadang segera meniti karir cerah, Flanagan malah tertimpa cedera saat
Reds
menang 3-1 atas Cardiff. Ia masih harus menepi dan segera kembali,
kemungkinan bersamaan dengan Enrique, dan ini jelas jadi pertimbangan
berat bagi Rodgers.
Usai sang bek mencetak gol debut, Rodgers
melambungkan pujiannya, "Ia pemain muda yang hebat, teladan yang
menakjubkan. Sikapnya luar biasa dan sejak ia datang ke tim sebagai bek,
ia tak pernah melakukan kesalahan. Ia berduel dengan Aaron Lennon [di
laga kontra Tottenham], namun cara ia mengatasinya sangat impresif. Ia
manis dalam bertahan dan saat tiba di kotak penalti, ia mencetak gol,
penyelesaian yang dahsyat."
Semua hanya tinggal masalah waktu,
hingga bek muda ini menancapkan kakinya di kancah internasional. Piala
Dunia memang terlalu dini baginya, tapi potensi yang ia miliki
membuatnya pantas berlaga di zona Eropa musim depan.
James Ward-Prowse, Southampton, 19 Tahun |
RINGKASAN STATISTIK |
Jumlah bertanding |
20 |
Starting XI |
12 |
Akurasi umpan (%) |
87% |
Umpan kunci |
30 |
Gol |
0 |
Assist |
2 |
Satu lagi talenta lulusan akademi Southampton: Ward-Prowse!
Gelandang
muda ini dikenal karena kemampuannya mengeksekusi bola-bola mati dan
gayanya melengkungkan bola membuatnya disamakan dengan David Beckham.
Belakangan, ia mengakui belajar banyak dari sang maestro dan gol
tendangan bebas yang ia sematkan ke gawang Lithuania dan San Marino jadi
bukti ketajamannya.
Selain bola mati, Ward-Prowse juga pandai mengirim bola-bola lambung. Hobinya melayangkan bola dari tanah pun berbuah dua
assists
musim ini: satu dari bola mati dan satunya bola hidup. Akurasi umpan
yang tinggi dan 30 umpan kunci pun tak luput dari kreasinya.
Mentalitas
pantang menyerah sang gelandang mendapat pujian dari Pochettino sebagai
manajer, "James Ward-Prowse adalah contoh bagi para pemain yang
berusaha naik kelas, pemain yang sangat kami butuhkan di klub ini. Ia
selalu memberikan 100% saat latihan."
Ward-Prowse masih harus
melakukan pembuktian lebih lanjut di lapangan namun di usia yang belum
genap 20 tahun, ia masih punya banyak kesempatan untuk melakukannya. Dua
belas kali kesempatan untuk bermain sebagai
starter bersama
The Saints
sumber:goal.com