asalamualaikum ukhti dan akhi , hari ini saya mau share hukum pacaran dalam islam
1. Pacaran Dalam Islam : Adakah?
Pacaran Dalam Islam : Adakah? Sebenarnya di dalam Islam
tidak pernah ada kata ‘pacaran’. Hukum ‘berpacaran’ dalam agama Islam itu
HARAM. Karena pacaran itu akan membawa
kepada perzinahan dimana zina adalah termasuk dosa besar, dan perbuatan yang
sangat dibenci oleh Allah. “Janganlah
kamu sekalian mendekati perzinahan, karena zina itu adalah perbuatan yang keji…” (QS. Al-Isra : 32).
Ayat tersebut tidak mengatakan jangan berzina, tetapi jangan
mendekati zina, mengapa demikian ? Karena biasanya orang yang berzina itu tidak
langsung, tetapi melalui tahapan-tahapan seperti : saling memandang,
berkenalan, bercumbu kemudian baru berbuat zina yang terkutuk itu Namun, sepertinya aturan ini sudah tidak dianggap oleh
remaja-remaja zaman sekarang. Sekarang pacaran sudah dianggap wajar. Bahkan
yang tidak pacaran dianggap kuno dan tidak gaul. Bagi anak muda zaman sekarang
menjadi ‘single’ adalah hal yang sangat
memalukan. Baru putus dari pacar dan jadi jomblo sebentar sudah galau, sedih,
dan putus asa. Bahkan ada juga yang sampai bunuh diri hanya gara-gara putus
dari pacar. Mereka sudah lupa siapa yang lebih berhak mengakhiri hidup mereka.
Ganti-ganti pacar menjadi sebuah rutinitas yang sudah tidak mengherankan lagi.
Istilah pacaran yang dilakukan oleh
anak-anak muda sekarang ini tidak ada dalam Islam. Yang ada dalam Islam ada
yang disebut “Khitbah” atau masa tunangan. Masa tunangan ini adalah masa
perkenalan, sehingga kalau misalnya setelah khitbah putus, tidak akan mempunyai
dampak seperti kalau putus setelah nikah. Dalam masa pertunangan keduanya boleh
bertemu dan berbincang-bincang di tempat yang aman, maksudnya ada orang ketiga
meskipun tidak terlalu dekat duduknya dengan mereka.
.
2. PENCEGAHAN
Dalam hukum Islam umumnya, manakala
sesuatu itu diharamkan, maka segala sesuatu yang berhubungan dengan yang
diharamkan itu diharamkan juga. Misalnya minum arak, bukan hanya minumnya yang
diharamkan, tapi juga yang memproduksinya, yang menjualnya, yang membelinya,
yang duduk bersama orang yang minum tersebut juga diharamkan.
Demikian juga halnya dengan masalah
zina. Oleh karena itu maka syariat Islam memberikan tuntunan pencegahan dari
perbuatan zina, karena Allah Maha Tahu tentang kelemahan manusia.
Berikut ini adalah pencegahan agar
kita tidak terjerumus ke dalam perzinahan :
1. Dilarang
laki dan perempuan yang bukan mahram untuk berdua-duaan. Nabi Saw bersabda :
“Apabila laki-laki dan perempuan yang bukan mahram berdua-duaan, maka yang
ketiga adalah setan.” Setan juga pernah mengatakan kepada Nabi Musa AS bahwa
apabila laki dan perempuan berdua-duaan maka aku akan menjadi utusan keduanya
untuk menggoda mereka. Ini termasuk juga kakak ipar atau adik perempuan ipar.
2. Harus
menjaga mata atau pandangan, sebab mata itu kuncinya hati. Dan pandangan itu
pengutus fitnah yang sering membawa kepada perbuatan zina. Oleh karena itu
Allah berfirman : “Katakanlah kepada laki-laki mukmin hendaklah mereka
memalingkan pandangan mereka (dari yang haram) dan menjaga kehormatan mereka
dan katakanlah kepada kaum wanita hendaklah mereka meredupkan mata mereka dari
yang haram dan menjaga kehormatan mereka (An-Nur : 30-31).
3. Diwajibkan
kepada kaum wanita untuk menjaga aurat mereka, dan dilarang mereka untuk
memakai pakaian yang mempertontonkan bentuk tubuhnya, kecuali untuk suaminya.
Dalam hadits dikatakan bahwa wanita yang keluar rumah dengan berpakaian yang
mempertontonkan bentuk tubuhnya, memakai minyak wangi baunya semerbak, memakai
make up dan sebagainya, setiap langkahnya dikutuk oleh para malaikat, dan
setiap laki-laki yang memandangnya sama dengan berzina dengannya. Di hari
kiamat nanti perempuan seperti itu tidak akan mencium baunya surga (apalagi
masuk surga).
4. Dengan
ancaman bagi yang berpacaran atau berbuat zina. Misalnya Nabi bersabda : “lebih
baik memegang besi yang panas daripada memegang atau meraba perempuan yang
bukan istrinya (kalau ia tahu akan berat siksaannya). Dalam hadits yang lain :
“Barangsiapa yang minum (minuman keras) atau berzina, maka Allah akan melepas
imannya dalam hatinya, seperti seseorang melepaskan peci dari kepalanya
(artinya kalau yang sedang berzina itu meninggal ketika berzina, ia tidak
sempat bertobat lagi, maka dia meninggal sebagai orang kafir yang akan kekal di
neraka).
3.
Oleh karena itu Syekh Sharwi
menggambarkan : seandainya ada seorang wanita cantik yang sudah hampir
telanjang di sebuah kamar, kemudian ditawarkan kepada seorang pemuda … “Maukah
kamu saya kasihkan perempuan itu untuk kamu semalam suntuk, tapi besok pagi
saya akan masukan kamu ke kamar yang sebelahnya, yang penuh dengan api, apakah
mungkin anak muda itu akan mau untuk menikmati tubuh wanita semalam suntuk
kemudian digodok keesokan harinya dalam api?
Nah ketika kita tergoda untuk
berbuat zina atau minum, coba bayangkan kalau kita meninggal ketika itu,
bagaimana nasib kita? Tiada dosa yang lebih besar setelah syirik kepada Allah
daripada meneteskan air mani dalam suatu tempat (kehormatan) yang tidak halal
baginya. Neraka Jahannam mempunyai “Tujuh pintu gerbang” (QS. Al-Hijr : 44),
dan pintu gerbang yang paling panas, dahsyat, seram, keji, dan bau adalah
diperuntukan bagi orang-orang yang suka berzina setelah dia tahu bahwa zina itu
haram.
Sebagaimana kita yakini sebagai
seorang muslim bahwa segala sesuatu yang diharamkan oleh Allah, mesti mempunyai
dampak yang negatif di masyarakat. Kita lihat saja di Amerika Serikat,
bagaimana akibat karena adanya apa yang disebut dengan free sex, timbul
berbagai penyakit. Banyak anak-anak yang terlantar, anak yang tidak mengenal
ayahnya, sehingga timbul komplikasi jiwa dan sebagainya. Oleh karena itu, jalan
keluar bagi para pemuda yang tidak kuat menahannya adalah :
1. Menikah,
supaya bisa menjaga mata dan kehormatan.
2. Kalau
belum siap menikah, banyaklah berpuasa dan berolahraga
3. Jauhkan
mata dan telinga dari segala sesuatu yang akan membangkitkan syahwat
4. Dekatkan
diri dengan Allah, dengan banyak membaca Al-Qur’an dan merenungkan artinya.
Banyak berzikir, membaca shalawat, shalat berjamaah di Masjid, menghadiri
pengajian-pengajian dan berteman dengan orang-orang yang shaleh yang akan
selalu mengingatkan kita kepada jalan yang lurus.
5. Dan
ingat bahwa Allah telah menjanjikan kepada para anak muda yang sabar menahan
pacaran dan zina yaitu dengan bidadari, yang kalau satu diantaranya menampakkan
wajahnya ke alam dunia ini, setiap laki-laki yang memandangnya pasti akan jatuh
pingsan karena kecantikannya. Coba anda bayangkan saja siapa menurut anda
wanita yang paling cantik di alam dunia ini, maka pastilah bidadari itu entah
berapa juta kali lebih cantik dari wanita yang anda bayangkan itu.
4. Namun sebenarnya paradigma ‘pacaran’ ini bisa diubah
ala Islam. Judulnya memang sama sama pacaran namun berbeda attitude.
1. No touching
Dilarang bersentuhan satu sama lain. Islam sudah
melarang ini di dalam Alquran. Berikut dalilnya:
لَأَنْ يُطْعَنَ فِي رَأْسِ أَحَدِكُمْ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيْدٍ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمَسَّ امْرَأَةً لاَ تَحِلُّ لَهُ
“Kepala salah seorang ditusuk dengan jarum dari
besi itu lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang tidak halal
baginya.” (HR. Ath-Thabarani dalam Al-Kabir 20/210 dari Ma’qil bin Yasar z,
lihat Ash-Shahihah no. 226)
2. No Couple
Dilarang pergi berduaan kemanapun. Selain untuk
mencegah terjadinya fitnah, jenis hubungan ini dapat menumbuhkan hal-hal
positif diantara keduanya. Apabila berpegian dengan lawan jenis, sebaiknya
perempuan mengajak mahramnya. Itu akan jauh lebih baik.
Rasulullah SAW bersabda, ”Jangan sekali-kali
seorang laki-laki menyendiri dengan wanita kecuali ada mahramnya. Dan janganlah
seorang wanita bepergian kecuali bersama mahramnya”
3. No Flirting
Dilarang bertatapan terlalu lama, karena bertatapan
terlalu lama dengan lawan jenis yang belum muhrim juga termasuk dalam kategori
Zinah. Apalagi kedua makhluk tersebut mempunyai sebuah ketertarikan secara
emosional. Ditakutkan nantinya akan memicu perbuatan negatif yang menimbulkan
dosa.
4. No Bonding
Tidak boleh mengikat satu sama lain. Harus saling
membebaskan. Maksudnya, karena belum ada status suami dan istri kita tidak
boleh saling bergantung dan merugikan satu sama lain. Lain halnya bila sang
laki-laki sudah mengkhitbah si perempuan dan si perempuan sudah setuju. Dalam
hal ini, perempuan harus menjaga diri dan hatinya untuk sang laki-laki sampai
akhirnya dinikahi secara sah.
5. No Over Affection
Ingat bahwa cinta yang paling agung di dunia ini
hanyalah milik Allah Subhanawuata’alla. Sebagai manusia, rasa cinta kita kepada
Allah harus lebih besar daripada rasa cinta kita terhadap apapun. Ditakutkan
nantinya akan merugikan diri kita sendiri. Satu hal lagi, bahwa sesuatu yang
berlebihan juga tidak dibolehkan dalam agama. Jadi, kita tidak boleh bersikap
berlebihan apabila mencintai seseorang, cinta kita pada Allah SWT haruslah
lebih besar.
Mudah kan, sebenarnya? Mari kita praktekkan dan
tidak lagi terjebak dengan embel-embel palsu janji semu.